Misalnya, kandidat atau partai politik memiliki akun media sosial yang aktif, seperti Instagram, Twitter, dan Facebook, untuk berbagi pembaruan dan menghubungi pemilih muda.
Lalu mereka menggunakan video pendek yang memaparkan visi, misi, dan program kebijakan mereka dalam bahasa yang mudah dipahami dan menarik.
Dan menggunakan platform seperti TikTok untuk berpartisipasi dalam tren viral atau tantangan yang dapat meningkatkan eksposur dan keterlibatan.
Kedua. Transparansi dan Akuntabilitas.Â
Generasi muda cenderung skeptis terhadap politisi dan partai politik. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan tingkat transparansi dan akuntabilitas yang tinggi dalam kepemimpinan dan kebijakan.
Caranya, kandidat harus berkomitmen untuk mempublikasikan rencana tindak mereka, menyediakan data terbuka, dan secara terbuka menjawab pertanyaan dari pemilih muda.
Ketiga. Fokus pada Isu-Isu yang Penting Bagi Pemilih Muda.Â
Yaitu, kandidat harus memahami isu-isu yang paling relevan bagi pemilih muda, seperti pekerjaan, pendidikan, lingkungan, dan kesehatan mental.
Caranya, mereka perlu mengembangkan rencana kebijakan yang jelas dan inovatif untuk menjawab masalah-masalah ini. Lebih dari itu, mereka harus mendengarkan aspirasi dan ide-ide dari generasi muda melalui berbagai forum online maupun offline.
Misalnya, kandidat berbicara tentang rencana konkretnya untuk menciptakan lapangan kerja bagi pemilih muda, seperti mendukung industri kreatif, startup, dan pelatihan kerja.
Mereka mengadvokasi peningkatan akses pendidikan berkualitas, seperti beasiswa atau pembiayaan pendidikan yang terjangkau.