Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

CLARA-Putri Seorang Mafia (Episode #1)

13 April 2023   10:32 Diperbarui: 15 April 2023   10:02 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mabes Kepolisian Metropolitan, Suatu Siang

Setelah mengkremasi jenazah, dan masa berkabung usai. Jane mulai mencari tahu siapa pembunuh ayahnya. Di kantor polisi, Jane menemui bagian satres kriminal metropolitan. Tetapi Jane tidak memperoleh jawaban yang memuaskan.

"Kenapa kasusnya dihentikan. Siapa pembunuh ayahku?" Polisi menjawab tak cukup bukti. "Jadi berakhir begitu saja? Tangkap pembunuhnya", permintaan Jane pada Brigadir Kepala (Bripka) Polisi Agus Supriyanto anggota satreskrim Metropolitan yang menerima Jane.

"Coba kau ingat. Apa yang terakhir kau katakan pada mendiang ayahmu, sehingga dia tergerak untuk pulang dan kembali? Dia adalah buronan nasional selama tiga bulan", tanya polisi itu.

Sekilas Jane teringat. Inilah yang ia katakan pada ayahnya terakhir kali saat ditelepon: "Aku tak akan menunggu ayah lagi. Kuanggap ayah sudah mati. Jadi tolong jangan kembali.", Itulah kata yang diucapkan Jane kala itu.

Mungkin ucapannya itu membuat ayahnya tidak tenang dan ingin segera pulang untuk menemuinya. Tetapi kepada polisi itu Jane diam saja tak mengatakan hal itu.

"Seharusnya kau suruh ayahmu menyerahkan diri. Jadi tidak perlu mati seperti itu", kata Bripka Agus kemudian.

"Seharusnya memang begitu, tetapi faktanya begini. Ayahku mati tertembak. Tolong tangkap pelakunya, tangkap pembunuh ayahku", ujar Jane. "Apa hanya karena ayahku seorang buronan polisi, sehingga ketika nyawanya hilang pun kalian polisi tak ada rasa peduli? ".

"Tidak cukup bukti. Kasusnya tidak bisa kami proses", kata Bripka Agus kemudian. Mendengar jawaban itu Jane marah dan kecewa. Tetapi dia tahu bahwa tak ada gunanya berdebat dengan polisi yang tak mau membantu mengungkap kasus pembunuhan ayahnya.

Jane lalu pergi meninggalkan kantor polisi. Rasa sedih, marah dan kecewa mengaduk aduk perasaan dan pikiran Jane.

Kepada kelompok preman yang ada di kota, dan kepada semua orang di dunia kehidupan malam, dimana dahulu ayah Jane sering mampir ke tempat seperti itu, Jane mencoba bertanya siapa pembunuh ayahnya. Tetapi tidak. Jane tidak memperoleh jawaban apapun di tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun