Sementara akal bulus, dengan senyum licik, penuh daya tarik, mampu melunakkan hati yang gelisah karena keyakinan mereka yang goyah.
Tapi dalam akhirnya, kejujuran tetaplah agung, Walaupun dalam dunia yang seringkali rumit. Akal tulus adalah cahaya yang tak terpadamkan, Bukan sekadar seperti akal bulus yang sebentar bersinar.
Karena akal bulus mungkin menang dalam tipu daya, namun kejujuran akal sehat dan tulus adalah inti nurani yang abadi, belum tentu terkalahkan.
Namun dalam hidup yang luas terbuka, terpulang pada kita, untuk memilih jalan damai dan perjuangan, cara gelap atau terang, jalan ninja atau bukan, itu terserah, kamu memilih sisi sebelah mana?
Tetapi orangtua kuno selalu mengingatkan, tetaplah eling, waras dan waspada. Itu jalan sejati nilai keutamaan para leluhur bangsa kita.
Renungkanlah, sebelum telat, jika hati nurani masih menjadi panglima bagi budi dan olah pikiranmu.
Namaste, semoga setiap mahkluk berbahagia!
Jakarta, 13/11/2023, Puisi D Wibhyanto, menyambut "Mendung Demokrasi"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H