Mohon tunggu...
Reza Maulana
Reza Maulana Mohon Tunggu... -

http://www.aqidah.info/about-me.html

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haruskah Saling Menempelkan Kaki Bila Sholat Berjamaah ?

12 November 2015   13:02 Diperbarui: 20 Juli 2017   06:18 5837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja kita (termasuk saya) mesti menghormati para ulama, kyai, ustadz dan semua guru agama Islam. Tapi permasalahannya, apakah mereka akan membela kita kelak di akhirat bila ternyata aqidah mereka yang kita ikuti itu ternyata dikatakan Allah salah ?

Kita sendirilah yang akan mempertanggung jawabkan aqidah kita masing-masing.  Sumber segala ilmu adalah Al Quran dan Hadits, itupun berkali kali dikatakan Allah. Ingat, Al Quran ‘dan’ Hadits, Allah tidak mengatakan Al Quran ‘atau’ Hadits. Selalu dikatakan Al Quran dan Hadits. Pake kata ‘dan’.

jadi dahulukan Al Quran dalam mencari solusi atas setiap masalah, bila dirasa masih kurang jelas karena keterbatasan kita berpikir, maka kita harus merujuk ke Hadits. Tapi bila jawaban (kalimat) di Al Quran sudah sangat jelas ya sudah, selesai perkara.

Tentang aqidah dan perkataan para Imam, ulama, kyai, ustadz dan alim ulama lainnya, sebaiknya kita tidak boleh menelan mentah-mentah, karena mereka bukan sumber ilmu. Mereka hanya perantara, itu saja.

Bila kita mendapat ilmu dari mereka, ucapkan Alhamdulilah, tapi kita cek lagi terlebih dulu di Al Quran, kalau masih membingungkan maka cek lagi di Hadits, setelah semua proses itu dijalankan, dan setelah benar-benar kita yakini barulah kita amalkan, barulah ilmu tersebut dapat dikatakan sudah menjadi milik kita, sudah menjadi aqidah dan pemahaman kita sendiri.

Aqidah dan perkataan beliau-beliau itu hanya dijadikan referensi saja, hanya sebagai penguat aqidah kita. Dan emang udah seharusnya begitu. Al Quran dan Hadits lah yang mesti menjadi sumber ilmu kita.

Jadi gak ada tuh kasus kalau udah ngotot trus kalah debat jawabnya “wah saya gak ngerti, itu kan kata ulama A yang terkenal itu” atau “eh ini ustadz B yang ngomong begitu, beliau kan orang hebat” atau kalimat-kalimat pengecut lainnya yang melemparkan tanggung jawab pada orang lain seperti itu.

Jangan seperti kerbau di cocok hidungnya, baru juga denger doang udah manut buta kayak begini. Di cek saja nggak apalagi dipahami dalil sumbernya yang asli, eh tau-tau udah berani nyalahin orang lain, berani ngancam orang masuk neraka, hebat banget ente bos.

Nih, saya kasih tau lagi perkataan Allah, tentang sifat manut buta ente tadi. Coba baca baik2, trus direnungin maknanya.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al Isra:36)

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. An-Nahl : 116)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun