Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Pentas Wayang Kulit Kreasi Siswa, Merancangnya Bagaimana?

18 Juni 2023   13:58 Diperbarui: 22 Juni 2023   09:48 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
setting panggung wayang kulit minimalis (Foto: Wibhyanto/Dokumentasi pribadi)

Pentas Wayang Kulit Kreasi Siswa, Merancangnya Bagaimana? 

Suatu ketika saya mampir di sebuah galeri kecil yang menjual souvenir aneka tokoh wayang kulit, juga wayang golek di kawasan Njeron Beteng, Yogyakarta. Saya lupa persisnya tempat itu ada di sebelah mana di Njeron Beteng.

Uniknya tempat itu, selain diperlihatkan isi galeri, di mana para tokoh wayang dipajang berjajar rapi, saya juga diminta menyaksikan bagaimana perajin memproses pembuatan wayang kulit yang asalnya dari selembar kulit sapi dan kulit kerbau.

Dimulai dari selembar kulit yang telah disamak, lalu dimotif tokoh wayang, ditatah, dan diberi warna warni, sehingga sempurna sebagai sosok wayang kulit. Saya takjub melihat proses pembuatan wayang kulit itu ternyata cukup njelimet, rumit dan membutuhkan keterampilan khusus dan ketekunan ekstra, terutama saat wayang itu ditatah (disungging) menjadi bentuk yang sempurna.

Pertunjukan Wayang Minimalis

Lebih uniknya lagi, di galeri itu saya lalu disuguhi suatu pergelaran asli wayang kulit, tepatnya sepotong adegan pertunjukan wayang, berdurasi singkat 15 menitan.

Tetapi yang membuat saya takjub, bahwa melalui peralatan yang serba minimalis, pertunjukan wayang kulit itu terasa digelar sangat sempurna, profesional, dan membuat saya dan beberapa penonton yang hadir waktu itu, senang dan puas. Kami penonton bertepuk tangan di akhir pertunjukan!

Dari pertunjukan itu, saya terinspirasi bahwa ide konsep pergelaran wayang kulit minimalis semacam itu, mungkin sangat baik jika diajarkan di sekolah sebagai model pembelajaran seni dan memicu kreativitas siswa yang penuh pesona. Sebut saja istilahnya, pertunjukan "Wayang minimalis kreasi siswa".

Konsep Pertunjukan 

Konsep pertunjukan wayang kulit minimalis karya siswa ini seperti apa? Berikut ini penulis bagikan, dengan catatan, model konsep ini nantinya oleh guru pendamping seni bisa disesuaikan sendiri dengan kebutuhan, tujuan dan manfaat pembelajaran siswa di sekolah setempat.

Persiapan Naskah:

Penyiapan naskah pertunjukan, caranya kita mengambil sepotong kisah dalam lakon wayang; misalnya sepotong adegan Anoman Obong, Karno Tanding, Perang Baratayudha, Abimanyu Gugur, Kresna Duta, dan sebagainya. Bisa juga lakon dari hasil karya cerita siswa atau guru sendiri.

Kalau di sekolah, guru bisa melibatkan siswa, dengan memancing ide kreatif siswa agar mengusulkan lakon cerita atau adegan semacam apa yang ingin mereka pentaskan, dalam durasi pentas singkat 15 menitan, atau maksimal 30 menitan.

Pembatasan waktu dimaksudkan agar dalam waktu pembelajaran terbatas di kelas, guru bisa menampilkan beberapa lakon cerita sekaligus, dengan tim crew siswa yang berbeda.

Alur cerita bisa ditulis sebagai konsep lebih dulu, seperti bentuk naskah drama, memakai tidak harus Bahasa Jawa, melainkan bisa saja Bahasa Sunda, Bahasa Madura, Bahasa Bali, Bahasa Inggris, atau Bahasa Indonesia. Pilihan bahasa ini penting, sekaligus bertujuan melatih keterampilan seni berbahasa siswa.

Nah, teks naskah inilah yang menjadi rundown bagi crew yang terlibat. Terutama pegangan bagi dalang wayang kulit kreasi siswa ini.

Setting Panggung

Panggung pertunjukan wayang di galeri yang saya tonton ini simple dan tidak ribet. Sebuah layar putih, dibentang pada dua cagak atau tiang, di depannya diberi gedebog atau batang pisang.

Beberapa tokoh wayang kulit lalu ditancapkan secara rapih berjajar, baik di sisi kiri layar atau di kanan layar. Bagian tengah layar adalah arena ruang kosong untuk dalang memainkan pertunjukan.

Karena wayang sebenarnya sebuah pertunjukan yang menampilkan bayang bayang, maka disiapkan Blencong atau lampu penerang untuk menyorot ke arah layar pertunjukan. Blencong bisa berupa lampu spot sederhana yang diletakkan di belakang posisi dalang.

Nantinya posisi arah cahaya lampu ini harus mampu memperlihatkan bayang bayang wayang, ketika penonton melihatnya dari balik layar.

Di tempat dalang, ditaruh kotak dan kepyak (beberapa lempeng besi), yang memungkinkan dalang membunyikan suara kotak tok tok tok tokk, dan bunyi kepyak cringg cringg cringg cringg, pada saat mendalang.

Pengendang, dalang dan penonton wayang kulit minimalis (Foto: Wibhyanto/Dokumentasi pribadi)
Pengendang, dalang dan penonton wayang kulit minimalis (Foto: Wibhyanto/Dokumentasi pribadi)

Seperangkat Gamelan Sederhana

Uniknya wayang minimalis ini, hanya memerlukan satu buah kendang saja, hanya itu. Tidak perlu alat musik lain, seperti kenong, kimpul, gong, bonang, siter, suling, dan lainnya.

Maka pertanyaannya, bagaimana mendapatkan suara musik yang utuh sebagai pergelaran wayang kulit pada umumnya, walaupun hanya tersedia satu buah kendang saja?

Jawabnya, inilah kunci rahasia pertunjukan wayang minimalis ini. Yaitu, semua musik gamelan yang diperlukan untuk keperluan pertunjukan itu, telah direkam lebih dulu dalam rupa rekaman VCD/DVD atau tersimpan di laptop.

Fungsi alat kendang yang ditabuh ini penting sebagai penampil efek suara transisi fade in dan fade out audio dari suara gamelan di DVD/VCD atau laptop ke suara dalang pertunjukan. Sehingga alur bunyi gamelan seluruhnya menjadi utuh dan hidup.

Sedangkan ketika musik gamelan diperlukan atau tidak selama pertunjukan, crew audioman tinggal tekan ON atau OFF saja di perangkat sound system, atau laptop yang terhubung ke kotak speaker.

Sesederhana itu, tetapi efek gaung suara gamelan ini menggelegar suaranya di dalam ruang galeri tempat kami menonton, sungguh luara biasa. Tak jauh berbeda, seperti suara musik gamelan beneran yang ditabuh dalam wayang kulit. Bisa dibayangkan serunya, kan...?

Peralatan Minimalis

Siapkan seperangkat sound system, DVD/VCD atau laptop, power listrik, lampu blencong, kendang, dan beberapa tokoh wayang kulit. Tidak harus memakai peralatan yang mahal atau canggih, peralatan yang sederhana dan adanya apa, itu sudah cukup bagi pertunjukan ini, asalkan peralatan itu berfungsi dengan baik.

Sosok wayang pun bisa dikreasi sendiri, dari bahan di sekitar yang dibuat bersama oleh guru dan siswa. Ingat tidak, di zaman dalang Slamet Gundono (almarhum), dimana wayang bisa dikreasi dari bahan suket, damen atau batang jerami padi. Wayang minimalis kreasi siswa tidak harus dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau.

Tetapi penulis menyarankan, dalam konteks pertunjukan ini seyogyanya memakai wayang kulit asli, wayang beneran, yang disediakan oleh sekolah, sebagai bahan ajar bidang seni dan budaya yang asli warisan nenek moyang.

Crew Minimalis

Crew pertunjukan wayang ini minimalis: hanya 4 orang, terdiri dari 1 dalang, 1 pengendang, 1 audioman, 1 produser urusan wira wiri selama pertunjukan. Untuk pembelajaran di sekolah, siswa dapat dibagi dalam beberapa kelompok crew, untuk memainkan lakon wayangnya masing-masing.

Oiya, jika di antara siswa ada yang mampu sebagai penyanyi sinden, penting untuk dilibatkan atau dilatih oleh guru seni pendamping. Jika tidak tersedia, maka fungsi sinden di sini cukup diambil alih oleh suara rekaman penyanyi sinden yang telah disiapkan di VCD/DVD atau di laptop.

Pergelaran Wayang

Pergelaran wayang ini menjadi sangat menarik dan seru, jika setiap crew yang bertugas memainkan fungsi dan perannya secara serius dan sungguh-sungguh. Maka kolaborasi peranan antar crew, dengan berpegang pada teks rundown cerita, penting menjadi pedoman bersama.

Untuk pembelajaran model pentas minimalis ini, yang penting adalah berikan kebebasan ruang siswa untuk merancang lakon pertunjukan wayangnya sekreatif mungkin, selucu mungkin, senorak atau sengawur mungkin, sepanjang masih berpegang pada patokan rundown cerita yang dibuat bersama guru seni pendamping.

penonton menyaksikan pertunjukan wayang di balik layar (Foto: Wibhyanto/Dokumentasi pribadi)
penonton menyaksikan pertunjukan wayang di balik layar (Foto: Wibhyanto/Dokumentasi pribadi)

Banyak Manfaatnya

Pertunjukan wayang kulit hasil kreasi siswa sendiri di sekolah, menurut penulis, memiliki berbagai manfaat yang berpengaruh pada perkembangan siswa. Berikut beberapa manfaat yang mungkin dapat diperoleh dari pertunjukan tersebut:

Peningkatan keterampilan seni: Melalui proses kreatif membuat pertunjukan wayang kulit, siswa dapat mengembangkan keterampilan seni seperti menggambar, merancang kostum, membuat boneka, dan memainkan karakter dalam pertunjukan tersebut.

Hal ini akan meningkatkan kepekaan seni mereka dan memberikan pengalaman praktis dalam dunia seni pertunjukan.

Pengembangan kreativitas: Proses menciptakan pertunjukan wayang kulit membutuhkan imajinasi dan kreativitas yang tinggi. Siswa harus berpikir secara kreatif dalam merancang cerita, memilih karakter, menciptakan dialog, dan mengatur pertunjukan secara keseluruhan.

Ini akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas mereka.

Penguatan identitas budaya: Wayang kulit adalah warisan budaya yang kaya dan penting dalam tradisi Indonesia. Dengan membuat pertunjukan wayang kulit sendiri, siswa akan belajar tentang sejarah dan budaya Indonesia, serta menghargai dan memperkuat identitas budaya mereka sendiri.

Mereka juga akan mempelajari nilai-nilai tradisional, cerita-cerita mitologis, dan pesan moral yang terkandung dalam pertunjukan wayang kulit.

Meningkatkan keterampilan sosial: Pertunjukan wayang kulit membutuhkan kerja sama tim antara siswa dalam pembuatan kostum, pembuatan boneka, latihan dialog, dan persiapan panggung.

Kolaborasi ini akan membantu siswa untuk belajar bekerja sama, berkomunikasi, memecahkan masalah, dan menghargai kontribusi orang lain. Ini juga akan meningkatkan keterampilan sosial mereka dalam berinteraksi dengan teman sebaya dan guru.

Peningkatan kepercayaan diri: Melalui pertunjukan wayang kulit yang melibatkan siswa secara aktif, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk tampil di depan publik.

Hal ini dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian siswa dalam berbicara di depan umum, menampilkan keterampilan mereka, dan menghadapi tantangan baru. Pengalaman ini dapat membangun kepercayaan diri mereka di dalam dan di luar lingkungan sekolah.

Pengembangan keterampilan akademik: Selain manfaat seni dan budaya, pembuatan pertunjukan wayang kulit juga dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan akademik mereka.

Proses merancang cerita, mengatur alur, menulis naskah, dan menghafal dialog akan memperkuat kemampuan bahasa, keterampilan menulis, dan keterampilan memorisasi siswa.

Dengan demikian. pertunjukan wayang kulit hasil kreasi siswa sendiri di sekolah tidak hanya menyenangkan dan menghibur, tetapi juga memberikan manfaat yang luas dalam hal pengembangan keterampilan seni, kreativitas, identitas budaya, keterampilan sosial, kepercayaan diri, dan keterampilan akademik.

Demikian sekadar sharing dan udarasa ide pembelajaran siswa ini. Penulis berharap semoga ulasan singkat ibagaimana merancang pentas wayang kulit minimalis karya siswa ssendiri ni, ada manfaatnya. Byee byee..

SELESAI

setting panggung wayang kulit minimalis (Foto: Wibhyanto/Dokumentasi pribadi)
setting panggung wayang kulit minimalis (Foto: Wibhyanto/Dokumentasi pribadi)
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun