Citarum, sungai megah JAWA BARAT, mengalir sepanjang 300 kilometer, melintasi berbagai daerah dan kota, dan telah memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia. Dalam sejarahnya yang panjang, Citarum telah menjadi saksi peradaban, terutama selama masa Kerajaan Tarumanegara pada abad ke-4 hingga ke-7. Salah satu elemen menarik dalam sejarah sungai ini adalah kisah legenda dan mitos tentang makhluk penjaga serta penguasa Citarum. Konon, masyarakat setempat mempercayai adanya siluman berbentuk ular atau naga yang mendiami sungai ini selama berabad-abad. Namun, di balik keberadaan siluman ular ini, ada sosok legenda yang tak kalah menarik, yaitu Raden Kalung Bimanagara.
Raden Kalung Bimanagara adalah putra Raden Nata Direja atau Syekh Abdul Manaf, keturunan wangsa naga Kusuma atau yang lebih dikenal sebagai Adipati Ukur. Sejak usia dini, Raden Kalung menunjukkan bakat istimewa yang tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya. Selain warisan ilmu kesaktian dari orang tuanya, ia juga tekun mencari ilmu dari berbagai guru di berbagai tempat, baik ilmu lahir maupun ilmu batin.Â
Salah satu hal yang membedakan Raden Kalung adalah kebiasaannya melakukan tapa brata sejak kecil. Hingga suatu hari, saat berusia dewasa, ia memutuskan untuk bertapa di dekat sungai Citarum. Tapi kejadian mengejutkan terjadi saat seorang ular besar mendatanginya. Awalnya, Raden Kalung mengira itu hanya ular biasa. Namun, ular tersebut tiba-tiba berubah menjadi naga lengkap dengan mahkota, mengungkapkan identitasnya sebagai siluman ular penguasa Citarum. Ular ini mencoba menguji Raden Kalung yang berani datang dan bertapa di wilayahnya tanpa izin.Â
Namun, Raden Kalung tidak gentar. Meski diserang berkali-kali, ia tetap fokus pada meditasinya. Bahkan serangan bisa sang ular tidak bisa melukainya, karena tubuhnya dilindungi oleh cahaya putih yang membentang dan menghancurkan serangan ular. Setelah beberapa waktu, siluman ular itu akhirnya menyerah dan memohon ampun. Ia berubah menjadi sebuah benda pusaka yang dikenal sebagai Pusaka Sanhyang Wiratloka, yang memberikan kekuatan besar kepada Raden Kalung, bahkan bisa berubah menjadi seekor ular. Selain digunakan dalam pertempuran, pusaka ini menjadi senjata Raden Kalung untuk menjaga sungai Citarum. Kehebatan pusaka ini membantu menjaga keberadaan sungai yang sangat vital dalam sejarah, ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Dengan begitu, Raden Kalung Bimanagara menjadi salah satu pahlawan dalam menjaga kelestarian sungai Citarum, menegaskan pentingnya peran legenda dalam sejarah dan budaya kita
Menurut warga sekitar, yaitu Rifqi Fauzi Baheula mah, kalau mau menyeberang Sungai Citarum atau mau berenang, rakyat di pinggiran Citarum sudah hapal bagaimana caranya agar tetap selamat. Sebelum turun ke Citarum, rakyat suka komat kamit mengucap mantra terlebih dahulu, sambil menepuk-nepuk permukaan Sungai Citarum.
Pokna teh, "Kalung kuring rek meuntas. Kalung kuring rek ngojay, ulah aya naon-naon. (Kalung saya mau menyeberang. kalung saya mau berenang, jangan terjadi apa-apa).
Kalau diibaratkan sebuah kerajaan mah, kita sebut saja Citarum merupakan sebuah wilayah kerajaan yang disebut Kerajaan Citarum. Penguasanya memang sempat disebut-sebut yaitu Raden Kalung. Meskipun tidak ada bukti konkret yang mengonfirmasi keberadaan Raden Kalung, cerita ini masih diyakini oleh warga setempat sebagai bagian dari warisan nenek moyang mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H