Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tapaktuan: Pesona Destinasi Wisata Aceh Selatan, Penuh Kenangan Tak Terlupakan

20 Juli 2023   18:02 Diperbarui: 21 Juli 2023   17:41 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penulis makan siang di kebun pala bersama bapak H.T Sama Indra (berkaos kuning) bersama warga setempat (foto by wibhyanto/dokpri) 

"Jika kita menabrak hewan ternak. Justru yang direpotkan nanti adalah peternak sendiri. Bukan sopir atau pemilik mobil yang menabrak hewan itu di jalanan. Sebab aturan konvensi mirip adat istiadat di sini mengharuskan peternak hewan mengganti kerugian akibat kecelakaan itu, walau pun hewan ternaknya mati oleh tertabrak mobil", ujar Bang Sopir menjelaskan.

Tentu saja saya heran, sebab aturan lokal ini atau lebih sebagai kearifan lokal ini tidak saya jumpai di tempat lain, terutama di Jawa.

Hewan ternak yang tak sengaja tertabrak di jalanan di Jawa, akan dimintakan ganti rugi oleh pemilik ternak kepada sopir atau pemilik mobil si penabrak. Tetapi aturan itu berlaku sebaliknya di dua kabupaten ini. Yaitu: peternak harus mengganti rugi kepada sopir, akibat mobil menabrak hewannya yang dibiarkan berkeliaran di jalanan, sehingga terjadi kecelakaan.

Saya jadi teringat pepatah di kampung saya di lereng Merapi, bahwa "negara mawa tata, desa mawa cara". Artinya, setiap daerah memiliki keunikan aturan adat istiadatnya sendiri yang musti dihormati dan ditaati bersama.

Menginap di Rumah Pendopo Bupati

Menjelang petang kami tiba di Tapaktuan. Ini adalah kota di lereng kaki bukit yang melandai hingga di tepian pantai Lautan Samudra Hindia, di Aceh Selatan.

Belum ada tempat hotel yang gemerlap di kota kabupaten ini, hanya tersedia tempat  menginap sederhana di tengah kota, dan pinggir pantai.

Namun sebagai tamu khusus bapak Bupati, penulis merasa nyaman, sebab fasilitas penginapan khusus bagi para tamu dari Jakarta, memang telah tersedia di areal pendopo rumah dinas Bupati Aceh Selatan. Tempat menginap ini tergolong berbintang, sebab tersedia AC dan fasilitas ruang kamar yang megah.

Penulis harus mengangkat topi khusus, "terimakasih kami ucapkan dan salam hangat, sebab boleh menikmati areal kawasan Tapaktuan yang penuh pesona dan menginap di pendopo Bupati, pak H.T Sama Indra, sahabat saya bapak Bupati Aceh Selatan yang ramah".

keindahan pantai di Tapaktuan , di suatu senja (foto by wibhyanto/dokumen pribadi) 
keindahan pantai di Tapaktuan , di suatu senja (foto by wibhyanto/dokumen pribadi) 

Menjelajahi Pesona dan Keunikan Tapaktuan di Aceh Selatan

Tapaktuan yang populer disebut "Kota Naga" ini terletak di pesisir barat Aceh, menawarkan pesona alam yang menakjubkan serta keunikan budaya dan tradisi yang kaya. Mari kita jelajahi lebih dekat, pesona dan keunikan Tapaktuan yang membuatnya menjadi tempat menarik, dan patut untuk dikunjungi.

Keindahan Pesisir Pantai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun