Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mengupas Golput, Fenomena Golongan Putih di Luar Sistem Pileg 2024

16 Juni 2023   11:10 Diperbarui: 17 Juni 2023   21:55 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi golput diolah dari Canva (dokumen pribadi)

Tidak tertarik atau kurang pengetahuan: Beberapa orang mungkin tidak tertarik atau kurang pengetahuan tentang politik. Mereka mungkin tidak memahami isu-isu yang sedang dibahas atau tidak merasa terlibat dalam proses politik, sehingga memilih untuk tidak memberikan suara.

Kritik terhadap sistem politik: Beberapa orang mungkin memilih golput sebagai bentuk kritik terhadap sistem politik yang ada. Mereka mungkin percaya bahwa sistem politik perlu direformasi atau diperbaiki sebelum mereka merasa nyaman memberikan suara.

Menurut penulis, alasan-alasan ini bersifat umum dan mungkin ada banyak faktor lainnya yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih golput. 

Sejarah Jejak Golput di Indonesia

Awal Munculnya Golput: Golput mulai muncul dalam pemilihan umum di Indonesia pada era Orde Baru (1966-1998). Beberapa golput saat itu memilih untuk tidak memberikan suara sebagai bentuk protes terhadap otoritarianisme rezim Orde Baru.

Reformasi dan Peningkatan Golput: Setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 dan masa reformasi politik, angka golput mulai mengalami peningkatan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan golput antara lain ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintahan, kurangnya kepercayaan terhadap partai politik, dan merasa tidak terwakili oleh kandidat yang ada.

Pemilihan Presiden 2004: Pada pemilihan presiden pertama yang dilakukan secara langsung pada tahun 2004, angka golput mencapai tingkat yang signifikan. Beberapa pemilih memilih golput sebagai bentuk protes terhadap pilihan kandidat yang mereka anggap tidak memadai.

Pemilihan Presiden 2014: Pada pemilihan presiden tahun 2014, angka golput juga cukup tinggi. Ketidakpuasan terhadap kandidat yang ada dan perasaan bahwa pemilihan tidak akan menghasilkan perubahan yang signifikan menjadi faktor yang memengaruhi golput.

Berimplikasi pada Sistem Demokrasi  

Jika angka golput meningkat, hal ini dapat berimplikasi pada sistem Demokrasi, seperti misalnya pada: 

Ketidakpuasan dan Ketidakpercayaan: Peningkatan angka golput dapat mencerminkan tingkat ketidakpuasan atau ketidakpercayaan yang tinggi terhadap sistem politik dan kandidat yang ada. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih merasa tidak terwakili atau tidak puas dengan pilihan yang ada, atau bahwa mereka kehilangan keyakinan bahwa pemilihan akan membawa perubahan yang signifikan.

Legitimitas Demokrasi: Tingkat golput yang tinggi juga dapat memunculkan pertanyaan tentang legitimasi demokrasi itu sendiri. Demokrasi didasarkan pada partisipasi aktif warga negara dalam proses pemilihan umum. Jika banyak orang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya, hal itu dapat mengguncangkan dasar legitimasi demokrasi dan memunculkan keraguan tentang sejauh mana pemilihan mencerminkan kehendak rakyat.

Pengaruh Hasil Pemilu: Peningkatan angka golput juga dapat mempengaruhi hasil pemilihan. Dalam sistem demokrasi, pemilihan dimenangkan oleh suara mayoritas atau mayoritas relatif. Jika banyak pemilih memilih untuk golput, pemilihan dapat dimenangkan oleh kelompok yang mendapatkan dukungan lebih rendah daripada mayoritas yang sebenarnya. Hal ini dapat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan dan perwakilan dalam sistem politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun