Berulang mengetuk pintu Mu
Mendaras kata dalam ritmis yang beku
Dan Engkau memberi, selalu
apa pun pintaku yang konyol
Setumpuk Kau berikan, melapuk di bilik hatiku
sebagian, menyerak laksana remah-remah suatu pesta
menyisa tak sempurna kuhabiskan
Hadiah terakhir, sepiring rejeki belum kusentuh,
ku telah meminta Mu yang lain
Aku yang mabuk pada seluruh pemberian Mu
Melupa pada rona Mu abadi, tersenyum setiap pagi
Ampuni khilafku, kini memohon Mu lagi
ambillah segala tak berguna dari bilik hati
agar aku mampu kembali pulang
Memandang Mu maha Penyayang
Seperti dahulu, setiap senja tiba, Engkau tersenyum di balik awan
mengajakku bermain laksana kanak-kanak, riang di tanah lapang
Ampuni Aku, Ya Maha Penyayang
sebab bagiku sudah cukuplah Engkau, ya diri Mu
Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H