Mohon tunggu...
AQDA AL MUROBBY
AQDA AL MUROBBY Mohon Tunggu... Jurnalis - PENDIDIKAN IPS

man jadda wajada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayo Mondok

26 Agustus 2019   04:02 Diperbarui: 26 Agustus 2019   04:52 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kalian mendengar kata mondok apa yang kalian pikirkan?kalian akan terbiasa dengan yang namanya antri. Iya antri memang jagonya anak pondok, mau ini harus antri, mau itu harus antri. Banyaknya fasilitas tidak sebanding dengan banyaknya santrinya.

Tapi semua berjalan dengan lancar buktinya dengan jumlah fasilitas yang tidak memadai yang jika difikir tidak akan cukup waktu buat mandi karena sudah bertabrakan dengan jam sekolah tapi nyatanya semua mandi dan semua berangkat tepat pada waktunya. Justru itu hal yang paling dikenang oleh para santri ketika sudah lulus dari pondok.

Kebiasaan santri adalah jika ada guru masih jauh dari lokasinya, dia segera menundukkan kepala dan menepi di tepian jalan sembari menunggu gurunya lewat hingga jauh, baru bisa berjalan seperti biasa. Tapi menjadi santri juga bukan hal yang mudah contohnya biasa hidup jauh dari orang tua, menyelesaikan masalahnya sendiri baik masalah kecil sampai masalah besar baginya.

Semanja-manjanya anak dia bakal mandiri kalo sudah merasakan yang namanya mondok dan menjadi santri. Bagi para santri masalah terbesar adalah masalah sama teman. Karena kita makhluk sosial kita butuh teman sebagai wadah kita untuk curhat, untuk nemenin kesana-kesini tapi ketika ada masalah dengan teman itulah masalah terbesar bagi santri karena efeknya akan sangat lama.

Di pondok kita harus pandai bagi waktu antara tugas sekolah, kegiatan pondok, berkumpul dengan teman-teman, dan istirahat. Anak pondok tidak harus jauh dari ruman karena terkadang ada tetangga yang sengaja menaruh anaknya dipondok padahal jarak rumahnya dengan pondok hanya 1 rumah.

Bagi anak pondok yang rumahnya jauh dari pondok, mereka bisa bertemu orang tuanya 1 bulan sekali atau nggak bisa lebih bahkan bisa juga bertemu orang tuanya hanya saat liburan sekolah 6 bulan sekali.

Awalnya kangen banget sama orang tua, wajar kan ya yang namanya anak kangen keluarganya tapi itu gak lama kok kalo udah efektif kalian akan menjadi orang sibuk yang lupa waktu bahkan kadang ngasih kabar ke orang tua aja hampir lupa. Kebentur sama kegiatan pondok, kurang tidur, kurang waktu luang, gaboleh keluar malem, keiket sama peraturan pondok. Tapi wajar lah ya namanya aja mau jadi orang sukses ya harus bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang kemudian.

Tapi jangan khawatir ini kelebihan pondok yang nggak akan pernah kamu temuin dimanapun. Kalian tau barokah? Barokah itu tidak ada teorinya namun keberadaannya benar-benar nyata. Anak pondok belajar mengkaji kitab kuning, pegon, gundul. Tapi nyatanya banyak orang penting di negeri ini yang notabennya lulusan pondok pesantren.

Ini membuktikan bahwa keberadaan barokah benar-benar nyata dengan niat mengabdi pada pak kyai dan bu nyai insyaallah akan membukakan jalan dari kesuksesan. Amin ya robbal 'alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun