Mohon tunggu...
Aqilfhamdani
Aqilfhamdani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Beyond belief

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Raden Kalung Bimanagara, Sang Penjaga Sungai Citarum

12 Desember 2023   22:13 Diperbarui: 12 Desember 2023   22:35 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut warga sekitar, yaitu Rifqi Fauzi saat ditanya tentang mitos radon kalung sang penguasa sungai citarum yang kebetulan Bapa dari Rifqi Fauzi sempat mempercayai mitos tersebut :
 "Baheula mah kata bapa saya, kalau mau menyeberang Sungai Citarum atau mau berenang, rakyat di pinggiran Citarum sudah hapal bagaimana caranya agar tetap selamat. Sebelum turun ke Citarum, rakyat suka komat kamit mengucap mantra terlebih dahulu, sambil menepuk-nepuk permukaan Sungai Citarum."

Pokna teh, "Kalung kuring rek meuntas. Kalung kuring rek ngojay, ulah aya naon-naon. (Kalung saya mau menyeberang. kalung saya mau berenang, jangan terjadi apa-apa).

Kalau diibaratkan sebuah kerajaan mah, kita sebut saja Citarum merupakan sebuah wilayah kerajaan yang disebut Kerajaan Citarum. Penguasanya memang sempat disebut-sebut yaitu Raden Kalung. Meskipun tidak ada bukti konkret yang mengonfirmasi keberadaan Raden Kalung, cerita ini masih diyakini oleh warga setempat sebagai bagian dari warisan nenek moyang mereka. Memang demikian adanya, sejak menggenggam pusaka Sanghyang Wiratloka, Kalung merasa punya kecintaan yang lebih besar ke Citarum. Hidupnya seakan ditugaskan untuk menjaga wilayah Citarum.

Bahkan di masa buyutnya Ranghyang Dipati Ukur masih hidup, Raden Kalung suka sengaja ikut menghadang pasukan musuh yang hendak menangkap Dipati Ukur, dengan menenggelamkan pasukan musuh ke Sungai Citarum. Begitu pula saat Raden Tumenggung Wiraangun-angun menjabat Bupati Bandung, Raden Kalung malah dijadikan pengawal yang tugasnya menjaga Citarum.

Di masa itu Kalung sangat setia merawat Citarum, menjaga agar Citarum tetap bersih bening. Tak kan ada manusia yang berani membuang sampah ke sungai, apalagi membabat pohon-pohon di tepi sungai, sebab takut oleh ular tunggangan Raden Kalung yang hadirnya tak pernah ketahuan, tahu-tahu sudah ada di depan mata.

Raden Kalung biasa menunggangi ular kalau sedang menyusuri Citarum, yang tak lain penjelmaan dari pusaka Sanghyang Wiratloka. Bagi rakyat yang tinggal di sisi-sisi Citarum, konon hingga kini pun kerap tanpa sengaja kadang melihat wujud ular tunggangan Raden Kalung yang oleh rakyat dijuluki Si Buyung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun