Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Penting! Pencitraan Diri Politisi melalui Media Sosial Jelang Pemilu 2024

3 Oktober 2023   05:11 Diperbarui: 5 Oktober 2023   07:45 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mural kampanye antihoaks lewat media sosial yang berada di bawah jembatan layang Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (11/3/2019). (Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

JAKARTA--Pencitraan diri politisi, dikenal juga sebagai "image building" atau "image management" adalah proses di mana seorang politisi dengan sengaja menciptakan, mengelola, dan mempertahankan citra diri positif atau gambaran publik tentang dirinya sendiri.

Itu, tentu saja, agar sesuai dengan tujuan politiknya. Tujuan utama dari pencitraan diri politisi adalah memperoleh dukungan pemilih, memenangkan pemilu, dan memengaruhi opini publik.

Pencitraan diri politisi umumnya meliputi semua aspek seperti membangun citra positif sebagai pemimpin yang kompeten, jujur, dan integritas, serta menonjolkan pencapaian, prestasi dan visi politiknya.

Pencitraan diri ini biasanya dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain: kampanye, iklan politik, pidato politik, interaksi dengan pemilih di berbagai forum, termasuk melibatkan penggunaan platform media sosial, seperti: FB. Instagram, Twitter/X, dan lainnya.

Artikel ini mengulas tentang pentingnya pencitraan diri politisi melalui media sosial untuk meraih dukungan publik di pemilu 2024.

Pencitraan Diri Politisi ini Penting

Menurut penulis, pencitraan diri politisi dalam konteks pemilu 2024 ini sangat penting. Beberapa alasannya, antara lain:

Menggerakkan Pemilih: Citra positif politisi dapat memotivasi pemilih untuk mendukungnya dalam pemilihan umum atau dalam mendukung kebijakan yang mereka usulkan. Citra yang kuat dapat menginspirasi pemilih dan membuat mereka merasa terhubung dengan politisi tersebut.

Mengatasi Persaingan: Dalam politik yang kompetitif, politisi harus bersaing dengan kandidat lain untuk mendapatkan dukungan. Pencitraan diri yang baik dapat memberikan keunggulan kompetitif dan membantu mereka memenangkan pemilu.

Meningkatkan Kredibilitas: Politisi dengan citra yang kredibel dan terpercaya lebih mungkin mendapatkan kepercayaan pemilih. Kepercayaan adalah aspek penting dalam politik, dan pemilih akan lebih cenderung memilih politisi yang mereka percayai akan memenuhi janji dan tanggung jawab mereka.

Pengaruh dalam Pembuatan Kebijakan: Politisi dengan citra yang kuat memiliki lebih banyak pengaruh dalam merumuskan dan mendorong kebijakan. Mereka dapat lebih mudah meyakinkan rekan-rekan mereka dan pemilih bahwa ide-ide mereka layak dilaksanakan.

Mendapatkan Dukungan Publik: Politisi perlu mendapatkan dukungan publik untuk melaksanakan agenda politiknya. Citra yang baik dapat membantu mereka mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok penting dan pemilih yang mungkin mempengaruhi proses politik.

Mengatasi Kontroversi: Politisi yang memiliki citra yang kuat dapat lebih mudah mengatasi kontroversi atau skandal. Pencitraan diri yang baik dapat membantu politisi meminimalkan dampak negatif dari situasi tersebut.

Memengaruhi Opini Publik: Politisi dapat menggunakan citra diri mereka untuk mempengaruhi opini publik tentang berbagai isu. Citra yang kuat dapat membantu mereka meyakinkan pemilih tentang sudut pandang mereka dan memobilisasi dukungan untuk masalah-masalah tertentu.

Memenangkan Dukungan Finansial: Politisi seringkali membutuhkan dukungan finansial untuk kampanye politik mereka. Citra yang baik dapat membantu mereka menggalang dana dari donor dan organisasi yang mendukung visi dan misi politik mereka.

Mengelola Peran Media Sosial

Pada era digital dan informasi saat ini, platform-media sosial seperti Facebook, Twitter/X, Instagram, YouTube, dan lainnya, telah menjadi alat yang kuat bagi politisi untuk berkomunikasi dengan pemilih, mempromosikan diri, dan memengaruhi opini publik.

Beberapa peran utama media sosial dalam membentuk citra diri politisi khususnya di pemilu 2024, antara lain:

Mengkomunikasikan Pesan Politik: Politisi dapat menggunakan media sosial untuk mengkomunikasikan pesan-pesan politiknya secara langsung kepada pemilih tanpa harus melalui media tradisional. 

Ini memungkinkan politisi untuk mengontrol narasi dan pesan yang ingin dia sampaikan. Misalnya, melalui pesan singkat di Twitter/X, siaran streaming di Youtube dan channel video lainnya.

Meningkatkan Keterlibatan dan Interaksi: Politisi dapat berinteraksi langsung dengan pemilih melalui platform-media sosial. Mereka dapat menjawab pertanyaan, mengikuti diskusi, dan merespons isu-isu yang sedang tren. Ini membantu dalam membangun keterlibatan yang lebih kuat dengan pemilih.

Membangun Identitas dan Citra Personal: Politisi dapat menggunakan media sosial untuk membangun citra diri yang diinginkan. Mereka dapat membagikan informasi tentang latar belakang, keyakinan, dan nilai-nilai mereka, serta mengunggah konten yang menggambarkan diri mereka dalam berbagai konteks. 

Misalnya, politisi menampilkan diri sedang berdoa di suatu rumah ibadah, untuk mencitrakan diri bahwa dia adalah penganut agama yang taat beribadah.

Mempromosikan Prestasi dan Program: Politisi dapat menggunakan media sosial untuk mempromosikan prestasi mereka, program-program politik, dan inisiatif yang mereka dukung. Ini membantu pemilih untuk lebih memahami kontribusi mereka dalam menjalankan tugas publik.

Menanggapi Isu-isu Aktual: Politisi dapat merespons cepat terhadap isu-isu aktual dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi selama kampanye. Hal ini dapat memperkuat kesan kepemimpinan dan ketanggapan mereka.

Menciptakan Dukungan dan Kepercayaan: Melalui media sosial, politisi dapat membangun basis dukungan yang kuat. Dengan berbagi cerita-cerita pribadi, interaksi yang tulus dengan pemilih, dan konsistensi dalam pesan politik, mereka dapat memenangkan kepercayaan pemilih.

Mengatasi Serangan dan Kritik: Media sosial juga memberikan platform untuk politisi untuk merespons serangan dan kritik dari lawan politik atau media. Mereka dapat menggunakan media sosial untuk membela diri atau menjelaskan posisi mereka.

Namun, menurut catatan penulis, perlu diperhatikan bahwa media sosial juga dapat menjadi pedang bermata dua. Kesalahan komunikasi atau tindakan yang kontroversial dapat dengan cepat merusak citra politisi. 

Oleh karena itu, politisi juga harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan mempertimbangkan dampak dari setiap postingan atau tindakan yang mereka lakukan.

Media Sosial: Murah, Praktis, Luwes dan Transparan

Ilustrasi Pencitraan diri politisi melmalui media sosial jelang Pemilu 2024 (sumber:freepik) 
Ilustrasi Pencitraan diri politisi melmalui media sosial jelang Pemilu 2024 (sumber:freepik) 

Karakteristik media sosial (medsos) yang unik menjadikannya pilihan yang menarik bagi politisi untuk menciptakan citra diri dalam dunia politik modern. Media sosial memiliki karakteristik antara lain: murah, praktis, efisien, luwes, dan transparan.

Murah: Pencitraan diri politisi melalui media sosial relatif murah dibandingkan dengan kampanye tradisional seperti iklan televisi atau cetak. Politisi dapat membuat akun media sosial secara gratis dan memproduksi konten dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada media tradisional.

Praktis: Media sosial memberikan politisi akses praktis ke pemilih mereka di mana saja dan kapan saja. Mereka dapat memposting pesan, gambar, atau video dengan cepat tanpa perlu melibatkan produksi besar-besaran.

Efisien: Media sosial memungkinkan politisi untuk mencapai audiens yang lebih besar dengan usaha yang lebih sedikit. Melalui berbagai alat analisis dan targetting, politisi dapat mengidentifikasi dan berinteraksi dengan pemilih potensial dengan lebih efisien.

Luwes: Politisi dapat dengan mudah mengadaptasi pesan mereka sesuai dengan perkembangan terkini atau peristiwa penting. Mereka tidak perlu menunggu jadwal siaran berita atau iklan.

Transparan: Pencitraan diri politisi di media sosial dapat memberikan tingkat transparansi yang lebih tinggi. Pemilih dapat melihat aktivitas politisi secara langsung, membaca pesan mereka, dan melacak respons mereka terhadap isu-isu tertentu. Ini dapat meningkatkan kepercayaan pemilih.

Bagaimana mengoptimalkan peran media sosial untuk pencitraan diri politisi? Menurut penulis, untuk mengoptimalkan peran media sosial dalam pencitraan diri politisi, ada beberapa langkah dan strategi yang dapat diambil, seperti misalnya:

Identifikasi Target Audiens: Politisi perlu memahami siapa target audiens mereka di media sosial. Ini termasuk pemilih potensial, pendukung yang sudah ada, dan kelompok-kelompok khusus yang mungkin mendukung mereka. Dengan memahami audiens, politisi dapat menyusun pesan dan konten yang lebih relevan.

Konsistensi dalam Branding: Politisi harus menciptakan identitas merek yang konsisten di seluruh platform media sosial mereka. Ini mencakup penggunaan logo, warna, dan gaya visual yang seragam untuk membuat pengikut dapat dengan mudah mengidentifikasi konten politisi.

Buat Konten yang Berkualitas: Konten yang berkualitas tinggi adalah kunci dalam pencitraan positif di media sosial. Politisi harus berfokus pada membuat konten yang informatif, relevan, dan menarik. Ini bisa berupa video, gambar, atau teks yang berbicara tentang visi, rencana, dan pencapaian politisi.

Interaksi dengan Pemilih: Politisi harus aktif berinteraksi dengan pemilih di platform media sosial. Ini bisa melalui menjawab pertanyaan, berpartisipasi dalam diskusi, dan merespons komentar. Interaksi ini membangun kedekatan dan rasa keterlibatan dengan pemilih.

Gunakan Berbagai Platform: Beragam platform media sosial memiliki audiens yang berbeda-beda. Politisi sebaiknya tidak hanya berkonsentrasi pada satu platform. Mereka perlu memanfaatkan berbagai platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan lainnya untuk mencapai berbagai segmen pemilih.

Jadwal Posting yang Konsisten: Politisi perlu memiliki jadwal posting yang konsisten untuk memastikan bahwa konten mereka teratur muncul di feed pengikut mereka. Ini membantu mempertahankan keterlibatan pemilih.

Gunakan Hashtag Relevan: Hashtag yang relevan dapat membantu konten politisi ditemukan oleh orang-orang yang tertarik pada isu-isu yang dibahas. Politisi harus melakukan riset hashtag yang sesuai dengan pesan politik mereka.

Gunakan Alat Analisis: Politisi dapat menggunakan alat analisis media sosial untuk melacak kinerja konten mereka dan memahami bagaimana pemilih bereaksi terhadap pesan mereka. Ini memungkinkan penyesuaian strategi berdasarkan data yang diperoleh.

Beri Edukasi: Politisi dapat menggunakan media sosial untuk memberikan edukasi kepada pemilih tentang isu-isu politik, rencana kebijakan, dan masalah-masalah penting lainnya. Ini membantu membangun citra sebagai pemimpin yang berpengetahuan.

Kelola Kontroversi dengan Bijak: Politisi harus memiliki rencana untuk mengelola kontroversi yang mungkin muncul di media sosial. Ini termasuk merespons dengan cepat, memberikan klarifikasi, dan menjaga sikap tenang.

Jangan Abaikan Keamanan Cyber: Politisi perlu memperhatikan keamanan online mereka. Mereka harus melindungi akun media sosial mereka dari serangan siber dan penyebaran informasi palsu.

Buat Keterlibatan dalam Kampanye Online: Politisi dapat menggalang dukungan dengan mengajak pengikut mereka untuk berpartisipasi dalam kampanye online seperti penggalangan dana atau kampanye sukarela.

Mengoptimalkan peran media sosial membutuhkan perencanaan dan konsistensi. Politisi harus selalu memastikan bahwa citra diri mereka di media sosial mencerminkan pesan dan nilai-nilai politik mereka dengan baik.

Catatan Akhir

Dalam politik, pencitraan diri politisi adalah suatu upaya yang sangat penting untuk membangun, memelihara, dan mengelola citra yang positif di mata pemilih dan publik. Citra yang kuat dapat memengaruhi pemilih, mendapatkan dukungan, dan memberikan keunggulan kompetitif dalam pemilihan umum.

Politisi dengan citra yang baik lebih mungkin mendapatkan kepercayaan publik, memengaruhi pembuatan kebijakan, mengatasi kontroversi, dan memimpin dengan efektif. Oleh karena itu, pencitraan diri politisi adalah aspek kunci dalam karier politik dan pengaruh mereka dalam proses politik.

Dalam era digital saat ini, pencitraan diri politisi melalui media sosial memainkan peran yang sangat penting dalam membangun citra politik yang positif dan memenangkan dukungan pemilih. Media sosial memberikan politisi alat yang efisien dan luas untuk berkomunikasi langsung dengan pemilih, mengatasi kontroversi, menyampaikan pesan politik, dan memengaruhi opini publik.

Pencitraan diri yang baik di media sosial dapat membantu politisi meningkatkan kredibilitas, memenangkan pemilu, dan memengaruhi pembuatan kebijakan.

Namun, penting pula dicatat bahwa penggunaan media sosial juga memerlukan kebijaksanaan dan etika yang tepat agar citra politisi tetap positif dan terpercaya di mata pemilih. Dengan demikian, peran media sosial dalam pencitraan diri politisi adalah alat yang penting dalam politik modern yang terus berkembang, yang harus dipergunakan dengan hati-hati dan bijaksana.

SELESAI -penulis adalah mantan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun