Teknologi dan Infrastruktur: Beberapa metode pengolahan limbah pertanian memerlukan teknologi khusus atau infrastruktur yang belum tersedia di daerah pertanian tertentu. Keterbatasan teknologi dan infrastruktur dapat menjadi hambatan dalam menerapkan praktik berkelanjutan.
Kebiasaan dan Tradisi: Beberapa praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan mungkin sudah menjadi bagian dari tradisi atau kebiasaan petani, sehingga sulit untuk mengubahnya menjadi metode yang lebih berkelanjutan.
Kebijakan dan Regulasi: Kurangnya dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait, serta kebijakan atau regulasi yang tidak mendukung, juga dapat menjadi hambatan dalam menerapkan praktik pengolahan limbah pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Dampak Ekonomi: Beberapa metode pengolahan limbah pertanian berkelanjutan mungkin tidak memberikan hasil ekonomi yang segera dan langsung bagi petani. Ini dapat membuat petani enggan beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan jika dampak ekonomi tidak terlihat secara jelas.
Meskipun ada tantangan dalam mengadopsi metode pengolahan limbah pertanian yang ramah lingkungan, perlu diingat bahwa langkah-langkah ini penting untuk menjaga lingkungan, keberlanjutan pertanian, dan kesejahteraan manusia.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara petani, pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat secara keseluruhan untuk mengatasi tantangan ini dan mendorong perubahan menuju praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Jika hal ini tidak pernah dilakukan, barangkali praktik kebiasaan lama membakar berton-ton jerami sehabis panen, tetap dilakukan, sebagai langkah praktis efektif efisien bagi petani, walau mereka sebenarnya tahu bahwa hal itu mencemari lingkungan dan menyebabkan polusi yang mengganggu kesehatan.
 "Ya mau gimana lagi, kan membakar jerami itu sudah biasa dan malah sudah mentradisi, mas". Begitu kata beberapa petani, kepada penulis, beberapa waktu lalu seusai panen di sawah belakang rumah tinggal bapak di desa Mangunsari, Sawangan, Magelang.
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H