"Sudahlah! jangan kau hiraukan, yang penting niat baik itu tetap ada di hatimu," pesan Tika kepada teman barunya Yuri. Berapa lama Yuri memendamkan asa ini. Menggelapkan tujuan, menikam keinginan hanya semata-mata untuk merubah prilaku di mata para dosennya. Namun sebaliknya semuanya itu menjadi sia-sia belaka, lantaran usahanya yang dilakukan selama ini tak kunjung membuahkan hasil.
Memang sudah diakui sendiri oleh Yuri. Tindakannya selama ini, memang patut disalahkan, patut dihukum. Tapi tidakkah seesorang punya keempatan untuk bertobat. Kembali kepada fitrah manusia, kembali melukis di atas kanvas baru, yang semestinya sehingga nampak keindahan dari rona-rona warna yang indah. Itu adalah keinginan manusia pada umumnya. Tidak lebih dari itu. Ingin dipandang baik di mata manusia lainnya.
"Nanti saja, itu urusanku. Kamu pergilah, saya di sini masih ingin sendiri", jawab Yuri.
"Tapi.. Inikan waktunya ujian?"
"Ya aku tahu. Tapi sudahlah. Lupakan saja. Saya sudah pikirkan masak-masak. Saya ingin mengulang kembali. Saya tidak ingin mereka menilai di saat aku masih menjadi sebuah gambar buruk di pikiran mereka."
Tika langsung memeluk Yuri. Ia tau perasaan temannya itu sedang tak menentu. Yuri butuh ketenangan. Mungkin itu adalah pilihan yang dapat dilakukan. Untuk meredam emosi dan gejolak antara niat baik dan sikap selama ini.
"Ya sudah! Saya berangkat dulu saja!" Tika beranjak dari tempatnya, pamitan berangkat kuliyah. "Kamu jaga diri baik-baik. Jangan biarkan pikiran kosong. Lakukan sesuatu untuk merubah mood."
Yuri mengangguk. Kemudian melanjutkan aktivitasnya. Berbaring, sibuk mengetik sesuatu di gadget. Ia mulai menuliskan beberapa kata untuk diposting di beranda media sosialnya.
Manusia terlahir fitrah
Dari apa manusia diciptakan, di situ manusia akan kembali padanya.
Adakah manusia yang suci dari debu?