Pertemuan antara pemimpin kedua negara tersebut kemudian menghasilkan penandatanganan pernyataan bersama mengenai upaya membangun hubungan bilateral antara Korea Utara dan Amerika Serikat yang lebih stabil. Penandatanganan pernyataan tersebut kemudian langsung diimplementasikan oleh kedua pihak. Terlihat dari Amerika Serikat yang memilih untuk membekukan latihan gabungan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat secara sementara dan Korea Utara yang mulai membongkar fasilitas pengujian nuklirnya.Â
Tidak dipungkiri, pertemuan antara pemimpin kedua negara tersebut diharapkan akan membuka harapan baru mengenai denuklirisasi. namun dalam kenyataannya pertemuan yang berlangsung pada 2018 tersebut tidak menghasilkan keputusan apapun dalam hal denuklirisasi. Melihat hal tersebut, pandangan internasional kemudian teralihkan ke dalam keberhasilan Kim Jong-un dalam memanfaatkan ketidakpastian diplomasi untuk kepentingan negaranya. Pandangan tersebut tidak lain didasari oleh keberhasilan Korea Utara dalam meredam tekanan internasional meliputi sanksi ekonomi yang selama ini menimpanya.
Selain Amerika Serikat, Korea Utara juga kerap memainkan peran penting dalam hubungan diplomatik dengan negara-negara seperti China dan Rusia. Dalam hal ini, Kim Jong-un dinilai sering kali menggunakan hubungan dekatnya dengan kedua negara tersebut untuk mengimbangi tekanan internasional, khususnya dari sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan PBB.Â
Masa Depan Diplomasi Nuklir Korea Utara
Sejatinya masa depan dari diplomasi nuklir Korea Utara tidak dapat diprediksi secara tepat dan pasti. Pasalnya, dengan tatanan global yang terus berubah dan berkembang setiap waktunya juga memberikan pengaruh terhadap diplomasi nuklir Korea Utara. Meskipun pertemuan tingkat tinggi antara Korea Utara dengan Amerika Serikat beberapa tahun lalu sudah dilangsungkan, namun belum ada kejelasan yang pasti mengenai denuklirisasi.Â
Namun sejatinya keputusan Korea Utara untuk tetap mengembangkan kekuatan nuklirnya tanpa memperdulikan tekanan internasional juga sejalan dengan prinsip Kim Jong-un yang ingin menjadikan nuklir sebagai kekuatan utamanya. Sehingga berbagai pertemuan diplomasi nuklir yang dilakukan Korea Utara dapat dinilai sebagai upaya Kim Jong-un dalam meredakan ketegangan internasional.
Dengan demikian semakin memperjelas bahwa masa depan diplomasi nuklir Korea Utara sejatinya memang dipenuhi oleh berbagai ketidakpastian. Karena dengan keputusan Kim Jong-un untuk membuatnya sebagai kekuatan utama maka denuklirisasi akan semakin sulit tercapai dan diplomasi melalui berbagai pertemuan tingkat tinggi yang mungkin saja akan dilakukan kedepannya hanya akan menyentuh lapisan teratas dari masalah ini, seperti yang terlihat dari hasil pertemuan tingkat tinggi Kim Jong-un dengan Donald Trump 2018 silam. Sehingga kekuatan internasional akan terus berupaya untuk menemukan pendekatan yang efektif untuk mendorong Korea Utara melakukan denuklirisasi penuh, sementara disatu sisi Korea Utara akan dianggap berhasil membuat ini sebagai ancaman bagi negara-negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H