Mohon tunggu...
Aqib
Aqib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Awardee BPI 2022

Alumni Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Siap untuk belajar dari siapa saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peranan Wanita Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949 (di Jawa Timur)

20 Oktober 2022   12:58 Diperbarui: 20 Oktober 2022   13:07 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyematan Bintang Gerilya. Salah satu penerimanya adalah Bu Prapti. Koleksi Pribadi.

Menurut Hario Kecik (1995:244) hampir semua kereta api yang menuju ke Surabaya penuh dengan makanan untuk para pejuang, dimana stasiun terakhir terakhir penerimaan sumbangan makanan adalah Stasiun Wonokromo. Dari stasiun itu diangkut dengan truk-truk menuju pos-pos pasukan republiken, sedangkan bahan mentah disalurkan ke dapur-dapur umum.

Jika di wilayah Surabaya Ibu Dar "Mortir" terkenal dengan dapur umumnya, di wilayah Malang yang menjadi kebanggaan adalah Bu Prapti. Menurut Nur Hadi dan Sutopo dalam Buku Perjuangan Total Brigade IV Pada Perang Kemerdekaan di Karesidenan Malang (1997:218-220) Bu Prapti dan kelompoknya ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan sejak pertempuran di Surabaya hingga perang gerilya di Malang. Sebelum meletusnya perang kemerdekaan, beliau merupakan Kepala Sekolah Kepandaian Putri di Probolinggo.

Pada perang kemerdekaan di wilayah Malang (setelah agresi I sebagian wilayah Malang diduduki oleh Belanda) Seksi Wanita yang dipimpin Bu Prapti melakukan kegiatan perhubungan (sebagai kurir informasi dan dokumen dari kesatuan ke kesatuan lain). 

Sebagai contoh surat menyurat Mayor Hamid Rusdi kepada Kapten Soendjoto di Kasin. Dokumen penting mereka kirimkan dari markas satu ke markas lainnya, dari Sub-Wehrkreise ke Sub-Wehrkreise lainnya, seperti dari Gunung Kawi ke Gunung Semeru.

Selain sebagai kurir, para wanita pemberani tersebut juga berperan sebagai penunjuk jalan. Mereka berjalan mendahului pimpinan atau petugas penting lainnya hingga tiba di tempat tujuan. Tidak kalah penting, mereka juga merupakan "mata dan telinga" gerilyawan dalam melawan tentara musuh. Masuk ke daerah musuh perlu keberanian yang besar, apalagi bagi pejuang wanita.

Penyematan Bintang Gerilya. Salah satu penerimanya adalah Bu Prapti. Koleksi Pribadi.
Penyematan Bintang Gerilya. Salah satu penerimanya adalah Bu Prapti. Koleksi Pribadi.

Suster Nekat

Jangan dilupakan peranan wanita yang merawat prajurit dan rakyat yang terluka. Wanita-wanita ini menerjunkan diri ke medan laga dengan tidak bersenjata, mengangkut yang terluka dan gugur ke garis belakang. Seperti halnya ketika pertempuran di Surabaya, Letnan Kolonel Surachman tertembak ditolong oleh Palang Merah yang terdiri dari wanita-wanita, diangkut ke garis belakang untuk dirawat (Irna H. N. Soewito, 1994:83).

Pertempuran di Surabaya membuktikan cekatannya anggota Palang Merah republik. Irna H. N. Soewito (1994:101) menyebut beberapa nama seperti Lukitaningsih, Isbandiyah, Suwarni, Darsini, Mujiati, Suwarti, Suseni, Iswarti, Piet Isnaeni, Fatimah, Truus Iswarni, Suprapti, Emmy Sukramiah yang di bawah desingan peluru dan dentuman mortir wanita-wanita tersebut dengan berani mengevakuasi korban luka maupun gugur untuk dibawa ke rumah sakit.

Di Malang, juga terdapat kisah suster yang termasuk 'nekat'. Nama suster tersebut adalah Roswita T. Djajadiningrat yang pergi ke Malang Selatan untuk membantu dr. Imam (Kepala Djawatan Kesehatan Divisi VII/Untung Suropati). Pengalaman Roswita selama di Malang yang ia tuliskan pada buku hariannya, diterbitkan dalam Buku Pengalamanku di Daerah Pertempuran Malang Selatan.

Banyak peristiwa yang dilalui Roswita selama 4 bulan di wilayah Malang. Salah satunya adalah mengobati pasien yang terluka tidak jauh dari lokasi pertempuran, dimana masih terdengar suara dentuman meriam dan senapan mesin yang menyalak. Akhir November 1947, Roswita meninggalkan Malang Selatan untuk kembali ke Yogyakarta, memenuhi tugasnya yang baru sebagai pengajar di Sekolah Kepandaian Putri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun