"Kalau sudah cocok, langsung hubungi saya."
"Ya, pak, saya rembukan dulu, dengan istri. Agar uangnya bisa dicairkan segera.!"
"Jadi totalnya 70 juta ya?"
"Ya, sesuai dengan ukuran dan harga kesepakatan kita."
Tanah dekat pesantren itu memang begitu menggiurkan. Luas. Dekat dengan jalan raya. Ditambah posisinya di dalam lingkungan pesantren, secara keamanan lebih terjamin. Lingkungan mendukung, harga sesuai. Akhirnya aku ceritakan pertemuan dengan Pak Samin, pemilik tanah itu, kepada istri.
"Menurut mama gimana? Apakah mama sudah cocok dengan tanah yang pernah kita lihat kemarin itu?"
"Kalau saya sih, sudah sangat cocok. Apalagi lingkungan itu adalah lingkungan pesantren. Meski pesantren baru, belum banyak santrinya. Saya yakin kedepannya, akan prospek. Harganya meroket. Apalagi PLN juga barusan masuk. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Tapi Pa, lokasinya masih sepi. Masih seperti di alas, tidak ada siapa-siapa. Mungkinkah kita buat rumah di sana?"
"Emm.. menurutku. Uang 70 juga pemberian dari Bapakmu, saya rasa hanya cukup untuk beli tanah saja. Kan harga tanah memang pas segitu, sesuai dengan pemberian Bapak mertua. Sedangkan rencana untuk bangun rumah. Kita menabung dulu, bagaimana?"
"Okelah. Oya selama kita menunggu uang tabungan untuk bangun rumah, tanahnya kita apakan?"