Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cicak

24 Juni 2018   13:41 Diperbarui: 24 Juni 2018   13:52 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://medium.com/@mangatursimanjuntakk

Pinggangku nyeri, kaki kiriku luka kena pojok kayu mesin jahit yang berada di sampingku. Aku tak kuasa berdiri. Mendengar suara kursi jatuh, istri saya cepat-cepat datang membantuku berdiri. "Ada apa toh pak? Kok sampai begini. Ada acara apalagi?" Lalu ia membantuku bangun.

Tidak sempat menjawab dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh istriku. Emosiku munjuk, hatiku cekot-cekot, aku sudah tidak sabar. Dendamku semakin membara. Tanpa menghiraukan sakit di kakiku. Aku langsung memindahkan kursi itu tepat dipojok, dan langsung naik lagi. Kuambil sapu dan.. "Bek bek bek.." suara sapu meninju tembok berkali-kali. Akhirnya cicak itu jatuh dan  gepeng. Aku sangat puas.

Istriku semakin penasaran, ia mendekat dan melihat binatang itu jatuh. Langsung saya instruksikan untuk ambil bungkus plastik untuk membuang binatang kurang ajar ke tempat sampah belakang rumah. Selesai dari belakang , istriku muncul dan berkomentar. "Lha wong seekor cicak saja kok diajar habis-habisan, dibela-belain sampai mengorbankan pinggang dan kaki, seperti musuh besar saja," kata istriku. "Memangnya kenapa to Pak?"

Dengan hati lega, selesai menuntaskan balas dendam. Aku kembali ke tempat tidur. Untuk meluruskan kaki dan memijit pinggang yang sakit. "Tadi pagi, cicak itu telah menjahili aku untuk kedua kalinya, ia memberikan sesuatu kejutan di pipi, disaat bangun tidur, baunya kecut seperti air liur."

Istriku terkejut mendengar alasan saya.

"O. Jadi karena itu. Aku yakin itu bukan cicak yang melakukannya Pak, tapi itu aku. Aku tadi malam bermimpi buruk di kejar-kejar anjing, ketika berhasil bangun. Untuk menghilangkan mimpi itu berulang, bantal itu saya balik, dan saya langsung meludah tiga kali ke sebelah kiri. Saya tidak tahu kalau ludah itu mendarat di pipi Bapak," istriku tersenyum malu.

Aku mau marah, tapi cepat-cepat aku redam, saya tidak ingin bertengkar dengan istri, nanti pada akhirnya semakin menambah banyak masalah. Kali ini, aku sedikit menyesal atas kematian binatang yang tak bersalah itu, tapi penyesalanku bertambah ketika tahu anakku sekarang terus merengek sulit tidur. Dia kembali lagi dari awal, tidak mau tidur kalau tidak naik motor. Sekarang aku dapat tambahan tugas mengajak jalan-jalan pakai motor sebagai pengiring sebelum tidur, biasanya sampai satu jam lebih. Kini aku benar-benar menyesal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun