Mohon tunggu...
Aqib
Aqib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Awardee BPI 2022

Alumni Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Siap untuk belajar dari siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kunjungan Tim Peneliti Departemen Sejarah UM ke Surakarta Menjelajahi Jejak-Jejak Nasionalisme

18 Agustus 2023   12:58 Diperbarui: 18 Agustus 2023   14:09 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim peneliti dosen departemen sejarah Universitas Negeri Malang melakukan penelitian tentang nasionalisme yang berkembang di Surakarta pada masa pergerakan. Tim penelitian tersebut terdiri dari Prof. Hariyono, Arif Subekti, S.Pd., M.A, Dr. Grace Tjandra Leksana, S.Psi., M.A dan Dr. Ari Sapto, M.Hum serta Dr. Onno Sinke (Arq Kenniscentrum Oorlog Belanda). Adapun pada Kamis, 10 Agustus 2023 hingga Jum’at, 11 Agustus 2023 tim peneliti yang terdiri dari Arif Subekti dan Grace Tjandra Leksana melakukan kunjungan ke beberapa jejak-jejak perayaan pembukaan Tugu Kebangkitan Nasional di Surakarta. Kunjungan tersebut juga dibantu oleh tiga mahasiswa yaitu: Gedhe Ashari, Moch. Nizam Alfahmi, dan Muhammad Renaldi Saifullah. Sebelum turun ke lapangan, tim peneliti dan kolaborator asing melakukan koordinasi via zoom meeting yang dilakukan 1 Agustus 2023.

Adapun tujuan adanya kunjungan tersebut adalah untuk merekonstruksi bagaimana perayaan parade pembangunan Tugu Kebangkitan Nasional yang dilakukan pada tahun 1935. Tim peneliti dan mahasiswa yang terlibat dalam penelitian tersebut juga membuat video dokumenter tentang perkembangan nasionalisme di Surakarta. Sebagai narasumber dan yang mendampingi tim peneliti selama di Surakarta dipilihlah Heri Priyatmoko. Beliau merupakan dosen Universitas Sanata Dharma sekaligus pendiri dari Solo Societeit.

Prof. Hariyono, ketua peneliti, menjelaskan bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana corak nasionalisme di masa sekarang bisa terbentuk.

“Surakarta merupakan tempat bersemainya berbagai ideologi pada masa pergerakan. Kita tahu di daerah tersebut dapat ditemukan banyak ideologi seperti: nasionalisme jawa, komunisme, islamisme. Selain itu, organisasi-organisasi masa pergerakan banyak yang melakukan aktivitas disana. Budi Utomo, yang awalnya dilahirkan dari rahim orang-orang Yogyakarta, melakukan perpindahan tampuk kepemimpinan ke Surakarta. Begitu juga dengan adanya Sarekat Islam, yang dulunya Sarekat Dagang Islam, lahir di Laweyan, Surakarta. Aktivitas orang-orang komunisme dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh Mas Marco Kartodikromo. Kasunanan dan Mangkunegaran juga memiliki andil dalam pergerakan, dimana saat 1916 Pangeran Prangwedono, yang nantinya menjadi Mangkunegoro VII, pernah menjadi ketua Budi Utomo. Setelah itu beliau digantikan oleh Woerjaningrat, bangsawan dari Kasunan Surakarta.”

Heri Priyatmoko menjelaskan bahwa saat kami berkunjung disana pada Kamis, 10 Agustus 2023 Surakarta pada masa pergerakan merupakan “Mekkahnya politik di Hindia Belanda.”

“Surakarta merupakan kota modern yang memiliki akses yang mudah dalam hal transportasi. Maka dari itu, organisasi-organisasi pergerakan banyak yang melakukan rapat di Surakarta. Kita bisa melihat dalam novel yang ditulis oleh Mas Marco Kartodikromo berjudul Student Hidjo. Dalam novel tersebut dijelaskan bahwa Sarekat Islam pernah melakukan rapat besar di Lapangan Sriwedari, Surakarta. Maka dari itulah Surakarta disebut dengan Mekkahnya politik di Hindia Belanda”.

Tugu Kebangkitan Nasional merupakan tugu yang merepresentasikan semangat nasionalisme yang dihimpun oleh PKKKI. Pembangunan tugu tersebut bertujuan untuk memperingati 25 tahun berdirinya Budi Utomo. Awalnya tugu ini bernama Tugu Kebangunan Nasional. Akan tetapi dengan tekanan pemerintah kolonial maka tugu tersebut diganti namanya menjadi Tugu Budi Utomo. Tugu tersebut tidak hanya merepresentasikan tentang semangat nasionaslisme pada saat itu. Akan tetapi juga merepresentasikan bagaimana nasionalisme direduksi maknanya.

Pada masa sekarang, tugu tersebut dilakukan upacara setiap tahunnya untuk memeringati hari kebangkitan nasional pada tanggal 20 Mei 2023. Upacara-upacara tersebut dihadiri oleh para birokrat kepegawaian di Surakarta, polisi, veteran hingga TNI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun