Kuah inilah yang dipakai sama untuk semua pilihan menu. Kuah ini dipakai untuk racikan menu sate kuah, menu soto daging, maupun soto campur.
Saya mengamati proses peracikan soto sebelum disajikan. Dalam satu mangkuk, terdiri dari kuah soto khas betawi, daging, irisan tomat, seledri, bawang goreng. Racikan tambahan tersaji di meja pembeli, terdiri sambal, jeruk nipis, kecap manis.
Sekilas soto yang tengah diracik dalam setiap mangkuk ini mengeluarkan asap lembut. Hal ini membawa aroma semerbak. Bau lezat itu mengundang rasa, ketika tiba tercium di ujung hidung. Saat itulah, pengen segera, tergoda tak sabar rasanya menanti pesanan soto kami segera tersaji.
Menurut Erick, si petugas soto sambil meracik soto, dia bilang bahwa warung sotonya ini lumayan laris. Setiap hari warung menghabiskan bahan dasar daging dan jeroan sapi antara 35kg-40kg setiap hari. Widihh, banyaknya! Ujar saya spontan ke Erick, si petugas soto itu tersenyum. Â
Rasanya Pas di LidahÂ
Maka sejeda kemudian, saat itu pun tiba. Soto pesanan kami pun ready, tersaji di atas meja. Bersegera kami eksekusi porsi soto kami masing-masing. Mari kita sikat! ujar saya  dalam hati.
Dalam beberapa seruputan awal, saya mulai tahu bahwa secara keseluruhan soto tangkar dan sate kuah ini rasanya dominan gurih, curry dan creamy banget. Rempah rempahnya tidak terlalu pekat, rasanya pas. Gurihnya juga pas rasanya di lidah. Ada rasa pedas dan manisnya, ketika kita tambahkan sambal sedikit. Dominan rasa creamy santannya begitu gurih, rasanya parah. Enak banget.
Memang untuk rasa, bagi saya kuah soto ini bener bener nendang abis, ambyar, "no play play", tidak main main, berkualitas mantab surantab, sip markusip dan keren menewen (ealah maaf, itu kan istilah saya yang sering kupakai untuk komen di artikel kompasianer. Kok bisa masuk di artikel ini sih? Ya entahlah -red).
Isian potongan daging dan lemaknya ketika digigit berasa kenyal kenyal lembut. Potongan usus iso dan babatnya pun tak ada perlawanan, begitu digigit langsung terasa maknyos, tidak alot, melainkan lumer di rongga mulut.
"Dahsyat rasanya! Lololo..ndak bahaya ta! Kok sedemikian mantul, mantab betul kelezatannya", ujar saya dalam hati tanpa penyesalan, seusai menyeruput kuah soto yang curry dan creamy ini. Sruputt..mantab kuahnya.Â
Dan beneran, sekali lagi, tak ada bau khas jeroan sapi sama sekali. Dan saya pun lahap menyantap seporsi soto campur pesanan saya. Seporsi soto plus nasi ini pun saya eksekusi, setahap demi setahap dengan nikmat.
Membongkar isi mangkukÂ
Sesekali saya membongkar lebih dalam, perlahan ke semangkuk Soto Campur pesanan saya ini. Dalam pada itu, saya takjub, ternyata saya melihat bahwa isian soto berupa potongan daging jeroan ini isinya penuh dan banyak. Rupanya bang Erick meracik mangkuknya ini byak byuk, terisi penuh daging campur jeroan, isian soto tidak pelit dan kuahnya melimpah. Ada potongan iso, daging, kikil, babat, paru, tulang muda, irisan tomat yang segar, dan lainnya. Masya Allah.