Survei Litbang Kompas juga mencatat bahwa pemilih bimbang di pemilu 2024 memiliki karakteristik sebagai berikut:
Usia: Mayoritas pemilih bimbang berusia 24-40 tahun (31,2 persen) dan 41-60 tahun (34,9 persen). Jenis kelamin: Mayoritas pemilih bimbang adalah laki-laki (51,7 persen).Â
Pendidikan: Mayoritas pemilih bimbang memiliki pendidikan tinggi (43,9 persen). Pekerjaan: Mayoritas pemilih bimbang adalah pekerja swasta (36,8 persen). Agama: Mayoritas pemilih bimbang adalah Muslim (87,8 persen).
Pengaruh dari beberapa Faktor
Adapun beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi pemilih bimbang untuk menentukan pilihan, menurut catatan penulis, di antaranya:
Visi misi:Â Pemilih bimbang ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh capres atau partai politik jika terpilih.
Program kerja: Pemilih bimbang ingin tahu program kerja apa yang akan dijalankan oleh capres atau partai politik.
Track record: Pemilih bimbang ingin tahu kinerja capres atau partai politik di masa lalu.
Komunikasi: Pemilih bimbang ingin tahu cara berkomunikasi capres atau partai politik.
Isu-isu terkini:Â Isu-isu terkini, seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, juga dapat mempengaruhi pilihan pemilih bimbang.
Dengan kata lain, pada pemilu 2024 jumlah pemilih bimbang diperkirakan akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti meningkatnya jumlah pemilih milenial, semakin terbukanya akses informasi, dan semakin kompleksnya isu-isu politik.
Dengan memahami karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih bimbang di atas, partai politik dan capres dapat menyusun strategi yang tepat untuk memikat hati mereka.