Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kisah Seorang Penjelajah

23 Mei 2023   17:46 Diperbarui: 23 Mei 2023   17:51 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan senyum di wajahku, aku mengangguk mengerti, menyadari bahwa setiap Penjelajah memiliki takdir sendiri. Aku berterima kasih padanya atas inspirasi dan pelajaran, dan dengan rendah hati, aku menerima pesannya yang terakhir.

"Terima kasih," jawabku dengan hangat. Aku mengucapkan harapan untuk perjalanan yang ia pilih. Semoga ia menemukan keindahan yang tiada tara, di puncak gunung Argo Suksmo yang sabar menanti, di sebelah sana.

Karena setiap penjelajah memiliki cerita uniknya sendiri, dan puncak keindahan hidup ada untuk setiap orang. Aku melangkah maju, menemukan pencerahan dalam perjalanan ini, dan berharap suatu hari nanti, akan bertemu lagi di gunung Argo Suksmo.

Dalam perjalanan hidup, setiap hati memiliki cerita yang berbeda. Menjelajahi lorong penuh keajaiban, riang dan duka, serta kebahagiaan yang terpahat, membentuk pengalaman unik tak tergantikan.

Lalu kami bepisah pada pos pendakian yang menyimpang, dan berjanji kelak bertemu lagi di sisi kesadaran lain. Kami berjalan masing-masing dengan tekad yang tulus, menjalani perjalanan hidup yang telah kita pilih, dalam jengkal waktu yang tak terhitung, menghadapi tantangan, gagal dan berhasil.

Pada saat yang tepat, jalinan takdir akan kita temui. Di persimpangan jalan yang menyatukan kisah hidup, kita akan berpelukan dengan senyum tulus di wajah, mengenang perjalanan panjang, lalu mengucap syukur rasa terberkati.

"Bersabarlah, sahabatku, Kita akan bertemu di keadaan yang lebih baik. Di saat kita berbagi kemenangan dan kebahagiaan, menyaksikan bagaimana mimpi-mimpi berpadu menjadi nyata", ujarnya lenyap bersama kabut yang tetiba menyelimuti kenangan.

Dia si Penjelajah telah berada di puncak sebelah sana, lambaian tangannya terakhir masih tampak tersisa.

Adios amigo meo. Cave ne cadas.

Jakarta, Mei 2023.

*Cave ne cadas (latin): berhati-hatilah agar tidak jatuh.
"Kisah seorang penjelajah".  ilustrasi image Canva/designed by wibhyanto/dokumen pribadi
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun