Mohon tunggu...
Siti Komariah
Siti Komariah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kekayaan Nusantara

24 November 2017   08:23 Diperbarui: 24 November 2017   08:42 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kekayaan alam Indonesia melimpah-ruah.  Kekayaan hayati Indonesia seperti hutan, luasnya yang tersisa menurut  Bank Dunia sekitar 94.432.000 ha pada tahun 2010. Sekitar 31,065,846 ha  di antaranya adalah hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Indonesia  memiliki 10% luas hutan tropis yang masih tersisa.

Indonesia juga memiliki kekayaan  laut yang besar. Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2  dengan panjang garis pantai 81.000 km. Sekitar 7% (6,4 juta ton/tahun)  dari potensi lestari total ikan laut dunia berasal dari Indonesia.  Kurang-lebih 24 juta ha perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk  usaha budidaya laut dengan potensi produksi sekitar 47 juta ton/tahun.  Kawasan pesisir yang sesuai untuk usaha budidaya tambak diperkirakan  lebih dari 1 juta ha dengan potensi produksi sekitar 4 juta ton/tahun.

Kekayaan Tambang Indonesia

Berdasarkan data Indonesia  Mining Asosiation, Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk  negara yang kaya akan sumberdaya tambang, dengan potensi dan produksi  sebagai berikut:

  • Walaupun  cadangan batubara Indonesia hanya 0,5% dari cadangan dunia, produksinya  menempati posisi ke-6 sebagai produsen dengan jumlah produksi mencapai  246 juta ton.
  • Peringkat ke-25 sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu  sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial.
  • Peringkat ke-13 negara dengan cadangan gas alam. Indonesia menduduki  13 terbesar dunia sebesar 92,9 triliun kaki kubik. Produksinya  menduduki peringkat ke-8 dengan tingkat produksi sebesar 7,2 triliun  kaki kubik dan menduduki peringkat ke-2 sebagai negara pengekspor LNG  terbesar sebesar 29,6 bcf.
  • Cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan emas dunia dan  menduduki peringkat ke-7 yang memiliki potensi emas terbesar di dunia  dengan produksi menduduki peringkat ke-6 di dunia sekitar 6,7%.
  • Peringkat ke-5 untuk cadangan timah terbesar di dunia sebesar 8,1%  dari cadangan timah dunia dan peringkat ke-2 dari sisi produksi sebesar  26% dari jumlah produksi dunia.
  • Peringkat ke-7 untuk cadangan tembaga dunia sekitar 4,1%.  Produksinya menduduki peringkat ke-2 sebesar 10,4% dari produksi dunia.
  • Peringkat ke-8 cadangan nikel dunia (cadangan nikel Indonesia  sekitar 2,9% dari cadangan nikel dunia), dengan produksi menduduki  peringkat ke-4 dunia sebesar 8,6%

Kekayaan Energi Indonesia

lndonesia memiliki beragam  sumberdaya energi baik yang tidak bisa diperbarui seperti minyak bumi,  gas, dan batubara, maupun yang bisa terus diperbarui seperti energi  panas bumi. Komponen minyak, gas dan batubara saja sudah menghasilkan 6  juta setara barel oil perhari. Belum lagi energi terbarukan panas bumi  sebesar 40 persen dari total yang ada di dunia dikuasai Indonesia. Itu  hampir setara dengan 28 ribu megawatt. Sebagai perbandingan, seluruh  listrik yang ada di Indonesia sebesar 29 ribu megawatt.

Sumber daya minyak bumi  Indonesia diperkirakan mencapai 73 miliar barel. Yang sudah dikeluarkan  sejak zaman Belanda hingga sekarang mencapai 23 miliar barel. Diyakini  cadangan minyak masih banyak di bumi Indonesia, meski itu perlu  dibuktikan lebih lanjut.

Proyeksi Pendapatan dari Kekayaan Alam Indonesia

1. Sektor energi.

Produksi minyak di Indonesia  saat ini sekitar 900.000 barel perhari (bpd). Adapun kebutuhan konsumsi  minyak sekitar 1.300.000 barel perhari. Karena itu Indonesia harus  mengimpor sedikitnya 400.000 barel perhari untuk memenuhi kebutuhan BBM  di dalam negeri. Bila asumsi harga minyak impor adalah US$100/barel,  sementara Biaya Lifting, Refining dan Transportasi (LRT) minyak dalam  negeri sekitar US$15/barel sampai di SPBU dengan nilai tukar rupiah Rp  9.000/US$ maka biaya yang dikeluarkan Pemerintah untuk memenuhi  kebutuhan BBM perhari:

Sumber Minyak

Biaya Perbarel

Total

Impor

400.000 barel x [$ 100 + $ 2.55 (RT)*]

$ 41.020.000

Produksi Sendiri

900.000 barel x $ 15 (LRT)

$ 13.500.000

Jumlah

$ 54.520.000

Jika US$ 1 = Rp.9.000

Rp. 490.680.000.000

*Biaya refining dan transportasi (RT) sekitar 17% dari total biaya LRT

Adapun penerimaan dari menjual  BBM kepada masyarakat dengan harga saat ini (Rp 4.500,- perliter)  adalah: 1.300.000 barel x 159 liter/barel x Rp. 4.500,- = Rp.  930.150.000.000,- perhari. Keuntungan dari penjualan BBM perhari sekitar  Rp. 439.370.000.000,-, atau setara dengan Rp. 160.4 triliun,- pertahun.

Produksi gas (LNG) adalah setara  5,6 juta barel minyak perhari, namun harganya di pasar dunia hanya 25%  harga minyak, jadi nilainya sekitar Rp 297 Triliun (nett profit sekitar  Rp 268 Triliun). Produksi batubara adalah setara 2 juta barel minyak  perhari, dengan harga di pasar dunia sekitar 50% harga minyak, jadi  nilainya sekitar Rp 212 Triliun

2. Pertambangan.

Produksi pertambangan terutama  emas seperti yang dikelola PT Freeport atau PT Newmont kita lakukan  melalui perhitungan dengan taksiran dari setoran pajak mereka. Ini bila  kita percaya kebenaran nilai pajak PT Freeport yang Rp 6 triliun  pertahun, dan ini baru 20 persen dari nett profit---itu artinya nett  profit-nya adalah Rp 30 triliun pertahun. Sumber lain menyebut produksi  emas di Freeport adalah sekitar 200 ton emas murni perhari. Dengan  demikian secara kasar---bersama perusahaan tambang mineral logam lainnya,  yakni emas/Newmont juga timah, bauksit, besin juga kapur, pasir, dan  lain-lain---nett profit sektor pertambangan adalah minimal Rp 50 triliun  per tahun

3. Hasil laut.

Menurut Rokhmin Dahuri, nilai  potensi lestari laut Indonesia baik hayati, non-hayati maupun wisata  besarnya sekitar US$ 82 Miliar atau sekitar Rp. 738 Triliun. Pada Tahun  2010 nilai produksi perikanan tangkap mencapai Rp 61,24 triliun lebih  rendah dari target nilai produksi tahun 2010 sebesar Rp 87,275 triliun.

4. Hasil hutan.

Yang paling menarik adalah  produksi hutan. Luas hutan Indonesia yang tersisa tahun 2010 adalah  94.432.000 hektar. Untuk mempertahankan agar lestari dengan siklus 20  tahun, maka setiap tahun cukup 5 persen tanamannya yang diambil. Bila  dalam 1 hektar hutan, hitungan minimalisnya ada 400 pohon, itu berarti  setiap tahun hanya 20 pohon perhektar yang ditebang.

Kalau kayu pohon  berusia 20 tahun itu nilai pasarnya Rp 2 juta dan nett profit-nya Rp 1  juta, maka nilai ekonomis dari hutan Indonesia adalah 94 juta hektar x  20 pohon perhektar x Rp 1 juta perpohon = Rp 1.880 triliun. Namun, tentu  ini tidak mudah didapat, karena saat ini lebih dari separuh hutan  Indonesia telah rusak oleh illegal logging. Harga kayu yang legal pun  telah dimainkan dengan transfer pricing untuk menghemat pajak. Namun, Rp  900 triliun juga masih sangat besar. Jika dikelola dengan baik, masih  banyak hasil hutan lain yang bernilai ekonomis tinggi, misalnya untuk  obat-obatan.

Ironi Indonesia

Ironisnya, angka kemiskinan di  negeri ini masih sangat tinggi. Menurut BPS, penduduk miskin Indonesia  tahun 2011, dengan pengeluaran kurang dari 230 ribu, mencapai 30 juta  jiwa. Jika ditambah dengan penduduk 'hampir miskin' yang pengeluarannya  antara Rp 233-280 ribu, jumlahnya meningkat menjadi 57 juta orang atau  24% dari total penduduk Indonesia. Jumlah itu membengkak jika  menggunakan standar kemiskinan internasional, yakni kurang dari US$2  perhari. Menurut laporan Bank Dunia, pada tahun 2009 sebanyak 50,7% atau  lebih dari separuh dari penduduk negeri ini masih dalam kategori miskin  (World Bank, World Development Indicators 2011).

Menteri Koordinator Perekonomian  Hatta Radjasa mengatakan, hingga saat ini (April 2012) sebanyak 13 juta  penduduk Indonesia masih belum memiliki rumah tinggal dan 4 juta punya  rumah tetapi tidak layak huni

Hingga awal Tahun 2012 Indonesia  masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Secara nasional,  diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu  balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Indonesia juga terlilit  hutang. Dalam pagu APBN-P 2012 untuk pembayaran cicilan utang (pokok dan  bunganya) mencapai Rp 322,709 triliun, terdiri dari cicilan pokok utang  Rp 200,491 triliun dan cicilan bunga Rp 122,218 triliun. Indonesia  betul-betul sudah terlilit utang.

Walaupun akumulasi pembayaran cicilan  utang baik bunga maupun pokok selama 12 tahun antara tahun 2000-2011  mencapai Rp 1.843,10 triliun, anehnya jumlah utang negara justru  bertambah. Tercatat utang Pemerintah Pusat pada tahun 2010 atau era  Presiden SBY masih sebesar Rp 1.677 triliun. Pada tahun anggaran 2011  utang Pemerintah Pusat sebesar Rp 1.803 triliun dan pada Mei 2012 total  utang Pemerintah Pusat sudah mencapai Rp 1.944,14 triliun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun