Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menata Desa Layak Anak Kota dalam Program Live-in Sekolah, Bagaimana Caranya?

25 Juli 2023   12:25 Diperbarui: 26 Juli 2023   14:58 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menata Desa Layak Anak Kota dalam Program Live-in Sekolah. Bagaimana Caranya? 

Beberapa tahun belakangan, dalam jumlah berombongan, ribuan anak anak kota sering datang ke desa didampingi oleh guru-guru pendamping. Rerata mereka anak usia 14-17 tahun, siswa SMP atau SMA. Untuk apa datang ke desa? Mereka anak anak kota itu tengah mengikuti program Live-in, ekskul yang diadakan sekolah. 

Menurut penulis, fenomena itu akan berlangsung hingga beberapa tahun ke depan. Apakah di desa pembaca pernah diadakan program Live-in Sekolah? 

Sekadar sharing. Penulis pernah beberapa kali rutin mendampingi program kegiatan Live in, sebagai fasilitator, creator concept, bagi kegiatan anak anak kota dari Jakarta, dari beberapa SMA dan SMP, berkegiatan di sebuah desa, Desa Salem namanya, Kecamatan Pondoksalam, di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 

Mengelola program Live in di Desa Salem, menurut penulis, sejujurnya tidak mudah. Setidaknya ada dua sisi kepentingan yang harus dilayani, yaitu kepentingan pihak Sekolah mewakili anak anak kota yang mau berkegiatan di desa. Dan pihak Desa Salem, sebagai tuan rumah yang menampung para siswa atau anak anak kota itu selama menginap di desa. 

Artinya, ada tahapan perencanaan harus matang, sebelum dan selama Live-in diadakan di desa. 

Ulasan sederhana ini menjawab pertanyaan bagaimana desa menata diri sebagai desa yang layak dikunjungi (desa yang ramah anak kota), terutama untuk anak anak kota, siswa sekolah  dalam kunjungan Live-in di desa? 

Jawaban penulis sekadar sharing, berdasar pengalaman penulis selama mendampingi kegiatan anak anak kota itu berkegiatan di Desa Salem, Kabupaten Purwakarta. Semoga ulasan ini bermanfaat. (disclaimer: siapkan camilan, teh dan kopi secukupnya, untuk menemani bacaan yang lumayan panjang ini..mari seruput dulu kopinya sahabat Kompasiana..sruputtt..lanjut pakde.) 

Apa itu Live-in 

Program "live-in siswa sekolah" atau "anak-anak kota ke desa" adalah program di mana siswa dari kota besar seperti Jakarta, tinggal sementara di desa, menginap selama waktu tertentu. 

Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberikan siswa pengalaman hidup di lingkungan yang berbeda dari lingkungan perkotaan yang biasanya mereka alami sehari-hari. 

Menurut catatan penulis, program semacam ini dapat diadakan oleh sekolah, Lembaga sosial, atau organisasi pendidikan. Khusus di Desa Salem, beberapa tamu rombongan Live-in, di antaranya beberapa rombongan siswa SMP/SMA Swasta dan Negeri di Jakarta, Komunitas Sosial dari Jakarta, termasuk kunjungan kelompok Mahasiswa di Jakarta (non KKN). 

rombongan anak kota kegiatan live in di Desa Salem, Purwakarta (sumber:dokumen pribadi) 
rombongan anak kota kegiatan live in di Desa Salem, Purwakarta (sumber:dokumen pribadi) 

Tujuan Kegiatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun