Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Begini Kisah di Balik Cerbung Kompasiana "Sandhyakalaning Baruklinting"

4 Juni 2023   08:12 Diperbarui: 4 Juni 2023   08:36 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begini Kisah di Balik Cerbung Kompasiana: "Sandhyakalaning Baruklinting"

"Kapan tayang episode berikutnya, Wibi?"
"Lho kamu mengikuti kisahnya to, Rawan, kirain", jawabku.
"Apa harus kukirim alamatku, biar kamu kirim novelmu?"
"Sebentar, kenapa kamu tiba-tiba suka novel, bukannya kamu suka lukisan?", tanyaku.
"Kita kawan lama. Aku suka gaya tulisanmu, diksinya renyah, asyik aja. Pokoknya keren"

**
"Itu novel belum jadi, Rawan. Masih sampai di episode #25 tayang sebagai cerbung di Kompasiana"
"Aku tahu. Kan aku baca cerbungmu di Kompasiana. lalu kapan selesainya? kamu kerjain saja tidak, iya kan? Sudah kayak nunggu blorok ngendog saja, aku kan pengen tahu kisah selanjutnya".
"Sembarangan. Kamu kira nulis cerbung atau novel itu semudah bikin mie godog?", ujarku. Dia ketawa.

**
"Kalau boleh tahu, itu ide ceritamu darimana? Kamu kok tahu sih tentang Mangir, detail dusun dan desa di Bantul? Padahal kamu kan tidak pernah masuk pelosok Bantul? Apalagi tentang ilmu kejawen, keris pusaka kuno, tuah dan halah apalagi itu. Gimana sih kamu kok bisa menulis kisah sekeren itu? Aku Jadi penasaran", tanya dia lagi. Kali ini nadanya serius.
**
"Selain riset kecil kecilan. Aku pakai ritual khusus, itu cerbung berbau wingit, tentang kisah kuno, harus mbakar menyan dan sesaji kopi pahit lebih dulu, sebelum nulis", jawabku sekenanya.
"Hah, mosok, rak ngandel. Gak percaya. Sampai segitunya? serius, beneran, Wibi?" Tanya dia, penuh penasaran.
"Sak karep imajinasimu", jawabku singkat.
Dan dia kawan lamaku itu spontan tertawa ngakak. Aku ikut ngekek. Hehehe. 

***  
Lalu saya dengan lahap menyantap Mie godog buatan kawan lamaku itu yang sedari tadi tersaji di atas meja. Oiya, dia kawan lamaku sejak satu asrama di SMA Seminari Mertoyudan Magelang belasan tahun lalu. Dia adalah Cosmas Rawan Ismunanto, bos InCito perusahaan mapan di bidang HR di Jakarta. Pertemuan kami di lantai dua rumahnya yang asri di Kalimalang, beberapa waktu lalu sungguh membungahkan. Mengakrabkan. Sebuah reuni tipis tipis yang juga mengenyangkan!

"Mantab Mie godog mu, Wan". Ujarku kepada Cosmas Rawan, setelah sepiring mie Godog khas Imogiri buatannya sendiri itu telah tandas tinggal piringnya saja. Lalu dia membikin lagi, satu piring dan dibungkus.

"Yang ini Mie goreng, kamu bawa pulang, Wibi. Tapi awas segera selesaikan novelmu, lalu segera kirim kemari", ujar kawan lamaku itu. Mantab mas brow! Ujarku singkat. Lalu kami berpisah.

Episode #25 Angin berubah arah, mendapat labeling
Episode #25 Angin berubah arah, mendapat labeling "Pilihan" (ilustrasi by wibhyanto/dokumen pribadi)

Udarasa Penulis Pemula

Ya, membuat cerita bersambung (cerbung) episode demi episode, jujur itu bukan perkara mudah. Saya membutuhkan perjuangan dan doa (seperti judul film Roma Irama) tak semudah seperti membikin sepiring Mie godog khas Imogiri.

Memang benar ada cerbung saya yang sedang tayang di Kompasiana dan ditunggu episode selanjutnya oleh pembaca, setidaknya oleh tiga kawan saya Cosmas Rawan yang bos InCito itu, romo Rudy  Hardono, pastor paroki di Boyolali, dan mas Anton Sudarismanta di Bantul.

Cerbung itu hingga kini belum tamat. Sengaja saya biarin terhenti di episode #25, semenjak ada sedikit kecewa dimana tiga episode berurutan #22, #23, #24 yang telah selesai kubuat, dan ketika saya upload ke Kompasiana, status tayangnya oleh bang mimin kompasiana cumak diapresiasi label "Cerbung" saja, bukan dilabel "Cerbung/Pilihan", apalagi "AU". Ya mengalami fakta dan derita itu, sebagai penulis pemula kemaren sore di Kompasiana, mendadak saya merasa kena mental, ngedropplah saya..ha ha ha.

Bukan napa-napa, sebab di banyak episode sebelumnya, cerbung yang saya kirim ke Kompasiana itu, selalu PASTI oleh bung mimin lolos diberi label "Cerbung/Pilihan". Dan label "Pilihan" itu sebenarnya cukup penting membuat nyaman saya penulis pemula, pendatang baru, anak kemaren sore bergabung baru dua bulan di Kompasianer, dengan 100 artikel / 78 Pilihan / 8 Artikel Utama (mulai menulis tepatnya pada 10 April 2023).

penulis pemula Kompasiana, 10 April 2023/ capture schreenshot (wibhyanto/dokumen pribadi)
penulis pemula Kompasiana, 10 April 2023/ capture schreenshot (wibhyanto/dokumen pribadi)

Terus terang, karya cerbung ini adalah proses novelku yang kedua, setelah novelku berjudul "Clara Putri Seorang Mafia" telah terbit jadi buku lebih dulu, dan kujual online. Saya jadi bertanya tanya dalam hati. Apa yang keliru dari saya, sehingga label kategori "Pilihan" yang biasanya mudah saya dapat, pun kini kok seperti sulit kudapat?

Sebagai pemula di Kompasiana, wajarlah saya jadi bertanya tanya dan apakah memang sudah memburuk gaya tulisanku di tiga episode itu, dibanding belasan episode sebelumnya, sehingga tak pantas mendapat label "Cerbung/Pilihan" dari mimin? Lalu saya telisik, kucek ulang diksi demi diksi, alinea demi alinea. Apanya yang keliru dariku? Justru di tiga episode itu puncak ketegangan cerbung ini berada. Kenapa justru mendapat apresiasi dibawah standar dan harapan? mendadak saya kesal.

Brakk! Saya pukul meja. Kuputuskan untuk kecewa. Saya kecewa sama bung mimin Kompasiana yang sepertinya mungkin lagi pas sakit gigi atau ngelu kepalanya, sialnya pas waktu lagi memeriksa cerbung saya di tiga episode, sehingga berakibat cerbung saya itu tak layak dapat label "Pilihan". tapi ya sudahlah. (catatan: Hahaha mosok sampai mukul meja? Gak segitunyalah lho cinnn...candak - red).

Pikiran saya lalu ngawur saja menduga duga, unsur subyektif dalam menilai karya sastra memang sah hak prerogatif presiden mimin kompasiana, dan bahkan karya yang tak bermutu pun, sesekali bisa lama sekali kulihat nongkrong di "Cerbung/AU". Dan itu sah sah pula. Ya mau apalagi, mau kecewa sama tembok? Ya tentu sikap terbaik adalah terima sajalah apa adanya. Sesimple itu.

Makanya kuputuskan untuk menulis artikel terus saja. Dalam tekad bulat, yang penting teruslah menulis dan terus menulis artikel di Kompasiana. Jangan terlalu fokus mau diberi label apa sama mimin, jika dilabel "Pilihan" atau "Artikel Utama", anggap saja itu bonus dari mimin. Sesimple itu.

Cek Fakta Review Labeling

Judulnya adalah "Sandhyakalaning Baruklinting-Tragedi Kisah Tersembunyi", sebuah fiksi sejarah berlatar awal era berdirinya kerajaan Mataram kuno dan perintisan awal tanah perdikan bernama Mangir, di daerah Bantul Yogyakarta sekarang. Para tokoh utamanya, antara lain: Baruklinting, Ki Ageng Mangir Wanabaya, Pulanggeni, Guntur Geni, dibantu beberapa tokoh lainnya.

Tayang perdana episode #1 "Wujud Menggetarkan Bumi" (artikel Pilihan) pada 13 April 2023 (Baca Cek di sini), hingga selanjutnya tayang sampai di episode #25 "Angin Berubah Arah" (artikel Pilihan) pada 21 Mei 2023 di Kompasiana (Baca Cek di sini).

Beberapa episode yang zonk Losdol babarblas, sama sekali tidak mendapat label "artikel Pilihan", dan itu justru tiga episode berturut turut, yang tadi kusebut sebagai tiga episode terpenting dalam rangkaian 25 episode cerbung ini, adalah:

Episode #22 "Lahirnya Tombak Baruklinting" (Baca Cek  di sini ); Episode #23 "Pulanggeni Gugur"(Baca Cek di sini ); dan Episode #24 "Dalam Pengungsian" (Baca Cek di sini ). 

Pulanggeni Gugur #23, salah satu episode yang tak mendapat label
Pulanggeni Gugur #23, salah satu episode yang tak mendapat label "Pillihan" Kompasiana (ilustrasi by wibhyanto/ dokumen pribadi

Cerita tentang apa? Tentang Cawe Cawe Mataram

Cerita sederhana, berkisah tentang Baruklinting-anak lelaki yang pergi meninggalkan ibunya, dan berjuang mencari bapanya yang konon bertapa di gunung Merapi. Setelah bertemu, mereka tinggal di perdikan Mangir. Di tempat ini si anak lelaki itu kepincut hatinya untuk mendongkel kekuasaan bapanya yang ternyata adalah orang penting, nomor satu di Mangir.

Baruklinting lalu menghimpun kekuatan pasukan, dan secara diam-diam, berkomplot dengan kelompok begal yang sakti, sangar dan berbahaya dari kawasan Selo Merbabu.

Sebenarnya tujuan Baruklinting itu mulia, yakni untuk memuluskan jalan agar ibunya yang ditinggalkannya selama ini, bisa diboyong ke Mangir dan bisa berkumpul sebagai satu keluarga yang utuh di Mangir. Namun cara yang ditempuhnya itu keliru, sehingga menimbulkan banyak korban jiwa akibat perang yang harusnya tidak perlu. 

Lagipula, sayangnya ibunya pun tak diketahui rimbanya, ketika dua orang utusan menemukan fakta tempat tinggal ibunya itu di Jalegong lereng gunung Ungaran sebelah Selatan, telah dibumi hangus oleh gerombolan yang mengaku dari pasukan Pajang.

Situasi menjadi rumit, ketika semua tokoh yang terlibat dalam cerita ini adalah terdiri dari orang-orang bukan kaleng kaleng, orang dugdeng, sakti dan linuwih di masa itu. Dan banyak orang yang terlibat itu memiliki kepentingan politis masing-masing. Termasuk hadirnya kepala dinas intelijen keraton Mataram yang menyusup diam diam ke Kotapraja Mangir, dan turut cawe cawe, berniat mengosak asik Mangir dari dalam. Nah, runyam bukan?

Episode perdana tayang di Kompasiana, 13 April 2023 ( cover ilustrasi by wibhyanto / dokumen pribadi). 
Episode perdana tayang di Kompasiana, 13 April 2023 ( cover ilustrasi by wibhyanto / dokumen pribadi). 

Judul 25 Episode dan status labeling oleh mimin, sebagian antara lain: 

  • Episode #1 Wujud Menggetarkan Bumi (Cerbung/Pilihan) 
  • Episode #2 Kemampuan di Luar Nalar (Cerbung/Pilihan) 
  • Episode #3 Pesan Terakhir Ibu (Cerbung/Pilihan) 
  • Episode #4 Orang Kalap Kesurupan (Cerbung/Pilihan) 
  • Episode #5 Prahara di Puserwening (Cerbung/Pilihan) 
  • Episode #6 Gerombolan Begal Selo Merbabu (Cerbung/Pilihan) 
  • Episode #7 Pasukan Bayangan Hitam (Cerbung/Pilihan) 
  • Episode #8 Lelaki Pertapa di Mulut Gua (Cerbung) 
  • Episode #9 Persekutuan Terselubung (Cerbung) 
  • Episode #10 Penarikan Tombak Pusaka Kyai Upas (Cerbung) 
  • Episode #11 Mengusik Macan Tidur (Cerbung/Pilihan)

Selanjutnya Episode #12 , Episode #13, Episode #14 ,dan Episode# 16 Pulanggeni Tagih Janji, termasuk #17 Asap Hitam di Jalegong, Episode #18 Lelap dalam Gulita Malam: semuanya masuk kategori "Cerbung/Pilihan". 

Nah, Episode #19 Memasuki Kotapraja (Cuma berlabel "Cerbung" saja). Episode #20 Kriwikan Dadi Grojogan (Cerbung/Pilihan). Episode #21 Ontran Ontran Kotapraja (Cerbung/Pilihan). 

Episode #22, #23, #24 berturut turut masuk kategori tak layak artikel cerbung pilihan. Seperti saya sebutkan di awal, bahwa bagi saya penulis culun pemula di Kompasiana, hal ini membagongkan, sebab justru puncak konflik dari novel ini sebenarnya berada di tiga episode tersebut. Dan di tiga episode itu, saya menulisnya dengan penuh kesungguhan berdarah darah. Tapi ya sudahlah.

Sejak itu, dalam hati, pada waktu usai tayang #24, saya sempat menetapkan diri bahwa jika di episode selanjutnya (#25) saya menulis dan hanya dilabel "Cerbung" bukan "Cerbung/Pilihan", maka saya memutuskan diri bahwa seluruhnya cerbung rencananya akan saya takedown dari kompasiana!

Akan tetapi. Untung saja, tekad saya itu batal, ketika saya tayangkan episode #25 Angin Berubah Arah, pada 21 Mei 2023 dan ternyata mimin memberi label "Cerbung/Pilihan". 

Dan seterusnya. Daftar rangkaian episode #2 sampai dengan episode #25 di atas bisa dicek ada di sini (Cek di sini ). Oleh sebab Cerbung dipenuhi oleh diksi dan teks Bahasa Jawa, maka penulis juga memberi catatan khusus yang gunanya agar pembaca mudah memahami konteks cerita. Saya membungkus istilah istilah Bahasa Jawa itu dalam satu ulasan tersendiri, berjudul "Daftar pemakaian istilah Bahasa jawa di cerbung Sandhyakalaning Baruklinting-Tragedi Kisah Tersembunyi". (Baca Klik di sini ).

Akhirnya

Menutup review ini. Adapun Kisah lainnya, di luar soal cerbung ini, satu kisah horor yang semoga bikin pembaca merinding (Cek di sini ) dan satu cerpen yang semoga bikin ngakak "Tujuh Ayam Jago Sliring Kuning"( cek di sini ). Itu sekilas rekomendasi yang bisa saya berikan di ulasan ini. Semoga  pembaca terhibur.

salah satu cerpen yang semoga menghibur pembaca ( ilustrasi by wibhyanto/ dokumen pribadi)
salah satu cerpen yang semoga menghibur pembaca ( ilustrasi by wibhyanto/ dokumen pribadi)

Akhirnya kembali ke topik, jika ditanya seperti kawan lama saya Cosmas Rawan Ismunanto bertanya: "kapan kamu selesaikan cerbung ini sehingga menjadi novel yang utuh, Wibi?". Saya masih ragu untuk memutuskan kapan waktunya. Tetapi cepat atau lambat kisah tentang tokoh Baruklinting itu, pasti akan saya selesaikan dengan sempurna. Semoga.

Meski begitu, dari 25 episode yang telah tersaji terdahulu di cerbung Kompasiana, saya berharap semoga para pembaca terhibur. Hanya itu.

SELESAI 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun