Mohon tunggu...
Muhammad Aqiel
Muhammad Aqiel Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Palestina, Israel, dan Tanggung Jawab Bangsa Eropa

14 Desember 2017   21:39 Diperbarui: 14 Desember 2017   22:19 2219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: internasional.kompas.com

Menurut laporan (CIA World Fatcbook), adalah Inggris dan Prancis, sekutu-sekutu Israel dalam perang 1956 dengan Mesir, yang membangun landasan untuk militer Israel. Amerika Serikat berada di pihak berseberangan ketika konflik itu berlansung. Dan meskipun Amerika Serikat akhirnya tidak berbuat banyak untuk mencegah Israel mengembangkan kemampuan senjata nuklir, kebanyakan percaya bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Pemerintah John F.Kenedy melalui saluran-saluran diplomatik mencoba menghentikan ambisi Israel yang mengancam stabilitas geopolitik di timur tengah. 

 Tak berhenti sampai di situ, dampak perang 6 hari telah memberi resolusi baru bagi Mesir untuk melepaskan diri dari sikap saudara-saudara Arab-nya pada tahun 1978. Akibatnya Israel menikmati hubungan diplomatik di sisi geofrafis. Namun hal itu belum memecahkan solusi terkait pertanyaan mendasar tentang identitas Israel dalam kitab suci mereka.

Mungkinkah sifat dasar Yahudi dan negara demokrasi lebih penting daripada pernyataan lansung seputar perbatasan Pernyataan, Pernyataan Ben-Gurion dalam 10 dasawarsa terakhir belum memecahkan hambatan identitas bangsa Israel. Dalam kitab suci mereka (Yahudi), tidak ada orang Yahudi yang memiliki hak untuk melepaskan hak bangsa Yahudi atas seluruh tanah Israel.

Tentu sangatlah sulit membuat kebijakan yang berlawanan dengan falsafah moral dan politik seorang pemimpin negara yang menyandarkan diri pada kitab suci mereka. Hingga kini pertanyaan seputar apakah Israel dapat menjadi negara polisi Yahudi yang menguasai hampir sseluruh wilayahnya atau sebuah negara demokras Yahudi yang menguasai hanya sebagian wilayah sejarah mereka sejak zaman Nabi Musa dulu dan menyerahkan sisanya pada orang Palestina, belum ada jawaban yang memuaskan. terlebih manakala Status tanpa kewarganegaraan orang-orang Palestina dan tindakan Amerika Serikat yang selama ini tidak bertindak sebagai penengah yang jujur antara kedua belah pihak.

Selama ini orang Palestina menyadari ketakutan krusial dari bangsa Israel adalah bonus demografi umat muslim yang begitu besar. Ketika wilayah tepi barat disertakan sebagai pembantaian rutin sepanjang tahun, populasi Etnis Yahudi menjadi kurang dari 60%. Bahkan saat ini populasi yang mencakup daerah antara sungai Yordan dan laut tengah bedasarkan riset Universitas Haifa mempunyai taksiran ada sekitar 42% Yahudi dan 58% persen Muslim.

Sehingga kita dapat meduga tindakan Israel selama ini di tepi barat jalur Gaza yang telah memakan ribuan jiwa sepanjang tahun merupakan langkah ambisius dalam menekan populasi muslim seminimal mungkin. Sehingga pada saatnya tiba, ketika populasi umat Islam lebih kecil daripada Yahudi, mereka (bangsa Israel) tidak akan segan-segan menganeksasi seluruh wilayah Israel menurut kitab suci mereka.

Menghalalkan pertumpahan darah merupakan akar perjuangan filosofis bangsa Yahudi yang teramat keliru. Bagi umat Muslim, apa yang mereka lakukan sebagai tindakan penyimpangan terhada hukum Allah SWT. yang tak kan selesai hingga akhir zaman.

Siapa yang Bertanggung-jawab

Dulu kita sering mendengar adanya kekuata kolonial yang menjajah suatu negeri. Mereka datang untuk merampok kekayaan negeri jajahan, lalu pulang balik ke kampung halaman mereka. Tetapi, sekarang ada fenomena lain; sebuah negeri baru dengan penduduk baru di tanah rakyat yang sebagian besar telah di usir keluar mencari suaka (pengungsian) di tempat-tempat lain. Inilah fenomena yang terjadi di Israel hingga mereka terus-terusan menyatakan Jerussalem sebagai ibukota mereka seorang diri. Kini, wilayah pendudukan Zionis itu menjadi sumber konflik paling berdarah di timur tengah sejak hampir 10 dekade.

Seandainya dampak Imigrasi kaum yahudi ke tanah Palestina ini karena alasan Hollocaust yang terjadi di Eropa, maka sebaiknya bangsa Eropa bertanggungjawab dan berbelas kasih memberi sebagian tanah mereka untuk kaum Yahudi, di Jerman, Austria atau bagian lain di benua Eropa. 

Namun hingga hari ini bangsa Eropa enggan bertaggung jawab, meski dengan ragu mereka mengutuk tindakan Arogansi Israel di Palestina, mau tidak mau itu harus dilakukan sembunyi-sembunyi, bisa melalui jalur pengungsian bagi kaum muslimin yang mengungsi ke Eropa dan bantuan kemanusiaan lainnya.

Tentu kita menyadari bahwa peran Amerika amatlah besar bagi bangsa Yahudi satu ini, selain kedekatan kultural terdapat juge kedekatan politis bagi Amerika Serikat guna melindungi keinginan Israel. Bisa kita perhatikan baru-baru ini penyataan Trump terkait Jerussalem sebagai Ibukota Israel telah menampar jutaan muslim di seluruh dunia, tindakannya amat bertentangan dengan pendahulunya Barack Obama, dan Clinton yang lebih mementingkan jalur negosiasi damai antar kedua belah pihak, yang pasti selalu menguntungkan Israel.

Red Line Umat Islam di Seluruh Dunia

Mengapa semua resolusi DK-PBB yang mengutuk Israel di Veto ? sebuah Rezim yang tidak menunjukkan welas pada anak-anak, menghancurkan rumah-rumah bersama penghuninya, mengumumkan terlebih dahulu daftarnya dan merencanakan membunuh tokoh-tokoh Palestina, dan menjembloskan Ribuan warga ke penjara.

Mengapa rezim ini di dukung sedang umat islam mengharapkan negara-negara barat untuk mengutuknya, begitu lemah umat Islam di hadapan negara-negara lain. Lalu apa yang bisa diharapkan dari Organisasi Kerja Sama Islam yang terus-terusan memperdebatkan masalah-masalah teramat kontroversial sedang Umat Islam tak bisa berbicara banyak di sidang PBB.

Permasalahan pelik kali ini tiap tahunnya selalu membuat umat Muslim naik pitam, namun kita hanya bisa berguman seadanya, terus terang kita mendoakan yang terbaik untuk bangsa Palestina, beribu kali usaha Umat Islam memberi bentuan kemanusiaan kepada bangsa yang tengah porak-poranda.

Apa yang sebenarnya terjadi di Palestina saat ini bukanlah perkara Spritual, keserakahan bangsa Yahudi-lah persoalan mendasar permasalahan hari ini. Tentu apa yang dilakukan Israel tak sejalan dengan Ajaran Yesus Kristus (Isa Al-Masih) atau Musa As bahkan dalam Kitab Taurat, Atau nilai-nilai liberal yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. 

Apakah kita benar-benar memahami bahwa membiarkan penduduk Palestina-baik itu Kristen, Yahudi, ataupun Muslim, untuk menentukan nasib mereka telah ditentukan oleh orang-orang serakah di Washington dan Tel-Aviv ? sesungguhnya pengklaiman Jerussalem sebagai Ibukota ISRAEl bertentangan dengan Hak Asasi Manusia, dan ajaran para Nabi. Akankah rakyat Palestina menelantarkan masjid Al-Aqsha dan meninggalkan semangat Jihadnya untuk perut mereka ? tentu tidak. Kota Jerussalem bukan hanya milik umat Yahudi melainkan orang-orang kristen dan Muslim dan secara keseluruhan adalah rakyat Palestina Merdeka.

Tentu terbayang dalam benak kita apa yang ada dipikiran demonstran di Jerussalem baru-baru ini, hanyalah tentang keadilan dan kebencian mendalam pada kesewenang-wenangan pengungsi Eropa 75 tahun silam, "Amerika Bajingan, Zionis Keparat, Usir Yahudi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun