Mohon tunggu...
Aqila Adinda Putrijaya Minerva
Aqila Adinda Putrijaya Minerva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknologi Radiologi Pencitraan di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Eisler, Proyeksi Radiografi Mandibula sebagai Penyelamat Korban RTA

23 Desember 2022   10:48 Diperbarui: 23 Desember 2022   10:52 2220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Road Traffic Accident (RTA) atau kecelakaan lalu lintas sering kali terjadi pada masa kini. Mobilisasi manusia yang menggunakan kendaraan pribadi sangat tinggi membuat padatnya jalanan dan sering kali menyebabkan kecelakaan. Entah keparahan dari level rendah hingga tinggi, pemeriksaan pada kondisi tulang sering kali disepelekan. Bahkan, pengendara motor terkadang tidak mengunakan helm saat kecelakaan terjadi. Hal itu tentu meningkatkan dampak kecelakaan pada pengendara, seperti patah tulang atau fraktur pada daerah kepala, khususnya tulang wajah.

Mandibula atau tulang rahang bawah menjadi bagian yang sangat sering terjadi fraktur ketika terdapat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan studi yang dilakukan, 15,5% hingga 59% fraktur pada wajah terjadi pada mandibula. Terjadinya cedera wajah cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan cedera di bagian tubuh lain karena wajah tidak memiliki penutup pelindung. Selain itu, mandibula merupakan tulang yang paling menonjol di daerah tubuh. Berdasarkan penelitian dari Vyas (2014), bagian mandibula yang sering mengalami fraktur atau trauma ialah parasymphysis 49 (32.45%), body 42 (27.8%), angle 22 (14.56%), symphysis 18 (11.9%), condyle 13 (8.6%), coronoid 4 (2.64%), dan terakhir adalah ramus 3 (1.98%).

Namun, menurut Vincent (2019) daerah condyle menjadi daerah yang sering cedera. Terdapat 25% hingga 40% kasus cedera terjadi pada daerah condyle. Seringkali, fraktur pada condyle diakibatkan oleh trauma tumpul tidak langsung dengan kekuatan yang ditransmisikan sehingga mengakibatkan patah tulang. Hal tersebut yang membuat korban terkadang tidak merasakan adanya fraktur pada daerah mandibula, khususnya condyle.

Hal tersebut menjadi permasalahan utama ketika korban kecelakaan tidak menyadari bahwa bagian rahang bawahnya mengalami fraktur. Masyarakat sering kali meremehkan dampak dari kecelakaan walaupun hanya pada tingkat tidak terlalu parah. Hal itu yang membuat terjadinya keterlambatan diagnosis yang tentu saja memperparah kondisi fraktur. Fraktur condyle jika tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan banyak masalah kronis bagi pasien. Maloklusi dan penyimpangan rahang saat membuka, ankilosis dan nyeri pada sendi temporomandibular (TMJ), dan kemampuan pembukaan mulut yang berkurang.

Lalu, langkah awal apa yang dapat diambil agar tidak memperparah kondisi korban? Langkah awal itu ialah kesadaran diri untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, khususnya pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan x-ray menjadi pemeriksaan awal yang dapat dilakukan dalam menilai kondisi tulang wajah korban. Walaupun pada fasilitas dan kasus tertentu, resolusi tinggi dari Computed Tomography (CT) menjadi modalitas citra pilihan mayoritas dalam menangani masalah fraktur di tulang wajah. Radiografi pada mandibula masih menjadi dasar pemeriksaan yang harus dilaksanakan dalam menentukan langkah selanjutnya. Dengan pemeriksaan radiografi x-ray, evaluasi kondisi mandibula dapat terlihat jelas, khususnya pada kondisi tulang dengan garis fraktur.

Sebenarnya, terdapat beberapa cara dalam menciptakan foto x-ray di daerah mandibula. Cara tersebut biasanya disebut dengan proyeksi citra. Secara sederhana, konsepnya sama seperti menggunakan kamera HP dalam memotret objek dengan menentukan photo angle mana yang hendak dipilih. Tujuan utama pemilihan proyeksi yang tepat adalah agar objek yang hendak dinilai dapat terlihat sempurna. Ada beberapa proyeksi yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi kondisi tulang mandibula. Salah satunya ialah proyeksi Axiolateral atau Eisler.

Mengapa proyeksi Eisler menjadi salah satu proyeksi utama pemeriksaan? Alasan utama karena proyeksi ini mampu memperlihatkan kondisi condyloid process yang lebih sukar dilihat jika menggunakan proyeksi lainnya. Condyloid process dapat terlihat karena terdapat penyudutan sinar x-ray sehingga dapat terlihat lebih jelas. Selain itu, proyeksi ini mampu memberikan foto kedua sisi mandibula dalam satu foto. Hal itu membantu dokter radiologi dalam membandingkan kondisi kedua sisi mandibula dalam menegakkan diagnosis.

Terdapat 3 langkah utama dalam menjalankan pemeriksaan ini, yaitu sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan sebelum pemeriksaan.

Sebelum Pemeriksaan

  • Persiapan ruangan dan alat

Memastikan suhu ruangan pemeriksaan sudah berada di kisaran suhu 20 derajat celcius dan ruangan pemeriksaan steril. Memastikan pesawat sinar-x, apron, marker, kaset ukuran 24x30cm, grid dan fiksasi siap digunakan.

  • Persiapan pasien

Petugas radiologi mengambil formulir pemeriksaan dan memverifikasi informasi klinis pasien. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke dalam ruang pemeriksaan sembari mengedukasi pasien mengenai pemeriksaan. Petugas radiologi menghimbau pasien untuk melepaskan semua benda logam yang ada disekitar area pemeriksaan serta dihimbau untuk mengganti baju dengan baju pasien yang telah disediakan di ruang ganti.

Saat Pemeriksaan

  • Posisi pasien: pasien diposisikan semi oblique diatas meja pemeriksaan. Secara sederhana, tubuh pasien dimiringkan hingga 45 derajat.
  • Posisi objek: kepala diposisikan true lateral atau 90 derajat dengan sisi klinis berada paling dekat dengan kaset. Atur mandibula agar tepat berada di pertengahan kaset. Ekstensikan leher agar ramus mandibula sejajar dengan kaset dan menghindari superimposed tulang cervical (leher) dengan ramus mandibula.
  • Pengaturan tube:

FFD (jarak tabung x-ray ke kaset)= 102 cm

CR (arah datang sinar)= Arah sinar-x 25 derajat ke cranial dengan batas atas kolimasi di TMJ dan batas bawah di mentum

CP (titik utama penyinaran)= Angulus Mandibula

Faktor Eksposi= menggunakan 68-80 kV dan 16 mAs

Instruksi pasien= pasien diinstruksikan tahan nafas dan dihimbau tidak bergerak selama dilakukan eksposi untuk menghindari pengulangan foto

Setelah Pemeriksaan

  • Pemrosesan hasil citra

Pemrosesan yang dimaksud ialah mengkonversi data-data yang ada di dalam kaset menuju data digital yang dapat terlihat di monitor. Konversi tersebut menggunakan CR Reader dengan menggunakan laser sebagai scanner. Langkah awal ialah mengisi data pasien dan jenis pemeriksaan yang telah dipilih. Jika sudah, maka dilanjutkan dengan image processing di CR Reader hingga gambar muncul di monitor work station. Setelahnya, radiografer dapat menelaah foto dan memberi editing agar foto dapat terlihat sesuai kriteria.

  • Kriteria Evaluasi

Tampak angulus mandibula, ramus mandibula, condylar process, dan mentum dengan tidak terjadi pemendekan. Mandibula tidak superimposed. Eksposure yang optimal dapat menunjukkan tulang dan soft tissue

Pemeriksaan radiografi pada mandibula sangat membantu dalam menhindari adanya kondisi yang semakin parah pada korban, khusunya korban kecelakaan. Sering kali, korban meremehkan hal tersebut karena selagi luka tidak terlihat dengan mata telanjang, maka kondisi korban baik-baik saja. Faktanya, fraktur atau kondisi klinis di mandibula sering kali tidak terlihat atau bahkan tidak terasa saat baru saja kecelakaan. Dampaknya akan terasa ketika sudah dibiarkan terlalu lama. Maka dari itu, hal utama yang harus ditingkatkan adalah kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan setelah terjadi cedera. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun