Gambaran Singkat Potensi Desa
Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus Universitas Jember. Batas-Batas wilayah Kelurahan Tegalgede adalah: (a) Sebelah Utara: Desa Antirogo, (b) Sebelah Selatan: Kelurahan Sumbersari, (c) Sebelah Tmur: Desa Karangrejo, dan (d) Sebelah Barat: Kelurahan Patrang.
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO, 2014). Penyebab kematian ibu sangatlah beragam, akan tetapi kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi (Depkes RI, 2015).
Untuk memecahkan masalah ini, pemerintah bisa menjalankan salah satu program yang sudah dilakukan oleh beberapa kabupate lain, yaitu Kemitraan Bidan dan Dukun (KBD).Â
Program ini secara umum berupaya mengalihfungsikan peranan dukun bayi atau dukun beranak (sanro) dalam persalinan tradisional kepada perawatan bayi dan ibu pasca–melahirkan. Selain dilatih, mereka diajak untuk mendorong setiap ibu melahirkan agar dapat ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti bidan. Setiap dukun bayi mendapatkan insentif Rp 50.000 manakala merujuk upaya persalinan ini ke bidan desa.
Identifikasi Permasalahan
Kader posyandu yang bertugas sudah mengetahui apa itu Stunting & AKI AKB. Namun, sejauh ini tetap ada kasus Stunting & AKI AKB yang sebenarnya bukan 100% salah dari kader posyandu.Â
Maka dari itu, saya Muhammad Aqib Husni Fadhli, Mahasiswa Universitas Jember yang pada saat ini melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village di Kelurahan Tegal Gede, Kecamata Sumbersari ini mencoba untuk memberikan bantuan kepada kader Posyandu di Kelurahan Tegal Gede ini untuk menumbuhkan serta meningkatkan wawasan masyarakat mengenai Stuning, AKB, dan khususnya AKI.Â
Dalam kegiatan KKN Back to Village ini saya berencana untuk mensosialisasikan mengenai apa itu AKI, bagaimana cara mencegahnya dan melakukan beberapa program kerja yang dapat diterapkan selama pandemi COVID-19 ini dengan bantuan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Tiktok, maupun media sosial yang lainnya dengan maksud dan tujuan untuk meminimalisir tatap muka maupun berkerumun dan juga untuk mencegah penularan virus di masa pandemi Covid-19.
Program Kerja (Proker) KKN Back to Village
Kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village di Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Metode pelaksanaan yang akan saya laksanakan guna untuk mencapai tujuan yang diharapkan ialah dengan melakukan sosialisasi dan pembimbingan mengenai cara mencegah AKI kepada para kader posyandu dan juga kepada para ibu yang memiliki bayi dan balita, ibu hamil serta pada masyarakat yang memiliki saudara perempuan.
Sosialisasi dan pembimbingan kepada sasaran dilakukan menggunakan bantuan media sosial WhatsApp, dikarenakan menurut saya membagikan informasi melalui WhatsApp lebih efektif dan efisien dibanding menggunakan Zoom atau Google Meet, karena kedua aplikasi tersebut cukup menguras kuota.Â
Selain itu, daerah Kelurahan Tegalgede masih menjadi daerah rawan penularan Covid-19 sehingga pemerintah sekitar menonaktifkan posyandu untuk sementara waktu hingga keadaan kembali normal. Sosialisasi yang dilakukan ialah mengenai apa itu AKI, penyebab stunting, serta bagaimana cara mencegah atau mengurangi angka kejadian AKI di masyarakat.
Adapun sosialisasi dan pembimbingan kepada para kader Posyandu Kelurahan Tegalgede RT 2 yang dilakukan melalui media sosial WhatsApp akan membagikan informasi dengan cara saya membuat rekaman video edukasi dan juga poster edukasi mengenai AKI, penyebab AKI, dan bagaimana mencegah AKI.Â
Dengan harapan, informasi yang saya berikan  mudah dimengerti oleh masyarakat sekitar. Selama masa PPKM ini tidak memungkinkan untuk mengumpulkan ibu hamil, atau ibu yang memiliki anak karena dapat meningkatkan penularan Covid-19.
Sebagai indikator keberhasilan program sosialisasi ini, akan diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuisioner dan jawaban singkat yang akan saya berikan  kepada sasaran sebelum dan setelah dilakukannya sosialisasi. Program sosialisasi ini diharapkan dapat mencegah dan mengurangi angka kejadian AKI di Kabupaten Jember terutama di Kelurahan Tegalgede sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia pada umunya.
Perencanaan awal pada kegiatan KKN Back to Village ini ialah dengan meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala Kelurahan Tegalgede untuk melaksanakan program KKN Back to Village. Wawancara dan diskusi dengan Kepala Kelurahan Tegalgede, diantaranya mengenai waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan serta konsep pelaksanaan kegiatan.Â
Pada perencanaan ini dilakukan identifikasi permasalahan  mengenai kondisi kesehatan di Kelurahan Tegalgede, terkait dengan masalah gizi, stunting , angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta mendiskusikan megenai pelaksanaan pengabdian baik konsep pelaksanaan kegiatan maupun solusi yang akan dilakukan untuk mengoptimalkan program posyandu di masa pandemi guna mengurangi angka kejadian stunting. Â
Selain itu, dilakukan diskusi secara langsung dengan kader posyandu mengenai perencanaan program yang akan direalisasikan di posyandu RT 2 Kelurahan Tegalgede.
Terkait dengan program kerja (Proker) pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Back to Village di Kelurahan Tegal Gede, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember ini, dapat dicermati pada: (1) Model Canvas Pelaksanaan KKN Back to Village di Kelurahan Tegal Gede, dan juga, dan (2) Model Dampak (Impact) Pelaksanaan KKN Back to Village di Kelurahan Tegal Gede.
Program kerja KKN Back to Village ini saya laksanakan kepada masyarakat sekitar Kelurahan Tegal Gede seperti ibu-ibu dan juga mahasiswi sebagai sasaran kegiatan. Dalam pelaksanaan program kerja tersebut, saya menjadwalkan selama 4 (empat) minggu, di setiap minggunya sudah dijadwalkan kegiatan tersendiri. Minggu ke-1 (minggu pertama) saya mencoba untuk berkunjung ke rumah salah satu ketua posyandu di Kelurahan Tegal Gede untuk memperkenalkan diri, memohon ijin, dan juga menjelaskan maksud serta tujuan saya berkunjung.Â
Saya juga berusaha untuk mendiskusikan permasalahan dengan sasaran mengenai keadaan pada masa pandemi Covid-19, mendiskusikan dengan sasaran terkait dengan program mengatasi permasalahan yang dihadapi sasaran tersebut, mendiskusikan dengan sasaran terkait dengan program kerja KKN guna mengatasi permasalahan yang dihadapi sasaran tersebut. Setelah itu saya mencoba terus menjaga komunikasi untuk mengetahui  bagaimana keadaan Stunting & AKI AKB yang terkini di Kelurahan Tegal Gede sembari mengumpulkan dan mempelajari data potensi desa, melakukan perkenalan dengan sasaran.
Berdasarkan data yang saya peroleh dari ketua posyandu Kelurahan Tegal Gede, angka Stunting & AKI AKB di sekitar kelurahan ini tergolong rendah, atau dengan kata lain bisa dibilang tidak ada.Â
Namun, tetap ada 1-2 anak yang gizinya masih belum mencukupi standar. Menurut saya, masyarakat sekitar tetap perlu diberikan informasi melalui beberapa program kerja yang sudah saya susun dalam rangkaian KKN Back to Village agar tetap bisa mempertahankan angka rendah pada kasus Sutnting & AKI AKB.Â
Saya mencoba untuk menyampaikan informasi mengenai AKI dengan cara mengemasnya dalam bentuk sosialisasi door to door mengenai AKI, pengiriman poster edukasi & video edukasi melalui media sosaial WhatsApp demi meminimalisir berkerumun. Mengingat kondisi Covid-19 ini yang belum sepenuhnya pulih.
Minggu ke-2 (minggu ke dua) saya mecoba melanjutkan kegiatan pelatihan yang ditujukan pada ibu-ibu & mahasiswi sebagai sasaran kegiatan.Â
Pada pelaksanaan pelatihan yang saya jadwlkan sudah saya bagi menjadi 2 (dua) bagian, dimana pada setiap harinya terdapat 1 tema pelatihan tersendiri. Pada hari pertama saya menyampaikan materi mengenai apa itu AKI, seberapa banyak kasus AKI khususnya di Jember, apa saja yang dapat menyebabkan AKI, lalu bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi lagi kasus AKI.
Kegiatan pada hari kedua saya memberikan sedikit video edukasi mengenai tips & trik untuk mencegah AKI dengan singkatan yang saya coba ciptakan sendiri yaitu, Cegah AKI dengan AKSI.
Sedangkan kendala yang dirasakan selama pelatihan kedua tidak jauh seperti pelatihan pertama.Â
Harapan saya, beberapa kendala tersebut dapat diatasi dengan cara yaitu memberikan penjelasan lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai hal-hal yang masih kurang dipahami oleh sasaran. Selain itu, juga harus memahami karakteristik dari sasaran kegiatan pelatihan tersebut. Â
Menilai keberhasilan dari pelatihan tersebut dengan melihat dan mengetahui bagaimana pengetahuan dan pemahanman sasaran semakin mengenai AKI. Hal ini dapat dilihat dari sasaran telah mengetahui lifestyle (gaya hidup) yang baik dan sudah mengetahui penyebab AKI serta bisa mencegahnya.Â
Kegiatan Pendampingan Kepada Sasaran KKN Back to VillageÂ
Pada minggu ketiga saya melakukan pendampingan kepada sasaran. Pelaksanaan minggu ketiga saya melakukan pendampingan kepada sasaran untuk mengetahui data Angka Kematian Ibu hamil di Indonesia dan diberikan perbandingan dengan kasus AKI yang ada di Kelurahan Tegal Gede.Â
Menurut informasi dan data Angka Kematian Ibu hamil di Kelurahan Tegal Gede Jember tidak terlalu banyak. Beberapa tahun terakhir ini hanya ada sekitar 2 kasus AKI di Kelurahan Tegal Gede Jember.Â
Namun kita semua tidak bisa meremehkan dan harus tetep menjaga rendahnya kasus AKI agar beberapa tahun kedepan atau selamanya bisa 0 kasus AKI. Maka dari itu sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar harus selalu diadakan dan saya mencoba untuk terjun langsung ke para wanita, entah itu ibu-ibu yang masih muda maupun ibu-ibu yang sekiranya sudah berusia lanjut agar bisa memberikan informasi mengenai bagiamana cara mencegah kasus AKI kepada anak gadisnya.Â
Remaja wanita seperti mahasiswi pun tak luput juga untuk saya sosialisasikan mengenai AKI dengan maksud dan tujuannya, saat mereka berencana menikah nanti sudah tidak kaget dan bisa meminimalisir kemungkinan AKI. Karena menurut saya mencegah jauh jauh hari lebih penting dibandingkan menangani saat sudah ada kasus yang terjadi.
Pada pendampingan ini saya menggunakan sarana bantuan laptop yang menampilkan informasi mengenai AKI yang sudah saya kemas dalam Power Point agar informasi yang penting tidak terlewatkan dan muncul di Power Point. Saya buat sesingkat dan semenarik mungkin Power Point yang saya buat, agar sasaran bisa memahami dan teringat betul mengenai informasi bagimana cara untuk mencegah kasus AKI yang saya sampaikan.
Setelahnya menyampaikan bagaimana cara mencegah AKI, saya bersama teman-teman dan mencoba untuk membantu mengikuti Bu Tina selaku kader posyandu di Kelurahan Tegal Gede melakukan sweeping kepada warga sekitar yang memiliki balita untuk memberikan Vitamin A. Selama pandemi Covid-19, kegiatan posyandu seperti pemberian vitamin, imunisasi, dan sosialisasi tidak dapat diselenggarakan dalam 1 waktu dan 1 tempat seperti saat sebelum terjadinya pandemi.Â
Walaupun dalam keadaan pandemi seperti sekarang ini, pihak posyandu berusaha memutar otak agar tetap terlaksana kegiatan posyandu untuk tercapainya kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu pelaksanaan pemberian Vitamin A saat ini dilaksanakan secara door to door yaitu para kader kesehatan dan puskesmas langsung datang kepada rumah masyarakat yang memiliki balita.
Beberapa dokumentasi berupa foto saya sertakan di berita desa ini, yang terpampang di foto berikut :
Maka dari itu, saya mengunakan trick untuk menyebarkan informasi mengenai AKI ini dengan bantuan bantuan sosial media. Akan tetapi saya juga merasa ada sedikit kendala yang mana kurang bisa saya kontrol, yaitu terkadang sasaran yang saya tuju belum langsung bisa membuka informasi yang saya berikan melalui sosial media dikarenakan beberapa hambatan seperti, HP yang kurang memadai, paket data yang terbatas, bahkan terkadan karena sasaran jarang membuka HP yang menyebabkan beberapa informasi mungkin kurang bisa secara maksimal tersampaikan.Â
Namun semua kendala itu bisa saya atasi dengan cara saya juga berusaha untuk selelu memastikan dengan cara menanyai apakah informasi yang telah saya bagikan sudah dibaca, didengarkan, dan dilihat, apakah informasi tersebut sudah bisa dipahami. Dan setelah saya konfrimasi ulang, dengan respon sasaran yang baik, saya merasa tenang dan lega mengetahui informasi mengenai cara mencegah AKI bisa diterima dan dipahami oleh sasaran.
Selain kendala yang tersebut diatas, ada beberapa kendala saat kami mencoba untuk melaksanakan pemberian Vitamin A secara door to door. Ada beberapa sasaran yang ingin kamti tuju, ternyata sasaran tersebut sedang tidak berada di rumah. Solusi yang kami lakukan adalah, menitipkan vitamin tersebut kepada tetangga rumah nya.Â
(Muhammad Aqib Husni Fadhli/KKN BTV-3/Kelompok-33/Tegal Gede/ Sumbersari/Jember/Agus Supriono, SP., M.Si.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H