Mohon tunggu...
Aqeela Syahida Fatara
Aqeela Syahida Fatara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik

Qeela is a second-year journalism student at the Faculty of Communication Science, Universitas Padjadjaran. Qeela likes to try new things and challenge herself to get out of her comfort zone. Qeela is a hard worker who likes to expand her network and gain a lot of experience. She enjoys working and collaborating with many people, also an adaptive and committed person.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kesenjangan terhadap Perempuan dalam Dunia Kerja

25 Juni 2024   22:51 Diperbarui: 25 Juni 2024   23:20 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi menjadi suatu tonggak untuk perkembangan zaman. Namun, hingga saat ini kesenjangan terhadap perempuan masih menjadi masalah yang sulit untuk dihentikan. Masih banyak perempuan yang merasa tidak aman ketika berada di keramaian, bahkan merasa masih kesulitan dalam menggapai mimpinya. Perempuan seakan harus berjuang lebih keras untuk meraih cita-citanya. Hal tersebut, terjadi akibat stigma yang sudah melekat di benak masyarakat.

Stigma bahwa lelaki merupakan seorang pemimpin, membuat perempuan harus berusaha lebih keras untuk memperlihatkan eksistensinya di hadapan publik. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi. Perempuan memiliki ruang untuk menyuarakan pendapatnya dan memperlihatkan eksistensinya. Menurut Eksekutif Direktur Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), menyatakan bahwa pemimpin perempuan di Indonesia menduduki peringkat tertinggi keempat di dunia dengan persentase 37%.

Kesetaraan bagi perempuan tersebut, hingga saat ini tidak pernah berhenti untuk disuarakan. Pada dasarnya, perempuan juga memiliki potensi yang besar untuk menjadi seorang pemimpin. Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan bahwa pada tahun 2021 sebanyak 39,52% atau 51,79 juta penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah bekerja adalah perempuan. Data tersebut, membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk menjalankan perannya di dunia kerja. Walaupun, perempuan memiliki kewajiban untuk mengurus keluarga selepas bekerja di luar rumah. Namun, terdapat beberapa alasan mengapa ketidaksetaraan menjadi isu yang masih terjadi hingga saat ini.

Gaji dan pekerjaan yang adil, serta pendorongan pemberdayaan di tempat kerja antar gender yang signifikan. Memperlihatkan bahwa laki-laki lebih berdaya dibandingkan dengan perempuan. Ketidaksetaraan upah atau gaji di tempat kerja antara laki-laki dan perempuan ini, merupakan suatu bentuk dari perampasan hak asasi manusia yang ada pada diri perempuan dan menghilangkan dominasi terhadap salah satu gender ini (Panjaitan & Purba, 2020).

Menurut GEI PwC, pekerja perempuan paling berdaya ketika bekerja di sektor teknologi, media, dan telekomunikasi, terutama ketika industri teknologi semakin meningkat akibat pemberdayaan perempuan. Kemajuan teknologi ini, membuat perempuan menjadi tidak ragu dalam menunjukkan potensi diri yang dimilikinya.

Munculnya berbagai tren di media sosial untuk menyuarakan kesetaraan gender, hingga menjunjung tinggi pemberdayaan perempuan dalam dunia kerja dengan menggunakan ilustrasi, seperti meme. Dapat dikatakan menjadi suatu cara yang berhasil untuk menyadarkan masyarakat mengenai isu kesenjangan antar gender yang ada pada dunia kerja ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap orang memiliki ruang untuk menunjukkan potensi dirinya dan mengekspresikan eksistensinya dengan nyaman di setiap tempat, khususnya pada lingkungan kerja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun