SUDAH NORMALKAH HIDUP KITA SAAT INI?
Hampir 3 tahun lamanya kita manusia yang hidup berkolektif telah dilanda pandemi. Selama 3 tahun tersebut berbagai kegiatan kita sangatlah terbatasi akibat dari pandemi yang bisa sangat cepat menyebar dalam diri seseorang.Â
Kegiatan pendidikan, kegiatan pekerjaan, kegiatan sosial dan segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan sasaman manusia mengalami perubahan yang sangat drastis dalam praktiknya di masyarakat.Â
Teknologi daring menjadi penolong manusia pada era pandemi saat ini. Internet memberikan kita akses untuk bisa tetap berkomunikasi dengan kerabat, teman, keluarga dan orang-orang lainnya yang kita kenal selama ini.Â
Meskipun pada praktiknya masih banyak ketidak pahaman antara penggunanya dan terkadang tidak efektif, namun dampak dari adanya teknologi internet saat ini bisa dirasakan dengan sangat besar oleh kita semua.
Sebelum pandemi, kita sering mendengar kalimat dari orang tua seperi misalnya "jangan banyak main hp, jangan banyak mengakses internet terlalu sering, tidak baik buat diri sendiri".Â
Namun kenyataan saat ini malah kita dituntut untuk tetap dan terus mengamati internet selama seharia selama kita belum tertidur. Apa yang terjadi saat ini terjadi sebagai shock momment bagi masyarakat.
Masyarakat dipaksa beradaptasi dengan hal-hal yang baru dan meninggalkan bentuk-bentuk lama dari kebiasaan yang mereka lakukan, seperti keluar rumah, berkumpul dengan jumlah banyak dan lain sebagainya yang merupakan bentuk larangan untuk mencegah peneyebaran Covid-19.
Hal ini juga berdampak kepada bentuk sanitasi dari diri kita masing-masing secara individu maupun kolektif. Setelah adanya pandemi ini ada tiga hal yang menjadi bahan penting bagi diri seseorang yaitu masker, handsanitizer/sabun cuci dan juga air.Â
Pada saat ini kita sering sekali menjumpai di depan rumah seseorang terdapat galon air, tong air atau apapun itu sebutannya yang intinya adalah tempat untuk menyimpan air.Â
Tujuannya adalah sebagai alat sanitasi, untuk membersihkan diri dari segala kuman yang menempel ditangan. Hampir disetiap rumah saat ini hal seperti sudah tersedia.Â
Lalu kemudian didekat dari kran air atau penyimpanan air tersebut yang ditauh didepan teras rumah, akan ada sabun ataupun handsanitizer agar kebersihan lebih bisa terjaga  bagi kita ketika harus terpaksa bertamu ke rumah seseorang untuk urusan tertentu.
Hal seperti inilah yang menjadi sebuah kebiasaan baru yang muncul pada kehidupan masyarakat saat ini. Tidak hanya di depan rumah seseorang saja fenomena ini bisa muncul, namun dibeberapa tempat publik seperti kantor, bank, kafe, dan tempat lainnya yang sering menjadi tempat publik untuk pertemuan orang-orang wajib menggunakan alat-alat ini sebagai bentuk sanitasi wajib dalam aturan protokol kesehatan.Â
Lalu masker menjadi barang wajib di muka seseorang ketika akan bertemu dengan orang lain ataupun harus ke tempat yang ramai dikunjungi oleh orang yang banyak. Bahkan kita harus mengunduh aplikasi Peduli Lindungi sebagai bukti bahwa kita telah divaksin
Namun berbeda dengan situasi saat ini  di tahun 2022. Perbedaan ini terlihat dari sudah tidak ketatnya protokol kesehatan yang sebelumnya sangat ketat dilakukan oleh masyarkat.Â
Pada awal-awal pandemi memang masih terlihat disiplinitas protokol kesehatan, namun semakin kesini lambat laun disiplin tersebut berkurang. Salah satu hal yang sangat terlihat adalah gentong air dan sabun/ handsanitizer yang hanya menjadi sebuah pajangan. Gentong-gentong air yang ada didepan rumah sudah tidak pernah lagi digunakan.
Banyak dari gentong air tersebut airnya sudah berwarna hijau akibat lumut yang sudah menempel di gentong-gentong tersebut. Gentong-gentong tersebut bukanlah gentong secara eksplisit. Biasanya bak, galon, dan tempat untuk menyiman air lainnya digunakan untuk sebagai tempat mencuci tangan.Â
Namun masyarakat menyebutnya sebagai gentong air. Lalu sabun dan handsanitizer tidak diganti bahkan sampai ada yang sudah sangat kotor wadah dari sabun dan handsanitizer tersebut. Hanya beberapa tempat seperti Mall, bank ataupun tempat formal lainnya yang menyediakan protokol kesehatan sesuai dengan aturannya.
Padahal pemerintahs sendiri masih memberikan himbauan dan peringatan bahwa Covid-19 masih belum selesai, namun dalam kehidupan masyarakat sendiri terkesan sudah tidak ada artinya.Â
Meskipun kita melihat banyak orang yang menggunakan masker, namun itu hanya terasa seperti sebagai formalitas saja. Mungkin kita sebagai masyarakat sudah merasa bosan dikekang terlalu lama oleh pandemi yang telah berjalan hampir 3 tahun ini.
Namun bukan hanya dari kebosanan masyarakat itu sendiri, namun kebijakan-kebjiakan dari pemerintah yang terkesan ambigu juga bisa membuat perubahan makna dalam sanitasi publik ini bisa bergeser dengan begitu saja.Â
Ada beberapa kebijakan pemerintah yang memang sedikit konyol dan membuat bingung masyarakat untuk merespon pandemi saat ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah pemerintah melarang keras adanya kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat, namun disisi lain pemerintah dengan gencar melakukan promosi wisata di tengah pandemi. Paradoks seperti inilah yang pada menimbulkan oerubahan yang sangat cepat dalam kehidupan masyarakat.
Kita tidak bisa meremehkan apa yang telah dibuat oleh pemerintah melalui kebijakannya, namun pemerintah sendiri juga bisa dikatakan tidak jelas dalam membuat kebijakan. Apa yang dibuat pemerintah adalah bentuk kacamata dari masyarakat.Â
Ketika pemerintah sudah membuka pariwisata, artinya kondisi kembali normal, hal itulah yang menyebabkan mereka sudah tidak lagi peduli dengan sanitasi publik.Â
Apa yang terjadi pada gentong-gentong air dan juga sbaun/ handsanitizer publik inilah yang merupakan bentuk respons dari sistem yang terjadi saat ini.Â
Kondisi pandemi yang carut marut, ditambah ambiguitas dari sistem pemerintah yang dinilai oleh masyarakat pada akhirnya menciptakan respons yang sedemikian rupa.
Mungkin sekarang sudah lebih arah bagaiaman kita individu harus menjaga diri kita masing-masing agar tetap hidup sehat. Sudahkah ini normal seperti sebelum adanya pandemi? Saya rasa belum saatnya kita semua menganggap pandemi ini berakhir, karena masih belum adanya kejelasan bagaimana sembuhnya penyakit ini.Â
Meskipun vaksin sudah tercipta namun kita sebagai individu harus tetap waspada dan tetap menjaga protokol kesehatan agar tetap mencegah penularan Covid-19 ini supaya memutuskan mata rantai dari pandemi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H