Viralitas Bukan Kualitas, Kunci K-Rewards Kompasiana!
JAKARTA, -"Viralitas bukan kualitas kunci K-Rewars di Kompasiana". Itu kalimat kunci yang penulis dapat dari artikel seorang tetua Kompasiana, Felix Tani, beberapa waktu lalu.Â
Sesepuh saya ini menulis artikelnya berjudul "Tragedi K-Rewards yang bikin trauma" yang ditulis beberapa minggu lalu. Eits eh maaf salah ketik, maksud saya artikel itu ditulis oleh beliau Felix Tani beberapa saat lalu. Jika pembaca suka membaca artikel beliau, silahkah baca di sini: Sumber.Â
Artikel engkong Felix Tani (demikian Kompasianer lain menyebut sesepuh saya ini) ditulis untuk merespons artikel kompasianer, ibu Fatmi Sunarya berjudul: "K-Rewards Hidup Segan Mati Tak Mau"Â (di sini: Sumber).Â
K-Rewards gak adil blas!, tulis engkong Felix menyimpulkan inti dari tulisan ibu Fatmi Sunarya.
Uniknya, dan ini membuat saya ngakak berguling guling sekaligus kagum, bahwa intensi engkong Felix menulis artikelnya itu, bukan semata untuk merespons artikelnya ibu Fatmi, melainkan adalah untuk healing.Â
Bukan pula untuk kualitas atau viralitas agar kelak mendapat potensi K-Rewards bulan depan. Bukan itu!
Mengutip seperti ditulis engkong Felix Tani, persisnya begini: "Intensi saya menulis ini adalah sebagai healing atas trauma akibat tragedi K-Rewards yang pernah menimpaku. Sebuah tragedi pehape K-Rewards yang menyebabkan diriku terjerat hutang berkelanjutan sampai kelonjotan di warung soto Mas Karso".
Tragedi Pehape semacam apa yang menimpa sesepuh saya ini, persisnya saya tidak tahu. Tetapi jejak artikel yang membuat sesepuh yang saya hormati ini konon merasa pedih, perih, sedih, dan ngilu (tanpa kejang kejang kan, engkong? -red), saat menceritakan tragedi yang menurutnya kejam itu, dapat dibaca di artikelnya ini: "Berharap K-Rewards Terutang di Warung Soto" (baca ini link: Sumber  artikelnya). Saya sendiri ngakak membaca tulisan sesepuh saya ini, sekaligus terenyuh.Â
Ngemeng ngemeng, atau persisnya ngomong ngomong, semogalah kini engkong Felix Tani telah bugar se-bugar-bugar-mungkin setelah melepas segala uneg unegnya tentang K-Rewards ini. Semogalah makplong, rasanya. Bukankah demikian, engkong?
3 Pilihan Bebas Kompasiana
Membaca dua artikel dari ibu Fatmi Sunarya dan engkong Felix Tani, saya mendapat suatu pencerahan, dengan kesimpulan begini:
Bahwa menulis di kompasiana adalah pilihan. Sedikitnya ada tiga pilihan yang bisa ditempuh sesuai motif yang diharapkan oleh masing-masing penulis.Â
Satu, pilihan" menulis artikel berkualitas" dengan judul seperti skripsi berbobot, ya risikonya tampil di HL.
Dua, pilihan "menulis viralitas"Â atau tulisan berpotensi untuk viral, ya risikonya dapat K-Rewards. Asal tulisan itu bukan hoak, bukan plagiat, dan tidak meresahkan atau mengandung unsur Sara (Suku, agama, ras, dan antar golongan), atau berpotensi merusak sendi sendi negara terutama bidang Ipoleksosbudhankamrata (Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, rakyat semesta).
Tiga, pilihan "menulis untuk healing dari trauma", ya risikonya badan dan pikiran sehat bugar walafiat, contohnya seperti dilakukan oleh engkong Felix Tani dalam artikelnya itu.
Nah, demikian kesimpulan saya yang sangat subjektif ini, hasil review saya terhadap dua artikel terdahulu, baik dari ibu Fatmi Sunarya, maupun dari engkong Felix Tani.
Menutup mata ulasan ini, pilihan manakah yang akan ditempuh oleh para sahabat Kompasianer, yakni ibu bapak, mbak dan mas yang Budiman budiwati sekalian, untuk memeriahkan Blog Kompasiana ke depan? Khusus bagi Anda para penggemar dan pengharap untuk mendapat apresiasi K-Rewards, saya menyarankan memilih pilihan nomor 3. Artinya, praktikkan seperti judul ulasan ini, raihlah: "Viralitas bukan Kualitas, Kunci K-Rewards Kompasiana".
(sengaja penulis tidak memakai diksi "Kamu Kamu" yang sering dipakai oleh siapa itu, ah lupa saya. Menurut penulis, diksi itu kok nuansanya SKSD, sok kenal sok dekat itu. kurang nyaman terdengar di telinga -red).
Jika berkenan, silahkan tulis di kolom komentar, atau buatlah satu artikel lagi menanggapi tulisan terdahulu, merespons ulasannya ibu Fat atau artikelnya engkong Felix. Atau bolehlah mengkritisi ulasan saya yang remeh temeh sangat unfaedah ini. Â
Akhir kata, begitulah kura kura. Selebih dan kekurangan, saya mohon maaf. Salam satu aspal sahabat Kompasianer!Â
SELESAI -penulis adalah Kompasianer pemula, baru memulai menulis di Kompasiana sejak 10 April 2023, atau 5 bulan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI