"Kita membentuk, mentrasfer sekaligus mendidik. Tidak hanya menambah ilmu pengetahuan saja, tapi kita memperhatikan akhlaknya. Karena pendidikan adalah memanusiakan manusia. "
"Terus kenapa sekarang kamu tidak mengajar?"
"Itulah realita dan kenyataan Sari. Harapan dan impian yang aku kejar, tidak selamanya terwujud. Aku berusaha memahami itu."
"Masalah suami ya?"
"Sebenarnya bukan ia melarang untuk mengajar. Tapi aku lihat sendiri, kondisiku saat ini. Saya sangat repot sekali merawat dan mendidik anak. Â Saya fokus untuk mengajar anak saya saja dulu, daripada saya titip-titipkan ke orang lain yang arah pendidikannya kurang jelas."
"Lalu?"
"Kamu lihat anak tentangga sebelah itu. Dimana sang anak, tak lagi rindu dan sayang kepada ibunya sendiri, anak tersebut malah lebih sayang kepada pembantunya. Kalau nangis, yang bisa menenangkan hanya pembantunya sedangkan ibunya sendiri kuwalahan. Saya tidak ingin seperti itu."
"Jadi sekarang kamu sudah tidak ingin ngajar?"
"Saya ingin tetap mengajar. Mengajar anak-anakku sendiri. Mungkin ini yang terbaik bagi saya." jawabku.
Sari menjabat tanganku, dan berpesan.
"Selamat menjadi Ibu yang baik kawan. Yang selalu punya banyak tangan untuk melakukan banyak hal. Merawat, mengasuh, mengajar, mendidik dan sabar, serta selalu berbuat yang terbaik untuk kebahagiaan rumah tangga. Aku bangga, punya teman sepertimu."