Dear all Kompasianaer,
Dalam tips menulis kali ini, saya cuma pengen berbagi tips sederhana yang biasa saya pake untuk menghidupkan setting (latar belakang tempat/waktu/suasana) cerita. Saya pernah menulis beberapa cerita yang ber-setting luar negeri seperti Gaza, Jepang, London, Oxford, Manhattan, Seattle, NYC … dan alhamdulillah mendapat respon cukup baik dari teman-teman penulis yang lain.
Sebagian dari mereka ada yang bertanya seperti ini:
‘Kok bisa sih menggambarkan settingnya sedetil itu mbak? Serasa bener-bener ada Manhattan.’
‘Hah? Jadi tempat-tempat dalam cerita itu beneran ada? Gimana caranya mbak bisa tahu padahal belum pernah ke sana?’
‘Huaaaa, jadi pengen ke sana. Settingnya berasa banget.’
Mungkin pendapat teman-teman saya sedikit berlebihan, karena menurut saya, siapa pun bisa membuat setting cerita menjadi hidup dengan sedikit kerja keras dan imajinasi. Berikut adalah hal-hal yang selalu saya lakukan untuk menghidupkan setting cerita:
- 1. Menentukan setting utama cerita
Misalnya nih, saya pengen cerita saya mengambil tempat di Amerika. Maka, yang saya lakukan pertama kali adalah menentukan satu lokasi spesifik dari ribuan tempat di Amerika. Setelah berpikir dan mempertimbangkan, anggaplah saya memilih Olympia, Washington State. Tempat itulah yang nantinya menjadi settingutama cerita saya.
- 2. Membuat daftar setting pendukung
Setelah saya memilih Olympia menjadi setting utama, biasanya saya bikin daftar berisi tempat-tempat di Olympia yang mungkin ‘dikunjungi’ tokoh ceritanya. Misalnya tokoh ceritanya suka ngopi, jalan-jalan di taman, saudara kembarnya baru saja meninggal, tinggal di rumah peristirahatan warisan sang kakek, dll. Daftarnya kira-kira akan jadi seperti ini:
- Coffee shop
- Taman kota
- Pemakaman
- Rumah peristirahatan, dst.
- 3. Gali setting-setting itu lebih jauh
Thanks to Uncle Google and Aunt Wikipedia! Dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini, masalah paspor dan visa bisa dicuekin dulu. Well, meskipun saya punya paspor, toh saya baru berhasil ngabur ke Singapura J. Oke, setelah daftar setting pendukung dibuat, mulailah berkelana di dunia maya untuk menemukan tempat-tempat dalam daftar itu.
Cukup ketik: Olympia+coffee shops di kolom pencari, maka kita akan dengan mudah mendapatkan sejembreng info tentang coffee shop lengkap dengan alamat, foto, menu andalan sampe harganya. Komplit plit. Tinggal pilih sesuai selera. Kalo perlu, saya bahkan mendownload foto-fotonya untuk menggambarkan detil eksterior, interior dan suasananya (kurang kerjaan gak sih?)
Setelah digali, perbarui daftar kita dengan info yang lebih spesifik, seperti contoh berikut:
- Coffee shop                               : Starbucks Coffee di Capitol Way, waktu pagi
- Taman kota                               : Watershed Park di 1605 Eastside Street, winter night
- Pemakaman                               : Mount Tabor Cemetery
- Rumah peristirahatan                 : Hawks Prairie Retirement Community
Dan seterusnya sesuai kebutuhan dan jalan cerita. Lebih bagus lagi kalo kita bisa Bahasa Inggris, karena sebagian data-data bermutu di internet lebih banyak disajikan dalam Bahasa Inggris (tenaaaaang, ada Google Translate kok)
- 4. Nonton film yang ber-setting sama dengan setting tulisan kita
Ini salah satu favorit saya selain keluyuran bareng Uncle Google dan Aunt Wikipedia. Asiknya nonton film tuh selain kita bisa lihat setting(tempat/waktu/suasana), kita juga bisa tahu ekspresi, gesture dan ujaran tokoh-tokohnya. Ambil bagian-bagian film itu yang kira-kira bisa dipake dalam tulisan kita.
- 5. Baca buku yang berkaitan dengan setting cerita kita (disarankan buku travelling)
Ini alternatif lain buat yang gak terlalu suka nonton film. Saya punya kebiasaan nyeleneh. Setiap ada temen yang bepergian ke luar kota/negeri, saya suka nitip dibawain city map kota/negara yang mereka kunjungi. Jadi setiap saya perlu data seputar tempat-tempat tertentu, tinggal bongkar koleksi peta yang saya punya. Hehehe, bener-bener kurang kerjaan kan?
- 6. Pelajari budaya setting kita
Ini penting supaya tokoh kita menyatu dengan setting-nya. Misalnya di Olympia ada tradisi potluck dinner, dsb.
- 7. Gunakan imajinasi
Naaahh, setelah semua hal yang diperlukan siap, tinggal diolah sesuai imajinasi kita. Kalo tiba-tiba mentok di tengah cerita, jangan segan mengkaji ulang mulai dari langkah 1 s/d 6. Keliatannya ribet memang, tapi percayalah, saya selalu menikmati proses ini. Seperti semacam petualangan gitulah. Yang penting jangan putus asa.
Alright folks, mudah-mudahan tips aneh bin ajaib ini bermanfaat buat kalian. Kita gak akan tahu efeknya sebelum mencoba. So, why don’t you try this at home?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H