Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melakukan Kegiatan Karitatif di Desa Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

29 September 2023   14:34 Diperbarui: 1 Oktober 2023   16:25 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan karitatif tak semudah membalik telapak tangan (foto:dokumen pribadi) 

Nah, khusus bentuk kegiatan karitatif yang saya atau kami lakukan di Desa Mawar, di antaranya pengadaan donasi berupa barang, antara lain: beras, mie instan, pakaian pantas pakai, mainan anak, buku-buku bacaan sekolah, alat tulis, buku tulis, dan sebagainya.

Beberapa kali kami memasok semua barang hasil donasi itu, terutama beras, minyak goreng, mie instan, dan sembako lain, untuk dibagikan kepada sebagian warga yang terdampak gagal panen atau paceklik di kala itu.

Jumlah sembako terkumpul lumayan banyak. Terkadang saya dan kawan-kawan mengangkutnya memakai truk, memasuki Desa Mawar, lalu membagikannya kepada sebagian warga petani. Seingat saya, sedikitnya 13 keluarga petani lokal menerima kiriman sembako kami, hampir secara rutin sebulan sekali, nun kala itu.

Sesekali, kami membagikan buku-buku tulis, dan buku bacaan anak seperti komik, buku cerita, dan lainnya. Kami sangat jarang membagi uang tunai kepada warga setempat. Namun, kami membolehkan warga menukar barang bantuan seperti berdus dus mie instan untuk dijual ke warung setempat agar warga memperolah sekadar uang pegangan. Saya melihat bahwa rerata respons warga yang mendapat sumbangan dari kami merasa senang.

panorama alam desa Mawar yang indah tapi dilanda gagal panen (foto:dokumen pribadi) 
panorama alam desa Mawar yang indah tapi dilanda gagal panen (foto:dokumen pribadi) 

Karitatif Menimbulkan Potensi Kontroversial

Kegiatan karitatif semacam ini kami lakukan beberapa kali di Desa Mawar. Kami hanya bermodal nekat, niat baik, dan kerja bakti untuk sekadar peduli pada kondisi lokal sebagian warga Desa Mawar. Meski begitu, pada akhirnya kami memahami bahwa kegiatan karitatif ternyata belum tentu berdampak membuahkan kebaikan bagi semua. Lho, kok bisa?

Saya menemukan fakta bahwa bantuan karitatif sembako dari para donatur dari para relawan di Jakarta untuk warga terdampak gagal panen alias paceklik, kala itu, faktanya tidak efektif, malah cenderung menimbulkan potensi kontroversial dan masalah baru.

Ya, masalah dan potensi kontroversial itu, misalnya:  

Potensi Kecemburuan Sosial: Penentuan siapa yang akan menerima bantuan sembako misalnya, dapat menjadi subjek perdebatan. Kriteria pemilihan siapa yang berhak atau tak berhak menerima sumbangan karitatif yang tidak tercatat dengan jelas, hal ini ternyata bisa memicu ketidakpuasan dan ketidakadilan di masyarakat. Artinya, kegiatan karitatif bisa menimbulkan potensi kecemburuan sosial.

Ketergantungan jangka panjang: Memberikan bantuan sembako secara berulang kepada warga desa yang terdampak gagal panen tanpa upaya untuk memberdayakan mereka secara ekonomi ternyata dapat menciptakan ketergantungan jangka panjang. Warga setempat cenderung mengandalkan kami untuk memberikan sumbangan dalam waktu panjang.

Tentu saja hal ini pada akhirnya dapat merepotkan kami para relawan, sebab warga yang rutin memperoleh bantuan akan cenderung menuntut seolah kami wajib melakukan kegiatan karitatif dalam jangka panjang bagi mereka. Hal ini tentu membuat kemandirian ekonomi warga setempat jadi terhambat.   

Potensi penyalahgunaan: sesekali kami menemukan fakta bahwa bantuan sembako dapat disalahgunakan oleh penerima atau pihak yang terlibat dalam distribusi, seperti penjualan sembako yang diterima untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun