Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

5 Guru Bahasa Sekolah SMA Ini Turut Mewarnai Hidupku

10 November 2023   10:17 Diperbarui: 15 November 2023   08:42 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Willy pernah berpesan, "Non Scholae Sed Vitae Discimus", artinya: kita belajar bukan untuk sekadar sekolah dan mendapat nilai, tetapi kita belajar untuk hidup. Begitulah ujar pak Willy, guru Bahasa Latin kami. Luar biasa bukan?

Pak Surawan. Guru Bahasa Inggris.

Kami memanggil pak Rawan, kepada guru Bahasa Inggris kami ini. Pak Rawan tinggal di desa dukun, lereng Merapi, Muntilan. Dia berpenampilan sederhana, tetapi kami harus mengakui bahwa kerendahan hatinyalah yang paling mengesankan kami.

Pak Rawan adalah guru Bahasa Inggris yang cerdas, meraih S2 bidang Administrasi Pendidikan, dan gelar S3 bidang Evaluasi Pendidikan,  pada beberapa tahun lalu.

Uniknya, pak Rawan memakai model pengajaran dan pengenalan Bahasa Inggris seperti model pak Willy mengajarkan Bahasa Latin. Yaitu, mewajibkan kami para siswa untuk menguasai 6000 kata (vocabulary) Inggris-Indonesia, dan Indonesia-Inggris.

Artinya, kami musti hafal dan kuasai 100 kata Inggris, setiap minggu. Dan ujian penguasan vocabulary ini dilakukan setiap hari Sabtu, akhir pekan. "Ampun pemerintah! Bisa keriting rambut ini, menghapal 100 kata latin dan 100 kata Inggris, setiap minggu, selama berbulan bulan, dan selama di SMA".

Begitulah derita kami sesekali spontan, di kala itu. Tetapi faktanya, bahwa apa yang pak Rawan ajarkan sungguh menggembleng kami semua, terutama dalam hal berlogika dan menguasai Bahasa asing, terutama Bahasa Inggris. Terimakasih pak Rawan, jasamu tiada tara.

Ibu Martono. Guru Bahasa Jawa.

Ibu Martono, harus melaju dari rumahnya di Salatiga ke SMA Seminari Mertoyudan di Magelang tempat sekolah kami, khusus untuk mengajari kami Bahasa Jawa.

Bahasa Jawa penting sebagai akar budaya dimana kita lahir, yang harus "diuri-uri" (dirawat dan dilestarikan). Begitu pesan ibu Martono kepada kami.

Ibu Martono sangat piawai mengajarkan diksi, gramatika dan sastra jawa yang sebenarnya rumit, tetapi beliau bisa jelaskan dan ajarkan melalui metode yang mudah kami pahami bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun