Mohon tunggu...
Reza Maulana
Reza Maulana Mohon Tunggu... -

http://www.aqidah.info/about-me.html

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mindset-Mu adalah Masa Depan Mu!

6 November 2015   14:34 Diperbarui: 6 November 2015   16:20 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrohmannirrohim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang disebut mindset adalah pikiran bawah sadar, mindset terbentuk dari suatu ’pemahaman dan kepercayaan’ yang didapat dari cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Tiap manusia dapat memiliki mindset yang berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang yang berbeda-beda pula.

Mindset salah yang terbentuk dalam diri kita, tanpa kita sadari dapat sangat mempengaruhi kehidupan kita. Karena itu kita haruslah sangat berhati-hati dalam menentukan sudut pandang akan suatu hal, sebab itu secara tidak langsung berdampak pada pemahaman kita sendiri. Salah menentukan sudut pandang akan menimbulkan pemahaman yang salah dan bila ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang, pada akhirnya akan membentuk mindset yang salah pula, hal ini yang sangat berbahaya.

Saya memiliki sebuah cerita, yang Insha Allah dapat menambah wawasan pembaca tentang pentingnya pembentukan mindset dalam diri kita.

Sudut Pandang Menentukan Terbentuknya Mindset

Alkisah ada seorang bapak yang memiliki 2 anak laki-laki. Saat menjelang kematiannya, si bapak memberikan wasiat pada kedua putranya untuk kebaikan masa depan mereka, yaitu :

  1. Jangan pernah menagih hutang pada orang lain
  2. Jangan pernah tubuhmu terkena sinar matahari secara langsung.

Kini setelah bertahun-tahun berlalu sejak kematian sang bapak, dan kedua anak tadi telah berpisah dari ibunya, masing2 hidup mandiri dengan warisan sebuah toko dari bapaknya, suatu saat si ibu merasa kangen karena lama tidak bertemu, lalu ia memutuskan mengunjungi kedua putranya.

Saat berkunjung ke tempat putra pertama, sang ibu sangat terkejut, hatinya sedih sekali. Putra pertamanya terlihat sangat lusuh dan kurus, kehidupan anaknya sangat miskin sekali. Ibunya bertanya mengapa dia bisa menjadi seperti itu ?

Putra pertama menjawab “Aku menjadi seperti ini karena mengikuti wasiat bapak, aku tidak pernah menagih hutang pada orang yang berhutang kepadaku, lalu lama kelamaan uang modal yang ku miliki habis tak bersisa. Belum lagi bapak berwasiat agar aku tidak terkena matahari secara langsung, padahal aku hanya memiliki sepeda motor untuk pergi kemana-mana, jadi aku terpaksa selalu naik taksi bila pergi kerja mencari rejeki di toko, itulah pula yang membuat pengeluaranku bertambah bengkak bu…”

Sang ibu menitikkan airmata, tidak sanggup menahan pilu dengan keadaan anaknya. Demi rasa berbakti anak pada wasiat bapak, sang anak rela hidup menderita seperti ini. Hatinya sangat sedih sekali. Ia pun memeluk anaknya, menenangkan hati si anak.

Lalu si ibu teringat akan putra keduanya, di kepalanya bercampur rasa khawatir dan takut akan nasib adik dari sang kakak yang hidupnya menderita itu. Sang ibu pun memutuskan untuk secepat mungkin mengunjungi putra keduanya.

Saat berkunjung ke tempat putra kedua, sang ibu benar-benar terkejut, ia seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Putra kedua ini tubuhnya gemuk sehat, kulitnya putih bersih dan hidupnya kaya raya. Dengan penuh rasa penasaran sang ibu bertanya, apakah putra kedua ini sama sekali tidak mengindahkan wasiat bapaknya hingga dirinya bisa seperti ini ?

Putra kedua menjawab “Tidak ibu, justru aku menjadi seperti ini karena aku mengikuti wasiat bapak. Sungguh bijaksana bapak memberikan nasehat seperti itu kepada kami anak-anaknya. Bapak melarangku managih hutang, oleh karena itu aku selalu berusaha untuk tidak memberikan hutang pada siapapun, sehingga aku terbebas dari kesibukan menagih hutang dan modal yang kumiliki tidak berkurang. Dalam wasiatnya bapak juga melarangku untuk terkena matahari secara langsung, sedangkan aku hanya memiliki motor untuk pergi kemana-mana, jadi aku selalu berusaha pergi mencari rejeki sebelum matahari terbit, setelah sholat subuh aku sudah keluar untuk bekerja, dan aku selalu berusaha pulang setelah maghrib berlalu. Hal ini menjadi sebuah keuntungan di toko ku, jadi aku membuka toko lebih awal dari toko-toko sainganku dan aku tutup lebih akhir dari toko-toko sainganku. Itulah mengapa aku bisa seperti ini sekarang bu, aku sangat berterima kasih pada bapak..”

Sang ibu menitikkan airmata, namun kali ini bukan karena sedih, tapi karena bangga dengan putra keduanya. Anaknya yang satu ini juga berbakti seperti kakaknya, ia tetap menjaga wasiat sang bapak, tapi bedanya, putra kedua ini melakukannya dengan cara tepat. Ia pun memeluk anaknya, ikut senang dan gembira.

---------

Nah, dari kisah di atas, kita dapat memetik sebuah kesimpulan, bagaimana suatu hal yang sama dapat memberikan hasil yang berbeda bila dipahami dari sudut pandang yang berbeda pula. Sudut pandang putra pertama dan putra kedua sangat berbeda dalam menafsirkan wasiat yang sama dari bapaknya.

Pemahaman atas sudut pandang yang berbeda itu lama kelamaan menjadi keyakinan yang berbeda, dan membentuk mindset yang berbeda pula. Putra pertama memiliki mindset (pikiran bawah sadar) ke arah negatif, sedangkan putra kedua memiliki mindset (pikiran bawah sadar) ke arah positif.

Jadi kita haruslah berhati-hati dalam memandang suatu hal, atau dalam memahami suatu hal, apabila pemahaman tersebut salah/menyimpang tapi tetap kita biarkan meyakininya, kelak tanpa kita sadari akan membentuk mindset yang salah yang dapat merugikan kita sendiri.

Tulisan ini hanyalah sebagian dari isi artikel aslinya, masih ada pelajaran moral mengenai kisah "hantu" serta moral di kisah pertemuan pertama antara Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad pada artikel asli yang lengkap disini : http://adf.ly/1RA1Jj 

Silahkan dibaca juga :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun