"Dasar!. siapa ini, beraninya cuma miscall. Kalau niat telpon. Telpon lagi donk." sambil mencet-mencet hp. Asikh memeriksa nomor telpon.
"Sepertinya ku kenal dengan nomor ini. Tidak asing bagiu. Tapi milik siapa ya?"
Asikh mencoba mengingat-ngingat. Hampir lima menit. Dia masih penasaran nomor siapa, yang barusan memanggil tanpa jawaban.
"Oh.." teriaknya. Membuat Bram yang disamping nampak kaget.
"Ternyata si Dia. Jangan coba-coba merayuku ya... Aku tahu kamu pasti masih kangen sama aku. Masih ada rasa. Tapi kali ini, saya tidak bisa dipengaruhi. Aku ingin menjadi manusia bebas. Aku ingin menjadi lelaki sejati. Sekali aku putuskan. Itulah sikapku."
Bram ketawa. Sambil menepuk bahu Asikh. "Asikh. Asikh..!"
Asikh menoleh heran. "Kamu itu lucu, kata Bram. Asikh nampak heran.
"Kalau nomor telpon, berderet angka panjang saja, masih kamu ingat. Berarti kamu belum benar-benar melupakan. Kamu masih ada rasa. Kamu belum bisa melupakan. Â Kamu bukan lelaki." kata Bram meninggalkan tempat.
Asikh melongo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H