Siapa yang tak kenal "Rani Mukherjee", wanita yang membintangi film Kuch Kuch Hota Hai yang melegenda, dan membuat bombing film bollywoord India tahun 1998.
Selain itu dia juga pernah membintangi film Veer-Zaara bersama Shahrul Khan tahun 2004 yang lebih kita kenal dengan istilah "FILM TERE LIYE".
Meski banyak juga berbagai film yang ia bintangi sampai tahun 2014 terakhir dengan judul Mardaani. Kini di Tahun 2018, ia mampu tampi lagi dengan pesona yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan rasa dan nuansa pendidikan.
Usia  yang tak lagi soal, tubuh yang gesit, dan seksi yang tak perlu lagi dipermasalahkan, karena film ini bukan tentang cinta, dua orang yang sedang memadu kasih terkait tentang perasaan. Justru, di Film Hichki. Ia tampi sosok sebagai guru yang tak kenal lelah dan tak mau menyerah.
Film yang disutradarai oleh Sindhart Malhotra. Mampu menyihir penontonnya untuk tetap terus tertegun dan betah menonton. Penonton akan merasa dicabik-cabik emosinya dengan berbagai alur naik turun, yang mana tentu saja mengisihkan tentang perjuangannya dalam meyakinkan murid merubah kelemahan menjadi kekuatan.
Persoalan itulah yang membuat, ia tidak dapat diterima sebagai guru di berbagai sekolah/ madrasah. Seluruh lamarannya ditolak oleh pengurus sekolah karena mereka tak yakin, seorang guru bisa mengajar dengan kelemahan seperti itu. Tentu saja membuat tidak nyaman di kelas dan sulit menjelaskan kepada para murid di kelas.
Tepat suatu ketika. Ia diterima karena ada permasalahan sekolah. Seluruh guru tidak betah atau pensiun permanen ketika mengajar kelas khusus. Kelas yang isinya hanya dari anak-anak jalanan dikarenakan sekolah/ madrasahnya digusur sedangkan ada kewajiban pemerintah untuk tetap belajar, sehingga itu menjadi tanggungan sekolah disampingnya yang terdiri dari anak-naka berkelas dan berstatus tinggi.
Setiap guru yang mengajar selalu mendapatkan perlakukan yang kurang ajar, sehingga mereka tidak betah. Hal ini pun sama dialami oleh Naina Marthur (Rani Mukherjee), yang ketika KBM perdana mereka sudah merencanakan untuk taruhan berapala lama guru cegukan itu mampu bertahan mengajar di kelas yang mereka.
Dengan bermodal semangat baja dan metode pengajaran yang unik dan kreatif plus kesabaran, lambat laun mereka mulai menerima Naina menjadi gurunya. Hingga pada akhirnya mereka menerima, dan merasakan hasil yang dicapai oleh guru barunya itu dalam merubah mindset dan pola pikir murid spesial itu. Yang selama ini mereka akui dan sadari, bahwa mereka selalu rendah, kalah dan menyerah di mata murid lainnya yang tinggi statusnya.
Film ini semakin menarik, ketika perjuangan Naina Marthur (Guru baru cegukan itu) hasil perjuangannya yang mampu meluluskan muridnya dalam menempuh sebuah ujian. Mereka dianggap curang karena menerima bocoran soal yang diberikan oleh petusa kebersihan.