Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kisah Seorang Penjelajah

23 Mei 2023   17:46 Diperbarui: 23 Mei 2023   17:51 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kisah seorang penjelajah".  ilustrasi image Canva/designed by wibhyanto/dokumen pribadi

Kisah Seorang Penjelajah

Di dalam hati api membara semangat, seorang penjelajah melangkah tanpa ragu, melintasi bukit, lembah, dan hutan lebat, menuju pos tertinggi di puncak gunung Argo Suksmo, jauh di sebelah sana.  

Sepanjang perjalanan, alam menyapanya dengan lembut, dedaunan menari-nari menemani jejak kaki, dengan setiap langkah, hatinya semakin tenang, mendengarkan bisikan angin dan nyanyian prenjak di sisi semua tebing.

Di bukit yang curam, dia tak gentar merayap, lembah yang terjal, tak mampu menghentikan langkahnya, dia tak kenal lelah, karena mimpi menggelayut di dada:  Mencapai pos tertinggi Argo Suksmo, bak cahaya yang tak bisa padam.

Hutan menggoda dengan kerumitan dan keajaiban, namun dia tak terusik, terus maju dengan tekad yang teguh. Dia tahu, hanya dengan melintasi medan yang sulit, dia akan menemukan rahasia puncak gunung yang masih tersimpan.

Di dalam hati Penjelajah, cinta alam tumbuh subur, dia menghela nafas dalam-dalam, merasakan kedamaian, menyadari bahwa perjalanan bukanlah sekadar tentang puncak, tapi tentang proses, penemuan, dan pertumbuhan diri, dia telah menemukan makna sejati di balik petualangan ini.

Hutan lebat dan sungai deras mengajarkannya kesederhanaan, bukit curam dan lembah yang dalam mengajarkan ketabahan, gunung tinggi dan langit biru mengajarkan kebesaran. Semua rahasia alam tersimpan dalam setiap langkahnya yang penuh ketulusan.

Penjelajah itu melihat dengan mata yang baru, ketajaman pengamatan dan rasa syukur yang dalam. Dia mengerti bahwa alam adalah guru terbaik, mengajarkan hidup penuh makna. Saat matahari terbenam dan langit memerah, Penjelajah itu berdiri tegak, siap melangkah kembali, tetapi tahu bahwa aku telah lama mengikuti langkah kakinya dari belakang.

"Mengapa kau mengikuti langkahku", tanya si Penjelajah kepadaku

"Dalam jejakmu, kutemukan keajaiban yang tak terduga, Mengikutimu adalah pilihan yang kuat, menemukan cerita-cerita yang tak terhitung jumlahnya. Aku mengikuti karena Kau adalah petualang asing yang tak kenal lelah, menggali makna dalam setiap perjalanan dan arah. Ketika kau menantangku untuk berani bermimpi, Kau membuka pintu-pintu dalam hati yang terkunci, mengajarkanku untuk melampaui ketakutan, menggenggam keyakinan yang kuat", jawabku sekenanya.

Si Penjelajah tertawa, "temukan jalanmu sendiri, dan kau akan mencapai puncak keindahan hidupmu sendiri di puncak gunung sana semoga kelak kita masih berjumpa", katanya.

Dengan senyum di wajahku, aku mengangguk mengerti, menyadari bahwa setiap Penjelajah memiliki takdir sendiri. Aku berterima kasih padanya atas inspirasi dan pelajaran, dan dengan rendah hati, aku menerima pesannya yang terakhir.

"Terima kasih," jawabku dengan hangat. Aku mengucapkan harapan untuk perjalanan yang ia pilih. Semoga ia menemukan keindahan yang tiada tara, di puncak gunung Argo Suksmo yang sabar menanti, di sebelah sana.

Karena setiap penjelajah memiliki cerita uniknya sendiri, dan puncak keindahan hidup ada untuk setiap orang. Aku melangkah maju, menemukan pencerahan dalam perjalanan ini, dan berharap suatu hari nanti, akan bertemu lagi di gunung Argo Suksmo.

Dalam perjalanan hidup, setiap hati memiliki cerita yang berbeda. Menjelajahi lorong penuh keajaiban, riang dan duka, serta kebahagiaan yang terpahat, membentuk pengalaman unik tak tergantikan.

Lalu kami bepisah pada pos pendakian yang menyimpang, dan berjanji kelak bertemu lagi di sisi kesadaran lain. Kami berjalan masing-masing dengan tekad yang tulus, menjalani perjalanan hidup yang telah kita pilih, dalam jengkal waktu yang tak terhitung, menghadapi tantangan, gagal dan berhasil.

Pada saat yang tepat, jalinan takdir akan kita temui. Di persimpangan jalan yang menyatukan kisah hidup, kita akan berpelukan dengan senyum tulus di wajah, mengenang perjalanan panjang, lalu mengucap syukur rasa terberkati.

"Bersabarlah, sahabatku, Kita akan bertemu di keadaan yang lebih baik. Di saat kita berbagi kemenangan dan kebahagiaan, menyaksikan bagaimana mimpi-mimpi berpadu menjadi nyata", ujarnya lenyap bersama kabut yang tetiba menyelimuti kenangan.

Dia si Penjelajah telah berada di puncak sebelah sana, lambaian tangannya terakhir masih tampak tersisa.

Adios amigo meo. Cave ne cadas.

Jakarta, Mei 2023.

*Cave ne cadas (latin): berhati-hatilah agar tidak jatuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun