Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sikap Skeptis! Bekal Utama Jurnalis Menjaga Jurnalisme Berkualitas

10 Agustus 2023   15:05 Diperbarui: 11 Agustus 2023   10:02 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sikap skeptis sebagai bekal wartawan menjaga jurnalisme berkualitas (sumber image: freepik.com) 

Sikap Skeptis! Bekal Utama Jurnalis Menjaga Jurnalisme Berkualitas 

"Jadilah wartawan atau jurnalis yang skeptis". Nasihat singkat itu saya terima dari seorang wartawan senior Kompas dan mantan kepala litbang Kompas, H. Witdarmono, sekitar tahun 2010.

Pak Wit,-begitu saya dan beberapa kawan jurnalis memanggil beliau, mengajarkan ilmu jurnalis kepada kami secara langsung, dengan cara praktik mengelola sebuah harian atau koran cetak "Berita Anak Indonesia"- BERANI. Ini adalah koran harian anak satu satunya dan pertama di Indonesia, untuk khusus pembaca anak seusia SD dan SMP, nun di kala itu.

Penulis kebetulan menjaga desk editor, dengan tugas khusus memverifikasi hasil liputan kawan-kawan wartawan, menulis artikel, mengedit dan sesekali menulis ulang berita yang masuk ke meja saya.

Hasil final dari kerja tim wartawan ini, kemudian diolah di meja layout, dimana setiap hari semua tim harus disiplin pada deadline koran itu, yaitu pada pukul 17.00 WIB. Koran Anak BERANI terbit setiap hari, dan dikelola secara profesional, dibawah pemred pak Wit langsung, nun di kala itu.

"Jadilah wartawan yang skeptis", begitu pesan pak Wit tak henti-hentinya kepada kami para jurnalis. Belakangan pesan itu sungguh berguna, terutama sebagai bekal saya dalam mengasah dan mempraktikkan prinsip-prinsip jurnalistik atau kerja sebagai wartawan.

Pesan itu sejujurnya terngiang dan sangat berkesan bagi saya, hingga sekarang. Penulis sangat menaruh hormat dan apresiasi kepada senior saya, pak Wit (H.Witdarmono) yang dengan sabar dan rendah hati, membagikan ilmu "Wartawan Skeptis" yang sangat berharga ini. Maturnuwun, pak Wit!

Ulasan singkat ini sekadar sharing penulis, tentang mengapa sikap skeptis itu penting sebagai bekal seorang wartawan atau jurnalis dalam konteks menciptakan Jurnalisme Berkualitas. Dan bagaimana sikap skeptis itu dipraktikkan dalam kerja jurnalisme seorang wartawan atau jurnalis?  Semoga ulasan singkat ini bermanfaat.

Oiya, disclaimer dulu ya pembaca K yang Budiman Budiwati: tulisan ini sambungan dari dua tulisan saya terdahulu, "Jurnalisme Online: Melaporkan Berita Lebih Cepat dari Bayangan" (jika suka, baca ini: Sumber), serta "Kesibukan News Room: Arena Uji Nyali Pekerja televisi, Ada Wah dan Wow-nya" (jika suka, baca ini: Sumber). Adapun tentang koran BERANI, silahkan googling ya. ok lanjutt..

Apa itu Sikap Skeptis

Sikap skeptis merujuk pada pendekatan atau sikap kritis terhadap informasi, klaim, atau keyakinan tanpa menerima begitu saja tanpa pertimbangan. Orang yang memiliki sikap skeptis tidak langsung menerima suatu pernyataan atau informasi tanpa mengajukan pertanyaan, mencari bukti atau verifikasi, dan melakukan analisis yang lebih mendalam.

Sikap skeptis mencerminkan semangat untuk mencari kebenaran melalui penelitian, analisis, dan evaluasi yang cermat. Ini melibatkan keraguan terhadap klaim atau informasi sampai ada cukup bukti yang mendukung.

Sikap skeptis bukan berarti menjadi pemarah, sensitif curiga atau tidak percaya sepenuhnya pada segala sesuatu, tetapi lebih tentang memastikan bahwa informasi yang diterima wajib berdasarkan pada dasar yang kuat. "Prinsip inilah kunci yang penting untuk dijadikan pegangan seorang jurnalis!" (itu menurut pandangan pribadi penulis lho ya..hihihi-red). 

Artinya, dalam konteks jurnalisme, sikap skeptis mengharuskan wartawan untuk bertindak sebagai peneliti yang teliti, menyelidiki klaim yang dibuat oleh sumber, memeriksa fakta, dan mencari informasi tambahan sebelum menyampaikan berita kepada khalayak atau masyarakat.

Secara khusus, sebenarnya sikap ini dengan sendirinya, membantu mencegah penyebaran informasi palsu atau tidak akurat yang dapat merugikan pembaca di manapun berada.

Sikap skeptis juga berguna, penting dalam ilmu pengetahuan, di mana pendekatan skeptis diterapkan untuk menguji dan memverifikasi teori, hipotesis, atau hasil penelitian sebelum diterima sebagai kebenaran.

Ini merupakan bagian penting dari metode ilmiah yang membantu membangun pengetahuan yang dapat diandalkan dan akurat. Nah, begitulah kura kura penjelasannya. Marilah menelusur lebih dalam lagi, mengapa sikap skeptis perlu bagi bekal seorang wartawan atau jurnalis?

Mengapa Sikap Skeptis Perlu Bagi Seorang Wartawan

Sikap skeptis wartawan sangat penting dalam menjaga integritas, akurasi, dan kualitas dalam dunia jurnalisme. Ada beberapa alasan mengapa sikap skeptis ini sangat diperlukan:

Mencegah Penyebaran Informasi Salah: Dalam era di mana berita dapat dengan cepat menyebar melalui media sosial dan platform online, risiko penyebaran informasi yang salah atau palsu menjadi sangat tinggi. Sikap skeptis membantu mencegah berita palsu atau informasi yang tidak terverifikasi tersebar lebih lanjut.

Meminimalkan Bias: Setiap orang memiliki bias atau pandangan pribadi. Sikap skeptis membantu wartawan mengenali bias pribadi mereka sendiri dan berusaha untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap pemberitaan. Ini membantu menjaga netralitas dan objektivitas dalam berita.

Mengungkap Kecurangan atau Korupsi: Wartawan skeptis cenderung untuk menggali lebih dalam dan tidak terpengaruh oleh klaim-klaim yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini membantu dalam mengungkapkan praktik korupsi, kecurangan, atau pelanggaran hukum lainnya yang mungkin terjadi.

Mendorong Pertanggungjawaban: Sikap skeptis mendorong pihak-pihak yang diberitakan untuk memberikan bukti dan informasi yang jelas. Ini dapat mendorong pertanggungjawaban dari individu, lembaga, atau organisasi yang berkontribusi dalam suatu berita.

Menghindari Sensasionalisme: Wartawan skeptis cenderung untuk berfokus pada fakta dan substansi daripada mencari sensasi atau perhatian yang berlebihan. Hal ini membantu mencegah berita yang berlebihan atau tidak akurat hanya untuk menarik perhatian.

Mendukung Kepercayaan Masyarakat: Ketika masyarakat merasakan bahwa berita yang mereka baca atau tonton dihasilkan dengan standar yang tinggi, kepercayaan terhadap media dan jurnalisme dapat meningkat. Wartawan skeptis membantu membangun kepercayaan ini dengan menyajikan berita yang terverifikasi dan berkualitas.

Mengedepankan Etika Jurnalisme: Sikap skeptis mendorong wartawan untuk mematuhi kode etik jurnalisme, seperti memeriksa fakta sebelum menyebarkan informasi, memberikan sudut pandang yang beragam, dan melindungi privasi individu yang diberitakan.

Menghindari Manipulasi Politik dan Komersial: Dalam lingkungan yang penuh dengan pengaruh politik dan komersial, wartawan skeptis dapat mencegah adanya upaya manipulasi atau penyalahgunaan kekuatan untuk mempengaruhi berita dan opini publik.

Menurut penulis, sikap skeptis wartawan membantu menjaga kualitas dan integritas jurnalisme sebagai pilar informasi yang andal dan penting dalam masyarakat.

Bagaimana Sikap Skeptis Dipraktikkan oleh Wartawan

Wartawan skeptis memainkan peran penting dalam menciptakan jurnalisme berkualitas yang akurat, netral, dan informatif. Skeptisisme yang sehat membantu mencegah penyebaran informasi yang salah atau tendensius. 

Menurut catatan penulis, beberapa bekal yang dapat membantu wartawan skeptis menciptakan jurnalisme berkualitas, antara lain:

Penelitian Mendalam: Selalu lakukan penelitian mendalam sebelum menulis atau melaporkan suatu berita. Verifikasi sumber informasi dan pastikan bahwa informasi yang disajikan benar dan akurat.

Verifikasi Fakta: Jangan pernah mengandalkan hanya satu sumber informasi. Selalu cari konfirmasi dari beberapa sumber yang berbeda sebelum menyampaikan berita. Verifikasi fakta secara teliti untuk menghindari kesalahan.

Kritis terhadap Sumber: Tinjau dengan kritis sumber informasi Anda. Pertimbangkan kemungkinan bias atau kepentingan tertentu yang mungkin memengaruhi informasi yang diberikan oleh sumber tersebut.

Pahami Konteks: Penting untuk memahami konteks berita secara menyeluruh. Berita yang diambil dari konteksnya dapat mengarah pada interpretasi yang salah atau salah pengertian.

Menghindari Asumsi: Hindari membuat asumsi sendiri. Berita harus didasarkan pada fakta yang dapat diverifikasi, bukan pada spekulasi atau prasangka. Artinya, berita bukan berasal dari imajinasi wartawan.

Netralitas dan Keseimbangan: Upayakan menjaga netralitas dalam pemberitaan. Berikan ruang yang adil untuk berbagai sudut pandang yang relevan dalam suatu berita.

Transparansi: Sertakan informasi tentang bagaimana Anda mengumpulkan berita dan bagaimana Anda mengonfirmasi fakta. Transparansi akan membangun kepercayaan dengan pembaca.

Hindari Sensasionalisme: Jauhi penggunaan judul yang berlebihan atau sensasional untuk menarik perhatian. Fokus pada substansi berita dan dampaknya pada masyarakat.

Perbarui dan Koreksi: Jika ada perubahan informasi atau koreksi yang perlu dilakukan setelah publikasi, lakukan dengan cepat dan jelas. Tanggapi masukan atau kritik dengan terbuka.

Etika Profesional: Patuhi kode etik jurnalisme yang berlaku dan ikuti aturan UU Pers No 40 tahun 1999. Penuhi tanggung jawab moral Anda terhadap kebenaran, integritas, dan dampak berita Anda pada masyarakat.

Belajar Terus: Dunia terus berubah, termasuk praktik jurnalisme berkualitas dan teknologi informasi. Teruslah belajar tentang perkembangan baru dalam jurnalisme dan metode penyampaian berita.

Menghormati Diversitas: Hargai keberagaman pandangan, budaya, dan latar belakang dalam pemberitaan Anda. Hindari prasangka atau stereotip yang tidak berdasar.

Mengembangkan Keterampilan Kritis: Selain kecakapan dalam penyelidikan dan penyajian informasi, bangun juga keterampilan kritis dalam menganalisis situasi, hubungan, dan dampak dari berita.

Dengan berpegang pada prinsip-prinsip ini, wartawan skeptis dapat berkontribusi pada pembentukan opini publik yang berdasarkan informasi yang akurat, seimbang, dan dapat diandalkan.

Menyudahi ulasan ini, menurut catatan penulis, dalam dunia jurnalisme dan pencarian kebenaran, sikap skeptis memiliki peran penting untuk menjaga integritas, akurasi, dan kualitas informasi yang disampaikan kepada masyarakat.

Wartawan yang bersikap skeptis berperan sebagai penjaga keandalan berita dengan cara melakukan penelitian mendalam, verifikasi fakta, dan kritik terhadap sumber informasi. Sikap skeptis membantu mencegah penyebaran berita palsu, meminimalkan bias, mengungkap kecurangan, dan memastikan bahwa masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan bermakna.

Dalam era informasi yang cepat dan kompleks, sikap skeptis menjadi pijakan penting untuk membangun kepercayaan, mendorong pertanggungjawaban, dan menjaga kualitas dalam jurnalisme serta dalam pencarian pengetahuan secara lebih luas.

Semoga semakin terjaga kualitas Jurnalisme Berkualitas di tengah kita. Begitulah kura kura.

SELESAI 

Penulis adalah mantan senior editor Koran Anak BERANI, penghobi jalan jalan dan kuliner Kupat Tahu Blabag-Magelang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun