Cerita Pendek di Cinta yang Panjang
Cinta sederhana: terbagi dalam beberapa Chapter saja.
Chapter #I
Semasa remaja, seolah kita sejoli. Padahal faktanya bukan. Kita bertemu di pelataran kapel tua. Sambil membawa buku cerita "Dari Jendela SMP" karya Mira W, kamu menghampiriku, nun di kala itu.Â
"Bacalah ini, ceritanya bagus. Siapa tahu kamu suka, idealis", katamu. Aku menerima bukumu. Aku memakai kostum semacam jubah berwarna merah, sehabis misa.Â
"Syukurlah. Senang melihatmu tampak saleh, idealis", katamu lagi sekenanya. Wajahmu yang manis, merona merah muda.
"Kesalehan itu baik. Tapi bukan segalanya", kataku pendek.
"Mengapa begitu, idealis?" tanyamu renyah, sedikit terkejut.
"Sebab ada kalanya, kejahatan muncul dari kesalehan yang datang dari balik jubah mulia. Itu jauh lebih berbahaya", jawabku. Kamu diam. Mengapa begitu, idealis? Tanyamu lagi, seperti angin berbisik.
"Kesalehan tidak identik dengan kesucian", kataku. Kamu melongo.
"Kamu ngaco, kamu memang idealis. Pikiranmu sulit kutebak", katamu mencubit lenganku. Dan kita pun tertawa. Sudahlah. Sehabis meminum es degan di halaman depan kapel tua, kita berpisah.Â
Chapter #IIÂ
Sejeda waktu, lima tahun berlalu. Lama kita tak bersua. Tetapi di pelataran Gua Maria, kita bertemu. Bukan untuk membincang tentang kita, tetapi meronce rosario. Mencoba mengucap kata-kata, tetapi canggung. Sendiri sendiri mengadu kepada Bunda Maria. Hanya sesekali, saling memandang. Itu pun seperti seolah merasa telah bertemu.
"Aku telah memutuskan. Besok aku pergi, masuk seminari". Kamu melongo.