Mohon tunggu...
Reza Maulana
Reza Maulana Mohon Tunggu... -

http://www.aqidah.info/about-me.html

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haruskah Saling Menempelkan Kaki Bila Sholat Berjamaah ?

12 November 2015   13:02 Diperbarui: 20 Juli 2017   06:18 5837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bingung kok ente bisa ngotot paling bener gitu ? Pake acara ngancem saya bakal masuk neraka pula. Mentang situ pake gamis berpeci haji sedangkan saya pake kaos oblong bercelana jeans toh tetap saja ente gak berhak ngomong sembarangan. Ente istighfar dulu dah sono dipojokan.

Kepalang kita ngomongin pasal tempel menempel kaki dan kehadiran setan dalam shaf sholat. Ini saya menemukan 1 hadits lagi.

Dari Abdullah bin Umar r.a, Rasulullah bersabda :

“Luruskanlah shaf-shaf, sejajarkanlah pundak dengan pundak, isilah bagian yang masih renggang, bersikap lembutlah terhadap lengan teman-teman kalian (ketika mengatur shaf), dan jangan biarkan ada celah untuk (dimasuki oleh) syaithan. Barangsiapa yang menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya), dan barangsiapa yang memutus shaf maka Allah akan memutuskannya (dari rahmat-Nya).” [HR Abu Daud (666). Hadits shahih.]

Dalam hadits ini terdapat 4 perintah yaitu :

  1. meluruskan shaf
  2. mensejajarkan pundak dengan pundak
  3. mengisi bagian yang masih renggang
  4. jangan biarkan ada celah untuk (dimasuki oleh) syaithan.

Perintah pertama dan ketiga saya rasa jelas, perintah kedua dan ke empat itu perlu dianalisa.

Bila kita mensejajarkan pundak/bahu dengan pundak lainnya atas pengertian “ketinggian pundak”, sepertinya hal itu agak aneh, sebab tinggi tiap orang belum tentu sama, berarti tinggi pundak tidak dapat dijadikan patokan.  Yang lebih masuk akal adalah mensejajarkan bahu agar tidak ada yang lebih maju atau lebih mundur dari shaf saat posisi berdiri, pengertian ini juga sejalan dengan perintah pertama yaitu ‘meluruskan shaf’.

Perintah ke-4, jangan biarkan ada celah untuk (dimasuki oleh) syaithan. Sebelumnya, tolong di ingat bahwa kata-kata didalam kurung itu adalah bersifat kata bantu. Jadi pada dasarnya kata-kata tersebut sebenarnya tidak ada. Hal ini juga kerap digunakan pada tafsir arti ayat Al Quran.

Nah, bila kita merujuk pada kalimat tanpa kata bantu, perintah ke 4 adalah “jangan biarkan ada celah untuk syaithan”. Dan menurut saya, itu hanya kata kiasan saja.

Jadi saat sholat berjamaah kita mesti mengisi bagian yang masih renggang (perintah 3), jadi shafnya akan rapi dan teratur, agar kita pun enak sholatnya, nyaman, kita bisa lebih fokus dan khusyuk sholatnya jadi setan gak bisa (atau susah) mengganggu pikiran kita (perintah 4).

Memang saya sadari bahwa banyak ulama yang berpengertian tentang mensejajarkan pundak/bahu itu berarti merapatkan pundak/bahu dengan pundak/bahu jamaah lainnya, bahkan hingga menempel.  Karena bagi mereka kata bantu itu harus digunakan agar lebih memperjelas maknanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun