Mohon tunggu...
Muhammad Aqiel
Muhammad Aqiel Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Baiknya Persma

7 Mei 2018   05:59 Diperbarui: 7 Mei 2018   08:01 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jiwa kritis sebagai agitator suka tidak suka harus mengalami pengkerdilan karena terlalu sering di intervensi wartawan profesional yang pada kenyataanya bukan memihak pada kebenaran melainkan pada Korporasi. Sehingga pada akhirnya, Persma hanya sekawanan pemuda kaku yang terlalu idealis.

Sejauh ini arah pergerakan Pers Mahasiswa perlu dilakukan Rekonstruksi yang sejalan dengan perkembangan zaman. Seperti Semar yang 'gaul tapi berisi' awak media kampus pun harus demikian. Bagi segelintir orang, gagasan seperti ini harus diamini karena kelak konsepsi 'Semar' yang terbuka dan kritis tentu menjadi dambaan bagi berjalannya roda persma yang telah ada sejak Mochtar Lubis masih berjihad di persimpangan kiri jalan, 1960-1966.

Namun dalam perbincangan saya dengan aktivis dakwah dan para sosialis-kiri mulai memperdebatkan bagimana baiknya pergerakan; saya sudah mewanti-wanti pergerakan yang mengarah pada titik keseimbangan, sebab paradigma demikian di ujung perjuangan malah berkiblat pada diksi-diksi opini maupun berita yang sifatnya reaksioner tak kalah sama dengan apa yang disuguhkan media mainstream saat kita sarapan.

Lalu agaimana baiknya perjuangan ?

Di Univeristas Lampung.......

Silahkan pembaca menafsirkan bahwa saya adalah bagian dari 'SEMAR' sesungguhnya saya hanya ingin mengembalikan ruh-ruh perjuangan yang malah bergentayangan. Bukan dalam pengertian tekstual saat euforia 98 begitu panas-panasnya. Bukan untuk merefleksikan kembali ideologi Ikhwanul Muslimin yang menjadi pijakan bagi seorang muslim. 

Saya juga beragama Islam, saya memahami konteks perjuangan kawan-kawan aktivis dakwah, namun akan lebih baik kita sama-sama membuka ruang-ruang diskusi bagi semua elemen yang ada untuk membahas pergerakan kelak. Sebab nyatanya pergerakan yang hanya mencari perhatian sesaat tidak akan berumur panjang.

"Panjang Umur Perjuangan,"sedikit meminjam slogan para pejabat kampus, para pejabat kampus yang kini dinilai bertaji namun bagi sebagian golongan dianggap hanya memikirkan eksistensi dalam wujud aksi demi aksi, itulah problema yang kalian hadapi.

Namun saya juga tidak menampik bahwa hari ini Persma juga mengalami degradasi, mulai dari kurangnya sumber daya, dan kualitas SDM hingga mengantarkan pada persoalan yang paling krusial yakni ketidakmampuan Persma menghadapi perkembangan zaman. Maka  seperti pada pembahasan sebelumnya semar adalah jawaban; suka tidak suka Persma harus seperti 'Semar' tapi jangan pernah sekali-kali disamarkan-kau akan berakhir suram.

Setelah melalui masa-masa sulit, persoalan paling krusial yang tengah menjadi kanker bagi gerakan mahasiswa; yakni manakala Persma takut menjadi agitator, takut mengkritisi elit sehingga tak jarang para olighargki perkuliahan selalu berbuat seenaknya.

Tindakan LPM Republica FISIP yang keluar dari koridor etika media kampus beberapa waktu lalu jangan hanya dianggap sebagai tindakan Radikal. Berkat tindakannya yang progresif revolusioner, Dekanat akhirnya ketar-ketir ketakutan sehingga permasalahan yang menjadi ciri khas FISIP selama ini dapat mereda-hampir selesai karena transparansi telah terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun