Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Panen Tiba: Membakar Jerami, Mata Perih dan Pencemaran Udara, Sudah Biasa di Desa?

2 Juli 2023   12:13 Diperbarui: 4 Juli 2023   01:35 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi petani membakar jerami (foto: wibhyanto/dokumen pribadi) 

Panen Tiba: Membakar Jerami, Mata Perih dan Pencemaran Udara. Sudah Biasa di Desa? 

Panen padi dimulai. Serombongan burung pipit terbang berhamburan, menjauh, ketika beberapa buruh tani memasuki sawah milik bapak yang siap dipanen. Sepetak sawah itu lokasinya di belakang rumah kami, di desa Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Magelang.

Beberapa lelaki membabat rumpun padi, dan menyisakan sedikit bonggolnya di tanah. Rumpun padi, berisi batang, daun, bulir dan butiran padi itu kemudian dikumpulkan di tengah sawah. Mesin perontok padi bekerja dengan cepat, memisahkan butiran padi dari bulir, daun dan batang padi.

Beberapa perempuan memasukkan butiran padi ke dalam karung. Sebagian lelaki membawa jerami dalam beberapa tumpukan yang menggunung di sawah. Panen padi di sawah bapak di belakang rumah, kali ini menghasilkan beberapa karung padi, dan beberapa gunungan jerami padi.

Beberapa karung berisi padi itu segera diusung dan disimpan di ruang belakang rumah, untuk dijemur keesokan hari. Sedangkan beberapa gunungan jerami dibiarkan teronggok begitu saja di sawah.

Tetapi tak lama kemudian, asap tebal mengepul dan api menghabisi seluruh tumpukan jerami padi yang menggunung itu. Seseorang petani utusan bapak membakar semua jerami hasil panen padi itu, hingga menjadi abu.

sebagian jerami menumpuk di samping mesin perontok padi (foto:wibhyanto/dokumen pribadi)
sebagian jerami menumpuk di samping mesin perontok padi (foto:wibhyanto/dokumen pribadi)

Semua orang menjauh dari arena pembakaran jerami itu, namun terkadang asap tebal itu tak terduga, terhembus oleh angin yang berubah arah, memasuki kawasan rumah penduduk desa, termasuk sebagian masuk ke dalam rumah kami. Beberapa orang terbatuk batuk, mata perih dan sesak napas. Tetapi semua warga seperti memaklumi, bahwa keadaan itu pasti tak berlangsung lama.

Dan menurut warga, itu sudah biasa, terjadi demikian, setiap kali masa panen tiba di desa kami. Dan sepertinya juga terjadi di desa lain di kawasan Merapi, setiap panen padi tiba. Asap tebal mengepul di mana mana. Dan itu bisa ditebak, berasal dari gunungan jerami padi yang dibakar petani.

Dan usailah sudah prosesi panen padi seharian kali ini, di sawah belakang rumah bapak di desa Mangunsari, Sawangan, Kabupaten Magelang.

sebagian beberapa karung hasil panen padi (foto:wibhyanto/dokumen pribadi) 
sebagian beberapa karung hasil panen padi (foto:wibhyanto/dokumen pribadi) 

Berapa produksi limbah per satu kali masa panen?

Menurut beberapa literasi, hasil jerami padi per hektar dalam satu kali masa panen antara 12-15 ton. Sedangkan padi yang dihasilkan 6-8 ton, tergantung kondisi lingkungan dan pola perawatan tanaman. Artinya  bisa diasumsikan jika kawasan sekitar 10 hektar sawah yang tengah panen di desa Mangunsari termasuk sawah bapak, sebenarnya menghasilkan antara 120-150 ton jerami. 

Bayangkan, jika jerami itu disatukan dalam satu lokasi dan dibakar. ah terlalu mengerikan kobaran api dan asap polusinya untuk dibayangkan. 

Ilustrasi sawah di desa Mangunsari (foto:wibhyanto/dokumen pribadi)
Ilustrasi sawah di desa Mangunsari (foto:wibhyanto/dokumen pribadi)

Petani Cenderung Membakar Limbah Panen, Terutama Jerami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun