Lalu beberapa pemilik warung itu bilang bahwa orang yang dulu tinggal bersama Tarji telah berhutang sejumlah uang cukup besar ke beberapa pemilik warung dan konon akan mengembalikan segera berikut bunganya atas nama Tarji.
Tetapi hingga beberapa bulan atau hingga kini, hutang itu belum dilunasi serupiah pun. Dan kini mereka datang bersama Pak RT untuk menagih hutang.
Tarji jadi tahu bahwa orang berhutang itu adalah Warok, kawan kecilnya dari desa. Pak RT menjelaskan bahwa beberapa orang pemilik warung itu merasa dirugikan, dan datang mau menagih hutang.
"Sudahlah, selesaikan saja. Bayar saja hutangnya, daripada terjadi kenapa napa", begitu saran Pak RT.
Mendadak Tarji menepuk jidat! Benarkah Warok telah berhutang kepada orang-orang ini dan dirinya dijadikan sebagai jaminan atas hutang yang ternyata mencapai belasan juta itu? Tarji lemas.
Mengapa Warok bisa setega itu pada dirinya? Tak ada jawaban pasti.
"Warok kamu sungguh kalong, codot atau kampret", desis Tarji lirih.Â
Tarji mendadak lunglai. Tiba-tiba kepala Tarji terasa pusing. Pandangan Tarji mengabur, penuh kunang-kunang. Lalu gelap segelap gelapnya. Tarji pingsan.
SELESAI
D Wibhyanto - penulis adalah pencinta sastra, tinggal di JakartaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H