Mohon tunggu...
Aqil Aziz
Aqil Aziz Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan buah

Mencintai dunia literasi. Penullis di blog : https://aqilnotes.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Melawan Rumor

11 Juni 2018   06:19 Diperbarui: 12 Juni 2018   00:00 2931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: ilukmana.blogspot.com

"Nggak mas, hari ini Emak ingin istrirahat dulu. Badannya ngedrop. Sementara jualannnya libur dulu."

"O ya. Saya punya niatan untuk bantu kamu. Teman saya, tetangga desa, masih muda. Mungkin seumuran denganmu. Tahun kemarin baru cerai dengan istrinya karena masalah harta. Istrinya benar-benar keterlaluan, tidak pernah puas dengan pemberiannya. 

Masalah rumah tangga, diumbar kemana-mana, sehingga keluarga, mertua, dan tetangga, ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka. Akhirnya berantakan. Dan sekarang dia menduda. Kira-kira kamu mau? Dia tidak jelek-jelek amat. Kalau kamu siap, entar tak lihatkan fotonya dulu. Dia orangnya baik kok. Saya kenal betul"

"Iya mas, sebenarnya keinginan saya cuma satu. Ingin mementahkan rumor itu. Bahwa itu tidak benar. Jodoh dan kematian adalah urusan Tuhan. Bukan urusan saya. Dengan siapa saja saya mau, asalkan ada yang mau dan tidak percaya dengan rumor itu."

"Ok." Aku menyetujuinya. Kemudian kami bubar.

Satu bulan berlalu. Perkenalan diantara dua pihak berjalan lancar. Meski mengetahui rumor itu, teman saya tidak ambil pusing. Tabrak saja. Ia benar-benar yakin kematian adalah takdir Tuhan.

"Kalau sudah waktunya mati. Ya mati. Memangnya kita bisa menghindari mati!?" jawabnya setelah saya tanya, siap tidaknya menikah dengan Sri.

"Wah. Sip. Hebat," begitu donk sebagai lelaki, puji saya.

Sebagai mak comblang. Minggu ini saya mulai sibuk. Untuk mengurus persiapan pernikahan. Alhamdulillah semuanya berjalan beres. Lancar. Pak Mudin juga sudah saya hubungi. Beberapa orang suka cita menyambutnya. Yang tak habis pikir. Masih ada tetangga sinis, yang mencoba memperkeruh susana. Menganggap ini adalah permainan. Malah mereka membuat taruhan, antara mati dan hidup suami Sri setelah menikah. Ada yang memprediksi sehari setelah akad, ada juga yang memprediksi, setelah empat puluh hari dan ada juga yang memprediksi setelah satu tahun. Benar-benar kelewat batas. Masak pernikahan dianggap seperti prediksi bola.

Hari pernikahan itu telah tiba. Sri dan teman saya tersenyum bahagia. Para tamu undangan juga memberikan ucapan selamat. Saya anggap urusan saya beres. Saya melanjutkan pekerjaan saya. Esok waktunya mudik. Memberi kesempatan istri untuk bersua kepada bapak-ibunya. Sebagai menantu yang baik, tali silaturrahim ini tidak boleh putus. Meski berangkat dengan tangan kosong, pulang selalu membawa banyak barang. He.. he.. Itulah berkahnya mengunjungi mertua.

Di rumah mertua. Saat makan malam, sambil nyruput kopi. Sedang asyik-asyiknya bercanda dengan keluarga. Terdengar nada sms dari hp saya. Kontan saya shok, setelah membaca pesan singkat, bahwa teman saya yang sedang bahagia itu, kabarnya meninggal dunia, tertabrak mobil saat naik motor. Aku terpaku dan mematung. Jantungkku seakan berhenti berdetak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun