"Berapa lama seseorang bisa bertahan dalam air?"
"Tergantung?"
"Tergantung. Tergantung apa?"
"Tergantung kemampuan seseorang dalam menahan nafas, ada yang kuat ada yang tidak. Ada juga yang bahkan bisa bernafas dalam air. Seperti manusia ikan."
"Memangnya ada manusia ikan? Ibu pernah lihat? Dimana? Kapan?"
"Ah.! itu dalam dongeng? Ayuk kita tidur?" jawab ibunya senyum.
Sudah lama Asikh, ingin pergi ke laut. Menyelam, dan melihat kekayaan Tuhan yang begitu melimpah ruah, semuanya ada dalam laut. Dia berpikir. Alangkah bahagia menjadi ikan. Mengetahui pemandangan-pemandangan indah. Mengetahui rahasia alam yang terbentang luas, tumbuh-tumbuhannya, dan rupa-rupa makhluk di dalam laut.
"Bisa nggak, manusia menjadi ikan. Besok besar aku ingin menjadi manusia ikan?" tanya Askhih kontan, sambil membuka selimut.
"Ayuk tidur. Kita lanjut besok lagi. Apalagi untuk apa menjadi manusia ikan?"
"Untuk mencari ayah," jawab anak itu polos.
Sang Ibu langsung terhenyak. Ia mengingat suaminya sebagai nelayan. Kejadian itu sudah lama tak diingat. Persis 5 tahun yang lalu. Di hari kejadian itu, sebenarnya ia sudah merasakan detik-detik kematian suaminya. Tak seperti biasanya, suaminya pamitan dengan mesra. Memeluk cukup lama. Lalu mengecup kening.