Saat banyak orang merencanakan liburan menjelang akhir tahun, aku memilih untuk memanfaatkan waktu luang dengan bergabung dalam sebuah acara yang menarik, yaitu Bandung Flea Market. Acara ini diorganisir oleh Ogah Diem (OGD), sebuah event organizer yang didirikan oleh aku dan teman-teman. Berawal dari candaan untuk mengubah kebiasaan nongkrong menjadi kegiatan yang lebih produktif, OGD berfokus pada penyelenggaraan berbagai acara di bidang musik. Dalam acara ini, OGD memiliki 16 anggota yang terbagi ke dalam beberapa divisi.
Sebagai graphic designer, tanggung jawabku mencakup pembuatan desain flyer, poster, dan berbagai materi visual lainnya yang dipublikasikan di Instagram. Namun, aku tidak melakukannya sendirian. Aku bekerja sama dengan partnerku dalam divisi kreatif. Selain divisi kreatif, OGD juga memiliki divisi lain, seperti logistik, lapangan, publikasi humas, dan acara. Selama dua tahun berdiri, acara ini menjadi gebrakan baru bagi OGD dengan mengusung konsep weekend market.
Bandung Flea Market (BFM) adalah pengalaman pertamaku dan tim dalam menyelenggarakan acara dengan konsep weekend market. Di awal persiapan, banyak yang meragukan kesuksesan acara ini, mengingat kami adalah pendatang baru dan harus bersaing dengan beberapa kompetitor yang juga mengadakan acara serupa pada tanggal yang sama. Mereka memiliki skala yang lebih besar, persiapan yang lebih matang, dan engagement di media sosial yang jauh lebih unggul. Namun, semangat kami untuk mewujudkan acara impian ini tidak surut. Setelah sekian lama hanya menjadi wacana, akhirnya kami bisa merealisasikannya.
Konsep weekend market yang kami tawarkan mengusung tema pasar loak yang dikemas secara modern. Target pasar kami mencakup remaja hingga dewasa yang memiliki ketertarikan di bidang thrift, mainan, hobi, dan musik. Di BFM, terdapat berbagai tenant yang menjual barang-barang dengan kategori hobi dan lifestyle. Untuk mencari tenant, kami membuat postingan ajakan yang kami sebut calling out di feeds Instagram. Setelah melakukan kurasi sesuai kategori, kami berhasil mengumpulkan 15 tenant, di mana 6 diantaranya menjual barang preloved dari influencer. Tenant lainnya menjual berbagai macam barang, mulai dari aksesoris, mainan, kaset musik jadul, pakaian thrift, celana denim, hingga kamera analog dan digital. Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan musik dari Spinning DJ dan beberapa band, termasuk band internal kami. Nama-nama band yang tampil antara lain Ample, The Grey Field, Pleasvre, dan The Sipsi, dengan genre musik yang bervariasi mulai dari alternative, punk-emo, hingga tribute untuk band-band terkenal. Acara berlangsung di Cupola, sebuah coffee shop yang terintegrasi dengan Fuller Smoke Town, restoran barbeque yang berada di Atmodule, Dago. Sayangnya, Fuller Smoke Town sedang berhenti beroperasi.
Bandung Flea Market diselenggarakan selama tiga hari, tepatnya dari tanggal 20-22 Desember 2024, mulai pukul 10.00 hingga 22.00, dengan penampilan band di hari puncak, yaitu hari ketiga. Kami menyiapkan acara ini dalam waktu kurang lebih satu bulan, di mana kami sering berkumpul untuk rapat dan diskusi di lokasi acara, Cupola Atmodule Dago. Saat mendekati hari H, antusiasme kami semakin meningkat. Di hari sebelum acara, aku sedang mengerjakan beberapa desain template untuk story live report, sementara timku yang lain sedang mengangkat meja untuk area tenant. Momen ketika tenant mulai datang untuk memuat barang-barang mereka ke storage room membuat semangat kami semakin membara.
Day-1: Awal yang Menegangkan dan Menggembirakan
Hari pertama Bandung Flea Market (BFM) akhirnya tiba. Beberapa tenant yang belum sempat memuat barang sehari sebelumnya mulai berdatangan sejak pukul 8 pagi. Kami pun segera menyiapkan stand-stand untuk para tenant tersebut. Tepat pukul 10 pagi, BFM hari pertama resmi dibuka. Namun, keraguan kembali menyelimuti kami ketika melihat tidak ada pengunjung yang datang pada awal acara. Sambil menunggu, kami bergantian mengambil waktu untuk makan siang dan menjalankan shalat Jumat. Sekitar pukul 1 siang, harapan kami mulai kembali muncul ketika beberapa pengunjung mulai berdatangan dan melihat-lihat tenant yang tersedia. Namun, saat semangat kami mulai meningkat, kendala yang sangat kami khawatirkan pun muncul: cuaca mendung. Semua tenant kami berada di area outdoor, dan tak lama setelah itu, hujan mulai turun perlahan. Kami segera berupaya menyiapkan rain cover yang belum sepenuhnya terpotong sesuai ukuran tenant. Kepanikan melanda, dan kami saling bahu-membahu untuk memotong dan memasang rain cover, sementara beberapa anggota tim mengangkat stand ke area indoor.
Untungnya, sebelum hujan semakin deras, kami berhasil menyelesaikan semua rain cover dan menempatkannya di tenant. Tak lama setelah hujan deras itu turun, cuaca mulai membaik dan hujan pun berhenti. Kami segera melepas rain cover dan mengembalikan beberapa stand tenant ke tempat semula. Momen ini terasa sangat dramatis dan menegangkan bagi kami.
Saat hari mulai beranjak sore, kami menyiapkan Spinning DJ dari anggota internal kami untuk mengiringi acara hari pertama. Ternyata, pengunjung semakin banyak berdatangan. Mereka tidak hanya berbelanja di weekend market kami, tetapi juga menikmati kopi susu dan makanan yang tersedia di Cupola sembari mendengarkan alunan musik. Memasuki malam hari, jumlah pengunjung semakin meningkat, dan terlihat banyak yang berbelanja. Pada akhirnya, kami dapat menyebut hari pertama ini sebagai sukses, karena kami berhasil mencapai target harian penjualan yang telah ditetapkan. Bahkan, ada satu tenant yang masih dikunjungi pengunjung hingga batas waktu pembukaan. Hatiku sangat senang mengetahui hal itu.
Setelah semua tenant tutup, kami membawa stand-stand tersebut ke storage room dan menatanya dengan rapi agar persiapan untuk hari berikutnya menjadi lebih mudah. Setelah semua beres, aku dan tim pulang untuk beristirahat, memulihkan energi, karena esok pagi kami sudah harus kembali lagi ke Cupola untuk melanjutkan acara.
Day 2: Momen Tak Terduga
Hari kedua BFM dimulai dengan semangat baru. Kami sepakat untuk menyesuaikan jam buka acara menjadi pukul 12.00 hingga 22.00, mengingat situasi di hari pertama yang masih sepi pada jam 10.00. Sejak pukul 10 pagi, kami mulai menyiapkan segala sesuatunya, termasuk menempatkan kembali stand-stand tenant ke area outdoor. Saat waktu hampir menunjukkan pukul 12, kami dan semua tenant sudah siap untuk membuka BFM Day 2. Namun, situasi kembali terulang seperti di hari pertama; saat kami baru membuka pintu, pengunjung belum banyak yang datang. Meski demikian, aku berusaha berpikir positif, mengingat kesuksesan hari sebelumnya dan cuaca yang mendukung tanpa mendung.
Hari kedua ini memiliki sesuatu yang berbeda. Sebelum sesi Spinning DJ, kami mengadakan karaoke session untuk menemani pengunjung berbelanja. Keunikan dari karaoke session ini terletak pada program #RequestDongBoy, di mana pengunjung dan tenant dapat meminta lagu yang ingin dinyanyikan. Mereka menuliskan request lagu di sticky notes yang telah kami sediakan dan menyanyikan lagu tersebut menggunakan mikrofon. Lead karaoke kami, BOY3N, berhasil menarik perhatian banyak pengunjung, dan tak sedikit dari mereka yang memberikan sticky notes dengan permintaan lagu. Salah satu momen unik terjadi ketika seorang pengunjung hendak berbelanja. Dalam suasana pasar loak yang khas, tawar-menawar adalah hal biasa. Saat berbelanja di tenant celana denim thrift, pengunjung ini mencoba menawar harga dengan lebih murah. Namun, sang penjual menawarkan solusi yang tidak biasa: permainan coin flip. Cara kerjanya sederhana; pengunjung memilih angka atau gambar, lalu koin dilemparkan. Jika simbol yang muncul sesuai pilihan pengunjung, ia mendapatkan harga diskon yang diajukan. Sebaliknya, jika penjual yang menang, pengunjung harus membayar harga yang ditetapkan. Dalam permainan ini, si pengunjung berhasil memenangkan taruhan, dan suasana menjadi meriah saat pengunjung lain turut menyaksikan.
Ketika sore menjelang, ada kejutan lain. Salah satu tenant meminta izin kepada lead karaoke kami untuk mengambil alih sesi Spinning DJ dan memainkan musik ala mereka. Kami pun mengizinkan, dan ternyata, musik yang mereka mainkan sangat enak didengarkan. Aku yang bertugas di publikasi langsung merekam momen mendadak ini, dan kami menamai sesi tersebut Tunes Takeover. Banyak momen menarik terjadi di Day 2 ini, dan BFM berjalan cukup lancar hingga akhir acara. Namun, setelah acara selesai, kami harus segera mengosongkan lahan untuk stage di Day 3 dengan cara memindahkan meja-meja yang ada di area outdoor. Kami menyiapkan semuanya sembari menunggu vendor stage datang untuk loading. Tak lama kemudian, vendor stage tiba dan mulai menyiapkan panggung untuk hari ketiga. Day 2 telah memberikan kami banyak pengalaman berharga dan kenangan yang tak terlupakan, menambah semangat untuk melanjutkan acara di hari berikutnya.
Day 3: Puncak Acara yang Meriah
Hari puncak BFM akhirnya tiba, di mana berbagai penampilan dari beberapa band siap menghibur pengunjung. Aku dan tim datang sejak pukul 10 pagi untuk membantu menyiapkan stand tenant, mirip dengan hari sebelumnya, sambil memantau pemasangan sound system dan alat musik di panggung. Seiring berjalannya waktu, satu per satu band mulai datang untuk melakukan check sound yang dimulai pukul 11.30. Di saat yang bersamaan, para tenant juga sudah bersiap untuk hari terakhir BFM, dan acara resmi dibuka mulai pukul 12.00. Setelah sesi check sound selesai, pengunjung mulai berdatangan secara perlahan. Meskipun acara berjalan cukup lancar, jumlah pengunjung masih belum memadai.
Penampilan band pertama dimulai pukul 16.00, diawali oleh The Sipsi. Mereka membawakan beberapa lagu tribute dari band terkenal seperti Oasis dan My Chemical Romance, bahkan menyanyikan lagu "Topeng" dari Noah, band asal Indonesia. Setelah itu, giliran Ample yang tampil, dan pada saat ini, pengunjung mulai berdatangan lebih banyak. Ample membawakan beberapa lagu dari EP mereka sendiri serta lagu-lagu dari The Smashing Pumpkins. Secara pribadi, aku sangat menikmati penampilan Ample karena ini adalah pengalaman pertamaku mendengarkan mereka secara langsung, setelah sebelumnya hanya mendengarkan di Spotify.
Band ketiga yang tampil adalah Pleasvre, yang juga membawakan beberapa lagu tribute dari band terkenal seperti Radiohead dan Oasis. Mereka bahkan mempersembahkan lagu baru yang belum dirilis di mana pun. Saat itu, pengunjung semakin ramai, dan banyak di antara mereka yang berbelanja sambil menikmati penampilan band-band tersebut. Penampilan terakhir di hari itu adalah The Grey Field, yang membawakan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri dengan genre punk-emo. Menurutku, band ini sangat cocok untuk menutup penampilan hari itu. Setelah semua penampilan band selesai, acara masih berlanjut dengan suasana yang semakin meriah; meja di area outdoor maupun indoor semuanya penuh terisi. Day 3 menjadi hari yang paling banyak dikunjungi dan malam puncak yang sukses.
Sebelum acara berakhir, kami menyempatkan diri untuk melakukan wawancara singkat dengan pihak tenant mengenai kesan dan pesan mereka terkait BFM. Setelah semua acara selesai, kami kembali membantu pihak tenant untuk persiapan loading out dan berpamitan dengan mereka. Kebanyakan tenant merasa terkesan dengan adanya BFM ini, dan banyak yang berharap untuk diundang lagi pada acara weekend market selanjutnya.
Makna Adanya BFM
Melalui BFM, aku mendapatkan banyak pengalaman berharga dan belajar bagaimana cara mengorganisir weekend market. Selain itu, aku juga memperoleh banyak kenalan dan relasi baru dari berbagai pihak. Aku sangat berterima kasih kepada semua pengunjung BFM, termasuk teman-teman kelas dan kampus yang ikut meramaikan acara ini. Pengalaman ini sangat berguna karena aku dapat mengasah keterampilan editing-ku sebagai graphic designer. Aku semakin tertarik dengan acara weekend market seperti ini dan berharap dapat berpartisipasi lagi di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H