Mohon tunggu...
Aqbil Ihsanal Ali
Aqbil Ihsanal Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga

This is my blog

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Al Jazeera: Revolusi Media Timur Tengah di Era Digital

15 Desember 2024   10:35 Diperbarui: 15 Desember 2024   10:49 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kantor Al Jazeera di Wadi Al-Sail, Doha, Qatar (Sumber: Situs Web Al Jazeera Media Network)

Al Jazeera merupakan salah satu media berita Arab yang berpusat di Wadi Al-Sail, Doha, Qatar. Al Jazeera didirikan pada tahun 1996. Al Jazeera menjadi pelopor dalam penyajian berita di Kawasan Timur Tengah dengan pendekatan yang berbeda dari beberapa media pesaingnya. Dengan visi menyampaikan berita secara independen dan komprehensif, Al Jazeera memegang peranan penting dalam menyajikan berita dengan gaya baru di dunia Arab.

Dilansir dari Wikipedia, Al Jazeera didirikan dengan dukungan finansial dari Pemerintah Qatar. Meski dimikian, sejak awal Al Jazeera menegaskan independensinya dalam melaporkan berbagai berita. Tujuan utamanya adalah untuk menyajikan berita yang tidak terpengaruh oleh tekanan pemerintah atau kepentingan politik tertentu. Dalam waktu singkat, Al Jazeera menjadi terkenal karena liputannya yang berani, termasuk pelaporan konflik Palestina-Israel, Perang Irak, dan isu-isu yang sering diabaikan oleh media lokal lainnya.

Salah satu aspek revolusioner dari Al Jazeera adalah pendekatannya yang berfokus pada transparansi dan pelaporan langsung dari lapangan. Liputan real-time tentang peristiwa besar seperti Arab Spring menjadi contoh utama bagaimana platform ini memberikan informasi yang berdampak besar bagi masyarakat. Selain itu, Al Jazeera menawarkan berbagai sudut pandang yang jarang ditemukan di media Timur Tengah lainnya. Al Jazeera membuka ruang diskusi yang sebelumnya tabu dengan keberanian mengangkat isu-isu sensitif, seperti kebebasan politik dan hak asasi manusia.

Di era digital, Al Jazeera berhasil menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Dengan meluncurkan situs web berita, aplikasi seluler, dan akun media sosial, Al Jazeera mampu memperluas jangkauan globalnya. Saluran ini sekarang tersedia dalam bahasa Inggris dan Arab yang memungkinkan audiens internasional untuk mengakses liputannya dengan mudah. Inovasi seperti live streaming dan integrasi interaktif di media sosial menjadikan Al Jazeera sebagai pionir dalam pemberitaan digital di kawasan Timur Tengah. Mereka juga memanfaatkan teknologi big data untuk menganalisis tren berita dan kebutuhan audiens, sehingga konten yang disajikan lebih relevan dan terkini.

Meskipun dianggap sebagai simbol kebebasan pers di Timur Tengah, Al Jazeera tidak lepas dari kontroversi. Tuduhan bias terhadap beberapa kelompok politik tertentu sering dilayangkan kepada jaringan ini. Beberapa negara bahkan menutup kantor Al Jazeera, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang menuding Al Jazeera sebagai alat propaganda Qatar. Namun, Al Jazeera tetap mempertahankan reputasinya sebagai salah satu media penyiaran berita yang paling berpengaruh. Responsnya terhadap kritik menunjukkan komitmen untuk tetap menjadi sumber berita yang kredibel, meskipun menghadapi tekanan politik dan sosial.

Perjalanan Al Jazeera dimulai pada tahun 1996 dengan siaran harian yang hanya berdurasi enam jam dari sebuah tempat kecil dengan fasilitas sederhana, namun membawa semangat kebebasan berekspresi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, Al Jazeera telah berkembang menjadi jaringan besar yang mencakup lima saluran televisi utama: Al Jazeera Arabic, Al Jazeera English, Al Jazeera Documentary, Al Jazeera Mubasher, dan Al Jazeera Balkans. Selain itu, jaringan ini juga meliputi sektor digital yang mengelola situs web resmi dan kanal-kanal seperti AJ+; serta mendirikan institusi penting seperti Al Jazeera Media Institute, Al Jazeera Centre for Studies, dan Al Jazeera Centre for Public Liberties and Human Rights.

Pada tahun 2019, jaringan Al Jazeera mempekerjakan sekitar 4.000 karyawan dan memiliki 70 kantor di seluruh dunia. Menurut data terakhir pada bulan September 2019, jumlah pemirsa saluran-saluran Al Jazeera adalah sebagai berikut: Al Jazeera Arabic mencapai 106 juta pemirsa, Al Jazeera English 345 juta, Al Jazeera Documentary dan Al Jazeera Mubasher masing-masing 53 juta, dan Al Jazeera Balkans mencapai 8 juta pemirsa. Keberadaan Al Jazeera di platform media sosial juga sangat kuat. Al Jazeera menjadi saluran berita Arab pertama yang memiliki lebih dari 20 juta pengikut di halaman utamanya di Facebook. Secara keseluruhan, jumlah pengikut di semua halaman Facebook Al Jazeera telah mencapai 60 juta. Adapun situs web Al Jazeera (Aljazeera.net) mengalami peningkatan konsumsi konten hingga 50% dalam dua tahun terakhir, dengan peningkatan jumlah pengikut sebesar 20%. Dari sisi penghargaan, Al Jazeera telah memenangkan 540 penghargaan sejak 2006, termasuk 28 penghargaan pada tahun ini saja.

Pada tahun 2021, di ulang tahunya yang ke-25, Al Jazeera merefleksikan perjalanan panjangnya dalam meliput berbagai peristiwa global. Didirikan dengan visi untuk menjadi suara independen, jaringan ini telah menjadi simbol jurnalisme yang berani dan inovatif. Dalam perjalanan 25 tahun tersebut, Al Jazeera telah meliput berbagai konflik besar dunia seperti perang di Afghanistan, Arab Spring, hingga konflik di Palestina. Al Jazeera menerbitkan sebuah video dokumenter ulang tahun untuk menekankan dedikasi jaringan ini terhadap pelaporan dari daerah konflik dan kontribusi signifikan dalam memberikan suara bagi mereka yang tertindas. Selain itu, dengan peluncuran platform digital AJ+ dan inovasi lainnya, Al Jazeera terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin media global.

Pengaruh Al Jazeera tidak hanya terasa di Timur Tengah, tetapi juga di seluruh dunia. Dengan pendekatan jurnalisme investigatif dan liputan mendalam, jaringan ini telah mengubah cara berita dilaporkan, terutama mengenai isu-isu yang berhubungan dengan dunia Islam dan konflik global. Sebagai media yang terus beradaptasi dengan teknologi digital, Al Jazeera memiliki potensi untuk tetap relevan di masa depan. Peran revolusionernya dalam memberdayakan masyarakat Timur Tengah melalui informasi tidak dapat disangkal. Al Jazeera telah, dan mungkin akan terus, menjadi simbol kebebasan informasi di kawasan yang sering kekurangan kebebasan tersebut.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun