Untuk menghadapi tantangan deepfake, jurnalis harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip etika jurnalisme, yaitu:
1. Verifikasi Fakta
Salah satu prinsip utama dalam jurnalisme adalah verifikasi fakta. Dalam menghadapi deepfake, verifikasi menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Jurnalis tidak boleh langsung mempercayai video, audio, atau gambar tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut. Teknologi seperti analisis metadata, pemeriksaan sumber, dan penggunaan perangkat lunak pendeteksi deepfake harus menjadi bagian dari proses verifikasi.
2. Transparansi kepada Publik
Jurnalis harus jujur kepada audiens mereka. Jika ada keraguan tentang keaslian suatu materi, hal ini harus disampaikan secara terbuka kepada publik. Transparansi membantu membangun kepercayaan masyarakat terhadap media.
3. Mengutamakan Kepentingan Publik
Deepfake sering kali digunakan untuk tujuan sensasionalisme atau kontroversi. Jurnalis harus selalu bertanya apakah informasi yang mereka laporkan benar-benar bermanfaat bagi publik atau justru memperparah penyebaran disinformasi.
4. Pengembangan Literasi Digital
Selain melaporkan berita, jurnalis juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik masyarakat tentang ancaman deepfake. Dengan meningkatkan literasi digital, masyarakat akan lebih kritis dalam menerima informasi dan tidak mudah terpengaruh oleh manipulasi digital.
Langkah Praktis untuk Menanggulangi Deepfake
Selain berpegang pada prinsip etika, jurnalis dan organisasi media perlu mengambil langkah praktis untuk menghadapi ancaman deepfake: